Mohon tunggu...
Novi Setya Ningrum
Novi Setya Ningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia seperti pada umumnya

Bukan Power Rangers

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

"Performative Workaholism", Gaya Hidup Suka Pamer Kesibukan

27 Desember 2021   06:00 Diperbarui: 17 Januari 2022   10:12 1063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Performative Workaholism. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Fenomena tersebut ternyata masih berkaitan dengan gaya hidup workaholic atau gila kerja. Yang mana dikenal dengan istilah performative workaholism. 

Performative sendiri mengacu pada sebuah tindakan yang ditujukan kepada khalayak dengan sengaja agar mendapatkan reaksi atau tanggapan dari orang lain. 

Sedangkan workaholism seperti yang dijelaskan sebelumnya, mengacu pada paksaan atau kebutuhan yang tidak dapat dikendalikan untuk terus menerus bekerja (Oates, 1971). 

Sehingga performative workaholism, merupakan kegiatan bekerja terus menerus yang kemudian diperlihatkan secara sadar kepada orang lain untuk mendapatkan tanggapan. Dan lewat media sosial banyak orang menyebarkan aktivitas workaholic yang dilakukan.

Sehingga saat ini media sosial dipenuhi cerita baik foto maupun video berupa tumpukan berkas, layar komputer, rapat, lembur dan lainnya. Sehingga seperti tidak ada kehidupan lain, yang ada hanya kerja, kerja, dan kerja. 

Sebenarnya sah-sah saja dan tidak masalah membagikan kesibukan kerja dimedia sosial. Tetapi dorongan untuk terus bekerja demi sukses dan juga berburu tanggapan berupa pujian dari orang lain yang mendatangkan dampak buruk. 

Meski terlihat sibuk atau benar-benar sibuk di negara +62 dianggap sebagai hal yang luar biasa dan dinormalisasi. Fenomena tersebut terjadi karena stigma ' orang sibuk sama dengan produktif. Namun pada kenyataannya tidak demikian, itu hanya stereotip yang diciptakan media sosial dan juga lingkungan masyarakat.

Perkembangan teknologi dan terciptanya ruang maya yang sering disebut media sosial berperan besar melanggengkan gaya hidup performative workaholism. 

Dengan mengekspos kesibukannya ada harapan mendapatkan feedback dari orang lain. Meski workaholic pada mulanya adalah gaya hidup yang tidak sehat karena mengesampingkan waktu istirahat tetapi saat ini menjadi hal wajar. 

Karena semakin banyak orang yang melakukan hal demikian dan akhirnya menjadi budaya. Bahkan bagi mereka yang tidak memposting kesibukannya membuat orang lain berpikir ia tidak melakukan apa-apa. 

Paparan yang diterima masyarakat dari berbagai media sosial baik dari postingan pejabat, artis, pengusaha juga menjadi faktor dinormalisasinya fenomena tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun