Mohon tunggu...
novance silitonga
novance silitonga Mohon Tunggu... Penulis - senang baca, nulis, jalan-jalan apalagi nonton, masak dan mengurus taman.

senang baca, nulis, jalan-jalan apalagi nonton, masak dan mengurus taman.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandemi dan Kemerdekaan

19 Agustus 2021   14:30 Diperbarui: 19 Agustus 2021   14:33 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hampir dua tahun Indonesia dan bangsa-bangsa lain bergelut dalam persoalan pandemi virus corona atau Covid-19. Virus ini menjadi persoalan global karena mengakibatkan kematian dan nyaris  terjadi di seluruh negara-negara di dunia. Tidak ada negara yang steril dari virus ini, perbedaannya hanya pada jumlah kematian warga negara dari tiap-tiap negara punya angka yang berbeda-beda dan cara penanganan terhadap krisis yang ditimbulkan akibat wabah virus.

Jika hanya terinfeksi virus lalu sembuh dengan meningkatkan imun tubuh, barangkali tidak begitu masalah namun jika virus ini membawa kematian bagi orang yang sebelumnya kelihatan sehat, tentu membawa kekhawatiran dan kekhawatiran ini telah menimpa seluruh dunia.

Entah sudah berapa banyak manusia yang terbaring dan mati akibat serangan virus ini. Organisasi kesehatan dunia setidaknya merilis data sekitar empat juta lebih manusia mati akibat infeksi virus ini. Indonesia sendiri, pada Juli lalu menjadi penyumbang angka kematian tertinggi di dunia secara harian.

Hidup dalam Ancaman

Kita masih ingat awal kemunculan virus corona akhir 2019 yang disikapi dengan biasa-biasa saja. Tak ada kekhawatiran yang berlebihan sampai akhirnya satu persatu para sahabat bahkan keluarga harus berakhir hidupnya. Perlahan kita menjalankan protokol kesehatan dan mengikuti berbagai kebijakan pemerintah yang bukan saja membatasi tetapi melarang berbagai pertemuan dan kerumunan.

Kemudian larangan ini berdampak disana sini dan kehidupan masyarakat mulai benar-benar terancam. Paling tidak ancaman itu dapat kita rasakan dalam berbagai bentuk, misalnya akses perekonomian yang semakin sulit. 

Konsekuensinya adalah hilangnya pekerjaan, tutupnya tempat usaha sampai hutang yang melilit dan terancam tak terbayar.  Kehidupan ekonomi yang sudah sulit bahkan semakin melilit tatkala para pejabatnya korupsi dana bantuan sosial.

Ancaman berikutnya adalah hilangnya makna interaksi sosial yang telah terjalin. Saat ini kita menjadi masyarakat teknologi yang melakukan proses interaksi yang membentuk realitas virtual. Kita hidup dan berinteraksi dalam dunia jaringan teknologi yang tidak selalu mampu memberikan sentuhan nyata karena sifatnya yang cenderung artifisial.

Dalam dunia teknologi, kita hanya mampu berinteraksi melalui rangkaian kata-kata, padahal interaksi itu jauh lebih punya nilai jika disertai dengan sentuhan misalnya jabatan tangan, pelukan dan bahkan untuk budaya tertentu cipika-cipiki (cium pipi kanan/kiri) menunjukkan kedalaman sebuah interaksi atau hubungan.

Situasi yang ada semakin diperparah mengingat kemampuan pemerintah dalam menangani virus corona gelombang kedua. Pemerintah dianggap kurang mumpuni dan gagal mengatasi situasi yang ada. Kelangkaan atas ketersediaan tabung oksigen dituduh sebagai salah satu penyebab tingginya tingkat kematian pasien virus korona satu bulan terakhir.

Komunikasi pemerintah dianggap kurang efektif dalam diseminasi kebijakan-kebijakan yang diambil. Mulai Social Distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sampai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) serta banyaknya simpul komando dalam mencegah penyebaran virus.

Terakhir barangkali tentang harga tes PCR yang relatif mahal diluar kesanggupan masyarakat menjadi ancaman tersendiri. Pasalnya jika masyarakat menjalin kontak dengan mereka yang terkonfirmasi covid, justru karena alasan biaya enggan memeriksa diri sehingga jika benar-benar tertular dan masih berinteraksi dengan orang lain maka bisa dibayangkan bagaimana kemudian virus itu merajalela. Mahalnya harga tes PCR turut menyumbang meluasnya korban di tengah masyarakat. Akhirnya dari banyak sudut hidup kita saat ini dalam ancaman.

Beragam Sikap

Sulit secara nalar mengingkari virus corona mengingat secara fakta dan data virus itu terbukti ada. Pun demikian masih ditemukan golongan masyarakat yang masih ragu bahkan tidak percaya sama sekali bahwa virus mematikan ini sungguh nyata. Kita dapat mengenali berbagai sikap yang muncul di tengah masyarakat.

Mereka yang tidak percaya bahwa virus corona dapat mematikan. Golongan ini selalu mengabaikan protokol kesehatan (prokes) standar yang ditetapkan pemerintah. Meyakini bahwa dibalik ini semua ada gerakan politik global kapitalisme yang hendak mengawasi kehidupan manusia dengan penanaman chip melalui vaksin yang disuntikkan. 

Tujuannya adalah menguasai seluruh kehidupan warga dunia. Meski demikian, dibeberapa daerah, toh ditemukan mereka berjualan masker tanpa menggunakan masker.

Mereka yang percaya bahwa virus ini diciptakan oleh kekuatan yang menggunakan angka sakral triple six (666) yang menyebutkan intervensi kekuatan iblis menghancurkan kehidupan dunia melalui tangan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan.

Dengan demikian mereka menolak vaksin dan cenderung menggugat langkah-langkah pencegahan penularan virus yang dibuat pemerintah. Berdoa merupakan satu-satunya cara yang paling ampuh mencegah virus masuk kedalam tubuh.

Disamping itu ada pula sikap yang lebih positif yaitu mereka yang percaya bahwa Tuhan sedang mendaur ulang kehidupan manusia melalui virus corona. Tujuannya adalah memurnikan kembali kehidupan manusia dan  menyadarkan kembali bahwa manusia adalah insan yang lemah dan harus bergantung padaNya. 

Golongan ini patuh, taat dan menjalankan prokes dengan baik dan dengan kesadaran sendiri berusaha melindungi diri dan mengajak orang lain agar turut serta ikut menerima vaksin.

Golongan terbesar adalah mereka yang percaya bahwa virus ini berbahaya dan menyebabkan persoalan serius bagi dunia yaitu kematian. Sebagai kelompok mayoritas mereka berusaha menggalang kekuatan, berkampanye pentingnya prokes yaitu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan, menyebarkan informasi positif melalui media sosial populer, mengajak masyarakat untuk saling peduli dan saling membantu, membuat dapur-dapur umum sebagai langkah taktis mengurangi beban hidup masyarakat miskin, membagikan vitamin (biasanya diletakkan di beberapa restoran atau rumah makan) dan hand sanitizer.

Merdeka dari virus

Meskipun masing-masing kita menyikapinya secara berbeda-beda namun sadar atau tidak, kita sedang dijajah oleh kekuatan besar yang tidak tampak. Meminjam istilah Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjono bahwa bangsa ini sedang perang dengan musuh tidak kelihatan, diserang dengan 3 varian yaitu Wuhan, Inggris dan Delta.

Virus masih ada dimana-mana dan memaksa kita untuk selalu waspada, "mengurung diri", bekerja dan belajar dari rumah, menunda liburan walaupun suntuk dan bosan telah melanda, mempersingkat pertemuan-pertemuan secara fisik, membatalkan pesta-pesta kebahagiaan, menghentikan kegiatan-kegiatan ekonomi yang sangat berhubungan dengan kebutuhan hidup sehari-hari, tekanan dari berbagai tagihan hutang yang belum terbayar karena korban PHK, tekanan batin yang perih karena keluarga yang meninggal tidak sempat dipeluk dan ditangisi.

Kebebasan kita benar-benar diambil oleh virus dan kita belum sepenuhnya merdeka. Walaupun lebih dari tujuh dekade merdeka, kita harus kembali berjuang melawan penjajahan baru,  musuh yang tidak kelihatan yang selalu dekat dengan kita dan mengancam kehidupan kita sebagai bangsa yang seharusnya telah bebas.

Dirgahayu  ke-76 bangsa Indonesia. Tuhan menjagamu.

Novance Silitonga adalah Dosen Ilmu Politik UBK dan Mahasiswa Program Doktor Unair Surabaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun