Mohon tunggu...
Novita AuliaAgustin
Novita AuliaAgustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mendengarkan Lagu dan Menonton film or series

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menjaga Kesehatan Mental dengan Tidak Self Diagnose

21 September 2022   00:17 Diperbarui: 21 September 2022   00:18 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Nama : Novita Aulia Agustin
Nim    : 202210230311472

Kesehatan mental menjadi bagian penting dalam menghadapi kehidupan di zaman modern ini. Tapi sayang sekali masih banyak yang mengalami masalah pada kesehatan mental dan cara penanganan nya. Cara penanganan yang salah akan berdampak buruk bagi mental nya bisa menjadi semakin parah atau juga yang lainnya.


Dengan penanganan yang salah membuat orang yang memiliki kesehatan mental justru menjadi menduga-duga. Nah disini kita bahas tentang self diagnose. Apa boleh kita self diagnose? dan apa sih dampak dari self diagnose? yuk simak apa sih self diagnose itu.

Apa sih yang dimaksud Self diagnose?
   
     Kalian pasti pernah dengar entah itu kerabat, teman, sahabat, atau siapapun itu seperti ini?

"aduh bipolar ku kambuh"
"aku paling nggak bisa melihat berantakan, jiwa OCD aku meronta-ronta"
"aduh panik attack aku lagi kambuh aku perlu sendiri dulu jangan ganggu aku"

Menurut Annisa Poedji Pratiwi, Self Diagnose adalah proses diagnosis terhadap diri sendiri mengidap suatu gangguan atau penyakit berdasarkan pengetahuan diri sendiri atau informasi yang didapatkan secara mandiri melalui buku, internet, atau pengalaman diri dan keluarga. Tentu hal ini tidak baik dan bisa membahayakan diri sendiri, menurut Mba Sasa, menjelaskan bahwa diagnose diri ini justru bisa berakibat pada rasa khawatir yang berlebihan, salah penanganan, dan bahkan kondisi Kesehatan yang makin parah. Hal ini didukung dengan fakta yang dipaparkan oleh Sylvia, dengan data yang diperolehnya dari hasil riset Millennial Mindset, bahwa sebanyak 37% gen Y yang mengikuti survey telah melakukan diagnose diri masalah Kesehatan mental yang mereka sebenarnya tidak miliki dengan melihat informasi Kesehatan mental secara online, dan ini justru menyebabkan rasa khawatir atas Kesehatan mental mereka.

Contohnya, kamu berpikir kamu mengidap gangguan bipolar, lantaran sering mengalami perubahan suasana hati. Gangguan kepribadian dan depresi berat adalah dua contoh diagnosis lainnya. Salah melakukan diagnosis bisa berbahaya, karena kamu cenderung mengambil pengobatan yang salah.  Nah karena itu kamu disarankan untuk meminta bantuan tenaga ahli medis seperti psikologi atau psikiater untuk mendiagnosis gejala kesehatan yang dialami. Untuk menanyakan lebih detail tentang gejala yang dialami dan berapa lama gejala tersebut,  agar dapat membuat diagnosis yang tepat.

Apa sih dampak dari Self diagnose?

Self diagnose bisa menyebabkan mengalami kekhawatiran yang berlebih yang seharusnya tidak perlu dikhawatirkan. Selain menyebabkan kekhawatiran yang tidak perlu yang nanti bisa berujung pada gangguan kecemasan umum, self diagnosis juga bisa membuat masalah kesehatan mental tertentu menjadi tidak terdiagnosis. Gangguan mental tidak muncul hanya sendirian, juga disertai oleh gangguan mental lainnya. Misalnya, mungkin diliputi kecemasan dan berasumsi bahwa kamu mengalami gangguan kecemasan. Itulah bahaya self-diagnosis terhadap kesehatan mental.

Ciri-ciri Self diagnose
 
 1. Panik

Self diagnosis membuat kepanikan yang akan menimbulkan stress terhadap seseorang.

 2. Menyangkal Kesehatan Mental

Melakukan self diagnosis juga bisa menyangkal kondisi Kesehatan mental yang sesungguhnya.

 3. Tidak Mau Berkonsultasi dengan Ahli

Menganggap diri sendiri sebagai seorang yang mampu mengobati diri sendiri, mereka yang melakukan Self diagnosis kemudian tidak ingin berkonsultasi lagi kepada para ahli.

Cara mengatasi Self diagnose

   1. Hindari Mencari Tahu Penyakit Melalui Internet

Hal ini bukanlah cara penanganan yang efektif.

2. Hindari Tes Mental Melalui Daring

Jangan melakukan tes online belum tentu sumber yang kita dapatkan benar.

3. Tidak Boleh Jadikan Penderita Gangguan Mental Lain Sebagai Patokan

Kondisi yang mirip dengan orang lain belum tentu sama dengan kondisi kamu. Terkadang kita menemukan kesamaan yang dirasakan padahal kondisi satu orang dengan yang lain belum tentu sama.

4. Jangan Ragu untuk Pergi ke Psikolog atau Psikiater

Pergi ke Psikiater tidak lantas menandakan seseorang gila.

  Nah mulai sekarang jangan self diagnose lagi yuk belum tentu yang orang lain rasakan sama dengan kondisi kita kalo udah mulai merasakan gejala yang tidak terkira jangan ragu buat pergi ke Psikolog atau Psikiater stop self diagnose ya.

Daftar Pustaka

Ananda, 2022. Self diagnosis: Pengertian, ciri, Bahaya, Dan Cara Mengatasinya. Best Seller Gramedia. Available at: https://www.gramedia.com/best-seller/self-diagnosis/ [Accessed September 20, 2022].

Dr. Fadhli Rizal Makarim, 2022. Self diagnose. Psychology. Available at: https://psychology.binus.ac.id/2022/04/08/self-diagnose/ [Accesed September 20, 2022]

Halodoc, R., 2021. Bahaya self-diagnosis Yang Berpengaruh Pada Kesehatan mental. halodoc. Available at: https://www.halodoc.com/artikel/bahaya-self-diagnosis-yang-berpengaruh-pada-kesehatan-mental [Accessed September 20, 2022].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun