Kita semua pernah mendengar istilah "the power of kepepet." Tapi ketika yang kepepet itu seorang ibu---perempuan yang harus memutar otak, hati, dan tenaga dalam satu waktu---maka hasilnya bisa jauh lebih luar biasa dari yang dibayangkan.
Dalam dunia psikologi, manusia memiliki hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow: mulai dari kebutuhan dasar (makan, tempat tinggal), rasa aman, cinta dan rasa memiliki, harga diri, hingga aktualisasi diri. Saat ibu menghadapi kondisi kepepet, justru semua lapisan kebutuhan itu aktif dalam waktu bersamaan. Dan di situlah kekuatannya muncul.
1. Bertahan untuk Kebutuhan Dasar: Makan dan Tempat Tinggal
Contoh nyata: Seorang ibu di Jakarta yang suaminya terkena PHK, tiba-tiba beralih menjual lauk rumahan ke tetangga-tetangga kos. Dapur kecil di rumahnya mendadak jadi warung sederhana. Dengan harga terjangkau dan rasa rumahan, ia bisa memenuhi kebutuhan makan harian sekaligus membayar listrik yang hampir putus. Ini bukan soal keahlian masak, tapi dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
2. Rasa Aman: Ibu Jadi Garda Depan Keluarga
Saat kondisi ekonomi tidak stabil atau anak sakit, ibu sering jadi pihak pertama yang bergerak. Contoh lain: di daerah bencana, banyak ibu mendadak jadi koordinator logistik warga, memastikan kebutuhan anak-anak dan lansia terpenuhi lebih dulu. Dalam kondisi darurat, insting ibu membuatnya fokus mencari solusi dibandingkan panik.
3. Kebutuhan Sosial: Jaringan Perempuan yang Kuat
Ketika satu ibu kehabisan susu anak, bukan tidak mungkin dia akan mengontak grup WA tetangga untuk pinjam sementara. Atau barter popok dengan baju bayi bekas. Ini bukan hanya solidaritas, tapi bukti bahwa kebutuhan rasa memiliki dan dukungan sosial sangat penting dalam bertahan. Banyak komunitas ibu terbentuk dari hal-hal seperti ini.
4. Harga Diri: Ingin Tetap Dihargai Meski Serba Terbatas
Saat ibu tetap berdandan rapi untuk antar anak ke sekolah meski sedang kesulitan finansial, atau tetap menyempatkan membantu tugas anak walau kelelahan, itu adalah bentuk pemenuhan kebutuhan harga diri. Mereka ingin tetap dipandang mampu, kuat, dan berfungsi di mata keluarga dan lingkungan. Bahkan saat sedang "terpuruk."
5. Aktualisasi Diri: Menemukan Jalan Baru dari Keterbatasan