Mohon tunggu...
Noviar
Noviar Mohon Tunggu... Administrasi - Statistisi Madya BPS Provinsi Banten

Bahagia dengan Menulis, Menggapai ridho illahi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Risiko Kesehatan dan Ekonomi Perempuan di Masa Pandemi

21 April 2021   07:36 Diperbarui: 21 April 2021   07:39 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menurut WHO, Covid-19 berisiko menular pada semua kelompok umur, baik laki-laki maupun perempuan. Di Indonesia, menurut data dari Satgas Covid-19 pada November 2020 menunjukkan bahwa Covid-19 bersifat netral gender, artinya laki-laki dan perempuan memiliki peluang yang sama untuk tertular dengan perbandingan 50,6 persen : 49,4 persen, terlihat dari persentase kasus positif yang hamper berimbang. 

Namun jika dilihat berdasarkan kasus kematian, laki-laki memiliki risiko yang lebih tinggi dengan perbandingan 57 persen : 43 persen (Kondisi data 21 November 2020). 

Risiko kematian yang lebih tinggi pada laki-laki bersesuaian dengan umur harapan hidup (UHH), dimana kurun lima tahun terakhir capaian UHH perempuan selalu berada diatas laki-laki. Perbedaan gaya hidup dan aspek biologis disinyalir mempengaruhi perbedaan keberlangsungan hidup antara perempuan dan laki-laki (Lemaire, 2002).

Jumlah perempuan yang bekerja pada sektor jasa kesehatan secara global mencapai 70 persen (Boniol, dkk 2019), dan di dominasi oleh tenaga kesehatan seperti perawat (UN, 2020). 

Selain itu, dokter perempuan juga cukup banyak, bahkan di negara dengan nilai Gender Development Index (GDI) tinggi, jumlahnya mencapai separuh dari keseluruhan dokter (Rivera, Hsu, & Esbr, 2020). Sedangkan di negara dengan GDI yang rendah, kontribusi dokter perempuan  hanya sekitar 20 persen. 

Di Indonesia, menurut data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), pekerja perempuan di sektor jasa kesehatan berjumlah 67,11 persen. 

Banyaknya petugas medis perempuan memiliki potensi untuk terpapar sekaligus menyebarkan kembali ke anggota keluarga lainnya, terutama pasangan dan anak-anaknya. Namun demikian, belum ada penelitian  yang dapat  membuktikan  hal tersebut.

Selain tantangan sebagai tenaga pelayanan kesehatan yang rentan terpapar Covid-19, perempuan Indonesia juga dihadapkan dengan tantangan masalah tingkat kehamilan diluar rencana yang meningkat. 

Menurut Kepala BKKBN dalam Webinar "Antisipasi Baby Boom Pasca Pandemi", terdapat potensi kenaikan kehamilan di masa pandemi. Hal ini berkaitan dengan pelayanan KB yang membutuhkan full contact, pelayanan kesehatan yang ditutup akibat pandemi sehingga banyak perempuan yang tidak mendapatkan akses fasilitas kesehatan yang memadai serta adanya kebijakan pemerintah yang menerapkan physical distancing. 

Berdasarkan catatan BKKBN, terdapat penurunan peserta KB pada bulan Maret 2020 apabila dibandingkan dengan bulan Februari 2020 di seluruh Indonesia. Kondisi ini selaras dengan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas Maret 2020) yang dikeluarkan oleh BPS yang menunjukan adanya penurunan jumlah perempuan usia subur, umur 15-49 tahun yang menggunakan KB modern sebanyak 1,14 juta orang. 

Data yang sama juga menunjukan bahwa perempuan umur 15-49 tahun yang menggunakan KB modern baru mencapai 46,47 persen. Dengan demikian, potensi peningkatan fertilitas di masa pandemi cukup besar mengingat adanya penurunan peserta KB di akhir triwulan pertama 2020 (BKKBN, 2 Mei 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun