Mohon tunggu...
Aisyah N.
Aisyah N. Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa

Praktisi advokasi paruh waktu dan pegiat walking tour penuh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

4 Penyelenggara Tur Sejarah di Jakarta: Sebuah Review

26 Desember 2023   22:42 Diperbarui: 29 Desember 2023   13:12 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penjelasan sang pemandu museum diselingi cerita mbak Ira tentang memori dan wawasannya tentang Rumah Si Pitung sebagai warga Jakarta Utara alias akamsa (anak kampung sana). Mayoritas peserta WKJ adalah individu usia 40 tahun ke atas, sebagian peserta terlihat hadir bersama anak atau pasangannya.

Halaman muka Masjid Al Alam, 22 Desember 2023. Sumber: dokumentasi pribadi
Halaman muka Masjid Al Alam, 22 Desember 2023. Sumber: dokumentasi pribadi

Yang saya sukai dari WKJ adalah variasi destinasi tur yang tidak dimiliki penyelenggara tur lainnya. Destinasi tur yang ditawarkan tidak hanya yang populer saja, seperti tur ke Kota Tua atau Pecinan, tapi juga tempat-tempat yang kurang populer seperti Pantai Marunda dan tempat-tempat ibadah. WKJ juga mengadakan tur-tur tematik, seperti tur kuliner di Pasar Baru atau spot kuliner hits jalur MRT.

Tur dalam kota di Jakarta dan sekitarnya dibanderol Rp100.000,00 sampai Rp275.000,00. Awalnya saya berpikir harganya relatif mahal jika dibanding penyelenggara lainnya, sampai saya akhirnya tahu bahwa WKJ/ mbak Ira rajin memproduksi dan membagikan suvenir WKJ kepada para pesertanya. Pantas saja tur ini sangat digemari ibu-ibu.

Bagi saya, WKJ sangat cocok bagi siapapun yang mencari destinasi tur yang variatif ketimbang sejarah dari setiap rute tur atau tempat yang dikunjungi. 

WKJ juga cocok bagi siapapun yang tidak memprioritaskan ketepatan waktu; di tur WKJ pertama yang saya ikuti, seluruh peserta sempat menunggu sekitar setengah jam untuk mbak Ira memulai turnya, dan sempat menunggu sejumlah menit ke titik selanjutnya sampai mbak Ira menyelesaikan administrasi pembayaran tiket dengan petugas museum. Bisa dibilang, mbak Ira mengurus semuanya sendirian walau didampingi voluntir WKJ.


Komunitas Jelajah Budaya

KJB dirintis sejarawan Kartum Setiawan yang berkiprah dalam pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya di Indonesia. Seperti mbak Ira, mas Kartum merancang dan mengomandoi semua program tur yang KJB adakan. 

Di tur-tur KJB di luar Jabodetabek, mas Kartum kerap didampingi mas Wege, adiknya, dan pemandu dari museum atau tempat-tempat yang dikunjungi. 

Saya sendiri tidak ingat kapan KJB dirintis, namun perkenalan saya dengan KJB maupun mas Kartum bertempat di tahun 2011 saat mengikuti salah satu turnya di Jakarta.

Serupa dengan WKJ, mayoritas peserta KJB adalah individu usia 45 tahun ke atas dan perempuan. 'Sesepuh' atau para anggota KJB yang rutin mengikuti kegiatan KJB selama bertahun-tahun menjalin hubungan pertemanan yang kuat dengan satu sama lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun