Beragam Sikap
Sulit secara nalar mengingkari virus corona mengingat secara fakta dan data virus itu terbukti ada. Pun demikian masih ditemukan golongan masyarakat yang masih ragu bahkan tidak percaya sama sekali bahwa virus mematikan ini sungguh nyata. Kita dapat mengenali berbagai sikap yang muncul di tengah masyarakat.
Mereka yang tidak percaya bahwa virus corona dapat mematikan. Golongan ini selalu mengabaikan protokol kesehatan (prokes) standar yang ditetapkan pemerintah. Meyakini bahwa dibalik ini semua ada gerakan politik global kapitalisme yang hendak mengawasi kehidupan manusia dengan penanaman chip melalui vaksin yang disuntikkan.Â
Tujuannya adalah menguasai seluruh kehidupan warga dunia. Meski demikian, dibeberapa daerah, toh ditemukan mereka berjualan masker tanpa menggunakan masker.
Mereka yang percaya bahwa virus ini diciptakan oleh kekuatan yang menggunakan angka sakral triple six (666) yang menyebutkan intervensi kekuatan iblis menghancurkan kehidupan dunia melalui tangan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan.
Dengan demikian mereka menolak vaksin dan cenderung menggugat langkah-langkah pencegahan penularan virus yang dibuat pemerintah. Berdoa merupakan satu-satunya cara yang paling ampuh mencegah virus masuk kedalam tubuh.
Disamping itu ada pula sikap yang lebih positif yaitu mereka yang percaya bahwa Tuhan sedang mendaur ulang kehidupan manusia melalui virus corona. Tujuannya adalah memurnikan kembali kehidupan manusia dan  menyadarkan kembali bahwa manusia adalah insan yang lemah dan harus bergantung padaNya.Â
Golongan ini patuh, taat dan menjalankan prokes dengan baik dan dengan kesadaran sendiri berusaha melindungi diri dan mengajak orang lain agar turut serta ikut menerima vaksin.
Golongan terbesar adalah mereka yang percaya bahwa virus ini berbahaya dan menyebabkan persoalan serius bagi dunia yaitu kematian. Sebagai kelompok mayoritas mereka berusaha menggalang kekuatan, berkampanye pentingnya prokes yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan, menyebarkan informasi positif melalui media sosial populer, mengajak masyarakat untuk saling peduli dan saling membantu, membuat dapur-dapur umum sebagai langkah taktis mengurangi beban hidup masyarakat miskin, membagikan vitamin (biasanya diletakkan di beberapa restoran atau rumah makan) dan hand sanitizer.
Merdeka dari virus
Meskipun masing-masing kita menyikapinya secara berbeda-beda namun sadar atau tidak, kita sedang dijajah oleh kekuatan besar yang tidak tampak. Meminjam istilah Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjono bahwa bangsa ini sedang perang dengan musuh tidak kelihatan, diserang dengan 3 varian yaitu Wuhan, Inggris dan Delta.
Virus masih ada dimana-mana dan memaksa kita untuk selalu waspada, "mengurung diri", bekerja dan belajar dari rumah, menunda liburan walaupun suntuk dan bosan telah melanda, mempersingkat pertemuan-pertemuan secara fisik, membatalkan pesta-pesta kebahagiaan, menghentikan kegiatan-kegiatan ekonomi yang sangat berhubungan dengan kebutuhan hidup sehari-hari, tekanan dari berbagai tagihan hutang yang belum terbayar karena korban PHK, tekanan batin yang perih karena keluarga yang meninggal tidak sempat dipeluk dan ditangisi.
Kebebasan kita benar-benar diambil oleh virus dan kita belum sepenuhnya merdeka. Walaupun lebih dari tujuh dekade merdeka, kita harus kembali berjuang melawan penjajahan baru, Â musuh yang tidak kelihatan yang selalu dekat dengan kita dan mengancam kehidupan kita sebagai bangsa yang seharusnya telah bebas.
Dirgahayu  ke-76 bangsa Indonesia. Tuhan menjagamu.
Novance Silitonga adalah Dosen Ilmu Politik UBK dan Mahasiswa Program Doktor Unair Surabaya.