Aku pernah kecewa pada diriku sendiri.
Kecewa karena terlalu sering mengalah,
karena terlalu cepat percaya,
karena membiarkan diriku disakiti berulang kali oleh orang yang aku anggap tidak akan pernah tega.
Aku menyalahkan diriku.
"Kenapa kamu bodoh?"
"Kenapa kamu nggak pergi lebih cepat?"
"Kenapa kamu tetap bertahan padahal tahu itu menyakitimu?"
Aku membenci versi diriku yang dulu.
Versi yang tersenyum meski hatinya hancur.
Versi yang bilang "nggak apa-apa", padahal ingin sekali menangis.
Versi yang terlalu sabar, hingga dilupakan.
Sampai akhirnya aku lelah.
Lelah menghakimi.
Lelah menyimpan amarah pada diri sendiri.
Lelah mengulangi kalimat menyakitkan di kepala.
Dan di tengah kelelahan itu, aku menemukan keheningan.
Dalam keheningan, aku bertemu diriku sendiri.
Dan untuk pertama kalinya, aku menatapnya dengan kasih.
Bukan amarah, bukan penyesalan.
Aku berkata: "Maaf ya, aku terlalu keras padamu."
"Kamu sudah cukup. Kamu sudah bertahan sejauh ini."
Hari ini aku belajar...
Bahwa memaafkan diri sendiri bukan kelemahan, tapi keberanian.
Bahwa luka tidak akan sembuh dengan penyesalan, tapi dengan penerimaan.
Dan bahwa aku pantas disayang, bahkan oleh diriku sendiri.
Jadi, untuk kamu yang sedang marah pada dirimu sendiri,
karena pernah salah langkah, salah percaya, atau terlalu berharap...
Pelan-pelan ya.
Kamu juga berhak dimaafkan.
Bukan karena kamu benar,
tapi karena kamu berhak sembuh.