Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ini Kisah Saya Bertahan Hidup Jadi Guru Honorer

15 Juli 2023   11:04 Diperbarui: 15 Juli 2023   14:30 3839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru, Hari Guru Nasional 2022, P2G upayakan nasib guru honorer dan PPPK. (DOK. Humas Kemendikbudristek via kompas.com) 

Sekolah ini dibawah yayasan yang sudah tak memiliki daya upaya selain hanya memiliki bangunan sekolah yang sebagian rusak. Jadilah saya membantu menghidupkan sekolah yang kabarnya dulu sekolah yang cukup diminati. Untuk menghidupkan kembali hampir tak ada modal dan tak ada orang yang mau menjadi guru. 

Murid murid yang didatangkan berasal dari keluarga miskin. Hampir tak ada biaya untuk masuk ke sokolah ini. Di tahun awal yang mendaftar tak lebih dari tiga puluh orang. Jumlah yang sangat sedikit untuk jenjang SMP dan SMA. 

Saya jadi teringat lamaran ke sekolah yang tak pernah ada yang mau menerima. Dan di sekolah ini saya tak perlu melamar lagi karena otomatis saya langsung menjadi guru. Inilah garis hidup yang Tuhan berikan.

Selain menjadi wali kelas saya mengajar pelajaran Bahasa Indonesia kadang pelajaran lainnya. Murid murid saya hampir tak memiliki semangat belajar. Mereka datang karena tak memiliki pilihan. Di awal cukup berat karena saya harus bisa meyakinkan mereka bahwa pendidikan itu penting. Belajar itu menyenangkan.

Berjalannya waktu, saya berhasil membangun suasana kelas dengan baik. Walau saya harus sering memberikan 'hadiah' berupa barang dari goodie bag saat saya menjadi blogger sebuah profesi yang ternyata menjadi salah satu sumber penghasilan. Sedang dari guru honorer saya hanya mendapatkan Rp 200.000 sebulan. Uang yang hanya cukup untuk ongkos bensin dari rumah ke sekolah yang jaraknya 7 km.

Bahkan untuk sekedar membuat soal saat ulangan dan ujian saya menggunakan uang pribadi. Yang saya pikirkan murid murid saya adalah anak keluarga miskin yang keluarganya sudah tak lengkap. Sebagian besar anak yatim atau piatu. Jadi saya niatkan sebagai sedekah.

Untuk bertahan hidup, saya menulis sebagai blogger. Dan saya sangat rajin untuk ikur lomba blog. Atau ikut kegiatan menulis yang kemungkinan besar akan mendapatkan uang saku atau minimal dapat goodie back. Selain itu saya kadang dapat undangan untuk mengisi kelas menulis yang ada honornya walau tidak terlalu besar.

Menjadi guru honorer saya nikmati. Bertemu murid murid saya yang 'ajaib'. Walau tak banyak uang dari profesi saya menjadi guru. Pemerintah daerah juga luput untuk membantu sekolah yang baru saja dihidupkan. Karena administrasi dan kelengkapan yang belum bisa dibuat.

3 Tips Saat Menjadi Guru Honorer

Menjadi guru honorer, guru PPPK, guru ASN, guru yayasan sejatinya setara. Mereka menjadi ujung tombak pendidikan di negeri ini. Khusus guru honorer saya membagikan 3 tips yang pernah saya jalankan

Pertama, saya tetap komitmen menjadi guru yang baik. Datang tepat waktu, memberikan materi ajar, membimbing anak didik agar menajdi orang berguna. Tak melulu masalah akademik, namun lebih ke akhlak murid. Untuk itu saya belajar cara menjadi guru yang efektif, menyenangkan dan bisa memberikan perubahan pada anak didik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun