Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Sakit Gigi kalau Tak Mau Repot

23 Juli 2023   08:10 Diperbarui: 23 Juli 2023   08:19 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | sumber : Insan Madani Jambi

Pagi sekali saya bersiap siap menuju klinik faskes 1 BPJS Kesehatan untuk berobat gigi istri saya. Padahal jam layanan klinik baru dibuka jam 9 pagi. Dengan sepeda motor saya dan istri berboncengan. Jam tangan saya menunjukan 06:50. Saya yakin masih pagi , perjalanan ke klinik butuh waktu sekitar 20-30 menit. Kalau tak ada sesuatu yang 'luar biasa' saya akan sampai klinik jam 7:20 .

Dan saya berharap kuota pendaftaran untuk berobat gigi akan saya dapatkan karena yang saya tahu praktek dokter gigi hanya 2 kali seminggu, senin dan selasa dari jam 09:00-12:00. Dan hanya menerima 10 pasien berobat gigi.

Saya ngebut agar cepat sampai ke klinik walau tetap berhati hati. Seperti hitungan saya, jam 7:21 saya tiba di klinik. Halaman klinik sudah penuh dengan sepeda motor, 2 mobil sudah terparkir. Saya jadi ragu apakah saya dapat kuota antrian. Melihat orang yang sudah ramai menunggu.

Saya dan istri segera bergabung dengan antrian pasien, bertanya ke pada beberapa orang yang sudah menunggu. Jawaban mereka hampir sama, ingin berobat ke dokter gigi. Saya langsung menghitung orang yang sedang menunggu. Ada 20 orang dan itu berarti saya dan istri bisa jadi tak masuk kuota 10 orang.

Dan benar saja, ada satu orang yang berinisiatif membuat daftar antrian dengan secarik kertas, sudah tertulis  10 orang. Berarti Ini kali kedua saya tak mendapatkan kuota berobat gigi, setelah hari senin kemarin saya juga gagal karena datang jam 08:30.

Saya tak tega melihat istri yang sakit gigi dan sudah dua kali datang tak juga mendapatkan kuota berobat. Dalam antrian ada 6 orang yang juga bernasib sama. Karena datang kurang pagi.


Untuk menebus rasa bersalah karena saya menganggap hadir 2 jam sebelum jam layanan sudah cukup pagi ternyata saya salah besar. Entah jam berapa saya harus datang ke klinik biar mendapatkan jatah pengobatan mungkin setelah subuh saya langsung ke klinik dan berdiri mengantri

Saya mengajak istri berobat ke Puskesmas kecamatan yang jaraknya hanya lima ratus meter dari klinik. Berharap pelayanan gigi di puskesmas bisa menerima pasien lebih banyak.

Namun sesampainya di Puskesmas, baru sampai meja pendaftraran seorang laki laki sudah berteriak teriak , pelayanan gigi sudah tutup. Saya bertanya kepada laki laki yang bertugas mencatat antrian berapa kuota pasien gigi. Dia menjawab lima belas orang. "Dokter giginya cuma satu pak, jadi cuma bisa nerima 15 orang"

Saya tak mau menyerah, saya bilang ke istri kita ke puskesmas Tigaraksa yang lebih besar karena berada di pusat kota Kabupaten Tangerang. Jaraknya  5 km dari puskesmas cisoka. Berharap ada kuota untuk berobat gigi.

Saya pacu lagi sepeda motor saya lebih cepat, beruntung perjalanan lumayan lancar tanpa hambatan. Sampai di puskesmas Tigaraksa saya langsung menuju meja pendaftaran pasien, dan jawaban yang  sama , pasien gigi sudah ditutup. Kuotanya 30 orang.

Tak ada harapan pagi itu, tiga tempat sudah saya datangi dan semuanya sudah penuh. Walau jam layanan berobat belum berjalan. Seperti itulah bila sakit gigi, kuota ditentukan dan jam layanan yang sangat terbatas

Butuh Waktu 6 sampai 7 Jam

Dalam hitungan saya untuk berobat gigi dibutuhkan waktu yang cukup menyita. Datang pagi pagi  3 jam sebelum waktu pelayanan dibuka. 3 jam menunggu sampai tercatat mendapatkan kuota berobat. Lalu menunggu antrian , yang rata rata pelayanan gigi untuk satu pasien antara 30-45 menit untuk tindakan cabut, tambal atau pembersihan karang gigi.  

Untuk mendapatkan pelayanan pemeriksaan dan tindakan tergantung nomer antrian yang kita dapatkan, pengalaman terakhir yang saya alami menunggu hingga 3 jam. Jadi total waktu yang dibutuhkan 6 jam belum terhitung waktu perjalanan menuju klinik atau puskesmas.

Tindakan gigi berdasarkan aturan pelayanan BPJS Kesehatan atau aturan Puskesmas hanya satu tindakan yang bisa diberikan dokter gigi. Bila dibutuhkan tindakan penambalan, baru tindakan pembersihan dan perawatan, tambalan baru bersifat sementara. Karena biasanya dokter akan melakukan perawatan sebelum menambal permanen.

 Dibutuhkan 3 sampai 4 kali kunjungan tergantung kondisi gigi dan diagnosa dokter gigi. Itu berarti akan dibutuhkan waktu yang lebih banyak dan panjang lagi.

Untuk orang yang terikat pekerjaan seperti istri saya yang berprofesi sebagai guru. Maka harus meminta izin tidak mengajar beberapa hari. Sebuah konsekuensi yang harus diterima.

Belum lagi bila harus ada tindakan tambahan seperti harus rontgen gigi yang fasilitasnya hanya dimiliki rumah sakit. Maka waktu yang dibutuhkan akan lebih lama lagi.

Di Kabupaten Tangerang saat ini jumlah pasien yang akan berobat gigi jauh lebih banyak dari layanan yang tersedia. Baik di klinik BPJS atau puskesmas. Antrian dibatasi sehingga perebutan kuota sering menimbulkan ketegangan antara pasien  dan petugas pendaftaran. Datang pagi pagi sekali sebelum klinik dan puskesmas buka saja belum tentu dapat kuota berobat.

Lebih Baik Mencegah dari Mengobati

Menurut data Riset Dasar Kesehatan (Risdakes) 2018  , 57,6% penduduk Indonesia mengalami masalah gigi dan mulut dan hanya 10,2 % yang mendapat pelayanan medis. Bahkan untuk pelayanan dasar gigi sangat terbatas dan terbilang sulit. Data Risdakes juga menyebutkan hampir 90% masyarakat Indonesia mengalami masalah gigi berlubang namun hanya 4% yang mendapat perawatan tambal.

Menurut data yang sama, anak anak  Indonesia memiliki prevalensi gigi berlubang sangat tinggi sebesar 93% berarti hanya 7% anak yang bebas gigi berlubang. Hal ini tercermin jumlah pasien anak anak yang banyak berobat di klinik dan puskesmas.

Data Risdakes sudah 5 tahun yang lalu tentu sudah berubah, namun sebagai acuan dan gambaran masalah gigi dan mulut di Indonesia. Apalagi ketika pandemi covid 19 dimana praktek dokter gigi sangat membatasi pelayanan bahkan sebagian praktek dokter gigi berhenti (tutup) sementara karena tingkat penularan yang tinggi.Bisa jadi permasalah gigi dan mulut di Indonesia lebih meningkat karena dampak pandemi covid 19.

Untuk itu  dibutuhkan peningkatan layanan , seperti penambahan jam layanan, tenaga dokter dan peralatan sangat diperlukan. Hal ini seperti bom waktu, karena banyak juga masyarakat yang akhirnya enggan berobat ke dokter gigi karena lama dan ribet.

Sementara bila mengakses pelayanan gigi di klinik swasta terkendala biaya yang cukup mahal.Apalagi berobat gigi seperti diketahui tidak hanya satu kali datang bisa berkali kali. Untuk masyarakat menengah kebawah  berobat ke dokter swasta bukalnlah perkara yang mudah.

Perawatan Gigi Sejak Balita

Maka melakukan perawatan gigi terutama saat anak anak (balita)  sangat membantu. Kesehatan gigi dan mulut erat kaitannya dengan kesehatan organ lainnya.

Edukasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)  khususnya gigi dan mulut sangatlah penting. Perawatan gigi seharusnya sudah dilakukan sejak anak mulai tumbuh gigi, orang tua menjadi pihak pertama yang harus melakukan perawatan sejak balita.

Pertumbuhan gigi sejatinya dimulai sejak anak (baca : janin)  dalam kandungan, walau belum muncul gigi saat lahir. Cikal bakal gigi ditentukan oleh nutrisi  saat didalam kandungan. Seorang Ibu yang sedang mengandung  dan selanjutnya menyusui harus mencukupi zat kalsium, fosfor, vitamin D, Protein, Vitamin C pada asupan makanan dan minumannya. Nutrisi pembangun gigi  terus dibutuhkan saat pertumbuhan balita hingga dewasa.

Salah satu perawatan yang biasa dilakukan adalah cara menggosok gigi dengan benar, pemilihan sikat gigi dan  waktu menyikat gigi. Tiga hal ini menjadi salah satu kunci gigi terawat dengan baik. Bahkan menurut anjuran, setiap enam bulan harus mendapat perawatan dari dokter gigi.

Saya dan istri memang harus bersabar dan tetap berusaha untuk bisa berkonsultasi dan mendapat perawatan dari dokter gigi. Datang lebih pagi dan sabar menunggu. Walau berkali kali harus meminta izin akan dilakukan, karena kesehatan gigi sangatlah penting.

Beginilah kerepotan yang  dialami saat sakit gigi, kalau sudah sakit gigi muncul rasa penyesalan karena sebelumnya abai dalam perawatan gigi.

Maka lebih baik mencegah (preventif) daripada harus mengobati (kuratif), Yuk rawat gigi dan mulut jangan  sampai sakit gigi bisa sampai sakit hati.

Salam Bahagia...

*Berdasarkan pengalaman pribadi di pertengahan bulan Juli 2023, lokasi di Kabupaten Tangerang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun