Mohon tunggu...
Novisya Nurhikmah
Novisya Nurhikmah Mohon Tunggu... Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menulis merupakan kegemaran saya sejak kecil. Dengan menulis saya dapat mengekspresikan diri sekaligus mengembangkan kreativitas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Nelayan yang Berani Bermimpi

24 Maret 2025   18:50 Diperbarui: 24 Maret 2025   18:50 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba Riko menghampiri kedua pria yang sedang berbicara di hadapannya. "Miniatur ini hanya dibuat dengan jenis kayu yang biasa saja, bahkan tidak sedikitpun terdapat bahan kayu jati di dalamnya. Tuan yakin ini miniatur yang aslinya?" tanya Riko.

Tuan Hadi menoleh ke arah Riko yang berada di sebelahnya, dan kembali mengamati miniatur tersebut.

"Kamu ini hanya anak kecil, tidak usah ikut campur urusan orang dewasa!" bentak Koh Shi.

"Riko memang anak kecil Koh, tapi Riko sering membantu Ayah dalam memperbaiki perahu sehingga Riko tahu jenis-jenis kayu yang asli." Riko berusaha menjelaskan bahwa ucapannya tersebut adalah fakta.

"Pergi sana Riko!" usir Koh Shi.

"Apa yang diucapkan oleh anak ini benar Koh. Miniatur ini hanya tiruan, dan tidak ada yang spesial di nusantara. Seharusnya Koh Shi tidak berkata bahwa miniatur ini yang terlangka di nusantara." Tuan Hadi membenarkan ucapan Riko setelah dirinya mengamati miniatur tersebut dengan intens.

Tuan Hadi mengembalikan miniatur tersebut kepada Koh Shi, dan pergi meninggalkan toko bersama Riko.

"Siapa namamu tadi?" tanya Tuan Hadi.

"Riko."

"Kamu sangat pandai Riko. Di mana kamu bersekolah?" Tuan Hadi kembali bertanya dengan sedikit memberi pujian kepada Riko.

"Saya hanya anak nelayan Tuan, sehingga saya tidak sekolah seperti anak-anak pada umumnya." Riko menjawab pertanyaan Tuan Hadi dengan jujur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun