Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ada Surga di Bawah Telapak Kaki Bapakku

16 Juli 2012   18:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:53 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup itu mudah, anakku.

Semudah ketika kau meminta maaf dan juga memaafkan.

Hidup itu juga indah, anakku.

Seindah saat kau bisa menempatkan tanganmu di atas, dari pada di bawah.

Hidup itu juga sangat sederhana, anakku.

Sesederhana, ketika Bapak meminta maaf padamu, anakku.

***

Sosok bersahaja itu masih makin bersahaja di usianya yang mulai senja. Sosok itu selalu saja sederhana dalam memaknai hidup. Tidak muluk-muluk dan berlebihan. “Bapak hanya ingin kalian, anak-anakku rukun.”Hanya itu pesan yang selalu di wejangkan. Tidak panjang dan juga tidak pendek.

“ InsyaAllah, tahun ini kita bisa bersama, melewati bulan suci dan InsyaAllah lebaran. Selagi masih ada waktu, Bapak hanya ingin ucapkan terima kasih padamu, anakku, anak perempuanku.” Ujarnya senja tadi.

Aku. Ya, aku hanya bisa terdiam dan termangu. Selalu berhasil menyembunyikan sedu sedan ketakutan ku akan kata-kata yang Bapak ucapkan.

Dalam hati hanya bisa mengerutu. “ Apakah tidak ada pembahasan selain ini, hal yang terkesan pada sebuah perpisahan.Aku benci. Benci dengan arti, belum siap apabila Bapak..titik..”

Seperti biasanya, dari tahun ketahun. Bapak selalu saja mendahului meminta maaf. Seorang tua, yang selalu merendahkan hati, pada kami, anak-anak-nya. Tabu. Mungkin bagi sebagian orang, yang muda seharusnya meminta maaf duluan. Namun bagi Bapak, hal tersebut sepertinya tidak berlaku. “ Bersalah itu tidak mengenal sistem tua muda, dan tidak dosa kok bila yang tua meminta maaf duluan. Seperti berkejaran dengan waktu. Jangan menunda niat baik.” Ucapnya.

[caption id="attachment_200865" align="aligncenter" width="300" caption="Bapak beserta 1 istri dan ke-5 anaknya.(kembar satunya ngumpet,,hihii,,)"][/caption]

Bapakku, hanyalah seorang lelaki udik, dari dusun kecil di seputaran semarang. Sedari kecil sudah piatu. Tapi, bapak sepertinya selalu mampu memaknai setiap detiknya dengan hal baik –menurut pandanganku.

Suatu ketika, Bapak pernah bercerita sesuatu hal padaku.

“ jangan bergantung pada hukum tabur tuai, karena itu mungkin hanya akan membuat hati kita menjadi keruh. Bergantunglah pada hukum Tuhan. Karena hukum Tuhan itu pasti.”

“ Sebuah hukum tabur tuai, adalah sikap yang mengharapkan timbal balik yang sama atas apa yang kita perbuat. Berbeda dengan hukum Tuhan. Segala bentuk perbuatan kita, pasti akan mendapat hal setimpal. Tidak di ragukan.”

[caption id="attachment_200864" align="aligncenter" width="300" caption="senyum ceria bapak dan anak sulungnya yang unyu-unyu"]

13424611641642179835
13424611641642179835
[/caption]

…………………………………………………………..

Aku kehabisan kata-kata. Sosok bapak, terlalu luar biasa, jika hanya dijabarkan dengan sebuah kata “HEBAT”.

Titik-titik di atas, mewakili setiap kalimat-kalimat yang seharusnya aku tulis. Namun biarlah simbol itu menjadi sebuah simbol semiotika rasa yang akan berbicara. Dengan caranya sendiri.

Ketika banyak orang berbicara tentang sebuah surga di bawah telapak ibu-nya. Maka aku adalah anak yang beruntung, karena aku yakin, ada surga di bawah telapak Bapakku.

[caption id="attachment_200866" align="aligncenter" width="300" caption="Bapak dan Istrinya, alias ibuku :)"]

13424615641684727154
13424615641684727154
[/caption]

888

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA

MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Terutama pada crew Admin. Karena sering saya sindir lewat tulisan saya

Maaf ya Min..Admin

**Salaman**

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun