Mohon tunggu...
Nova Enggar Fajarianto
Nova Enggar Fajarianto Mohon Tunggu... Freelancer - anak muda yang akan terus belajar

Penggiat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Garasi Mobil dan Jalanan yang Terbagi

4 November 2019   11:41 Diperbarui: 5 November 2019   17:41 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Puluhan mobil pribadi terparkir di badan Jalan Dokter Susilo, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Minggu (19/11/2017).(Kompas.com/Sherly Puspita)

Mobil adalah transportasi modern yang menjamur di kalangan kota besar. Para orang 'kaya' sudah terlanjur 'cinta' ke mana-mana menggunakan kendaraan roda empat tersebut.

Tak mau kepanasan, tak mau kehujanan, dan tak mau repot dalam menuju ke suatu tempat, mobil solusinya. Padahal kota besar seperti Jakarta ini, banyak transportasi umum yang dapat digunakan sebagai pengantar si orang 'kaya'. Meski mobil adalah transportasi yang nyaman, namun justru menimbulkan masalah yang serius bagi khalayak ramai.

Dari penyebab kemacetan yang parah di jalanan besar, sampai dengan 'tersumbatnya' jalan-jalan kecil yang berada di perkampungan Ibukota. Perkampungan yang syarat dengan gang-gang kecil yang mungkin tak bisa dilewati, jika ada mobil yang berpapasan dari arah berlawanan.

Jika kita melihat daerah-daerah perkampungan penduduk, jalannya hanya satu itu pun kecil, tapi banyak mobil yang berjejer-jejer di depan rumah yang mepet dengan jalan. 

Entah mobil tersebut sedang parkir sementara kemudian pindah ke suatu tempat atau memang orang yang punya rumah membuat 'garasi' di depan rumahnya. 'Garasi' berukuran kecil, beratapkan langit dan beralaskan jalan aspal.

Ya itu memang tipe 'garasi' yang banyak dimiliki oleh orang-orang yang tinggal di perkampungan Ibu kota. Jalan kecil yang seharusnya menjadi sarana kelancaran lalu lintas, terkadang 'tersumbat' akibat mobil-mobil yang terparkir di 'garasinya'. Macet tak terelakkan.

Klakson motor, mobil dan berbagai kendaraan yang lewat jalanan itu, menggema. Saut-sautan karena mereka ingin terbebas dari kemacetan jalan kecil. Mungkin mereka terburu-buru dan merasa sangat terganggu dengan mobil yang ada di depan rumah.

Jika sudah begitu, siapa yang harus disalahkan? Tuan rumah tentu tidak mau disalahkan, karena 'garasi' itu memang miliknya. Sedangkan kendaraan yang lewat jalanan kecil itu juga tidak mau diganggu dengan keberadaan mobil-mobil yang terparkir di jalan.

Hmmm memang demikian yang terjadi saat ini. Kita butuh solusi, biar sama-sama nyaman.  

(sumber: blog.volanty.com)
(sumber: blog.volanty.com)
Tempat Parkir Khusus Mobil

Ini dia permasalahan yang banyak terjadi di perkampungan Jakarta. Punya rumah tapi tidak punya garasi yang berada di dalam rumah. Akhirnya mobil dengan sengaja parkir di depan rumah yang memakan jalan.

Jika hanya satu atau dua orang yang punya mobil mungkin tidak akan jadi masalah. Bagaimana jika yang punya banyak? Mobil berjejer-jejer kanan kiri, yang jelas sekali mengganggu pengguna jalan yang lewat. Tampaknya perlu ada kesadaran dari tuan rumah.

Jika memang tidak punya garasi karena terbatasnya lahan, tuan rumah bisa mengalah untuk memparkirkan mobilnya ke tempat persewaan parkir. Seperti yang terjadi di daerah saya, ada tempat parkir khusus, bagi para warga yang memiliki mobil tapi tidak punya garasi di dalam rumah. Sebulan cukup membayar 300 (tiga ratus) ribu. 

Jika niatnya untuk kelancaran lalu lintas, tampaknya tak perlu banyak pertimbangan untuk mengeluarkan biaya parkir khusus. Itu konsekuensinya.

Tidak perlu ada mobil

Lain halnya jika pada daerah tertentu tidak memiliki parkir khusus mobil. Tuan rumah dengan berbesar hati akan menjual mobilnya atau memulangkan mobilnya ke kampung halaman di pedesaan.

Pada prinsipnya tidak ada mobil yang digunakan bagi mereka yang tidak memiliki garasi di dalam rumah. Mobil hanya salah satu alternatif untuk kita menuju ke suatu tempat. Jika tidak menggunakan mobil, kita dapat beralih kepada transportasi umum atau ojek online yang sudah menjamur di berbagai kota besar.

So simple kan. Memang perubahan itu kadang rasanya menyulitkan. Tapi jika sudah terbiasa, kita bisa menerimanya dengan baik.

Penggantian dengan Motor

Tak ada mobil, tak membuat kita terpuruk. Tuan rumah bisa menggunakan motor jika hendak berpergian. Motor kan bisa dimasukin ke dalam rumah, jadi tidak akan mengganggu jalanan kecil yang ada di depan tuan rumah.

Jika ternyata ingin berpergian bersama dengan semua anggota keluarga?. Kembali ke poin kedua, tuan rumah bisa menggunakan ojek online. Jika mempertimbangkan azaz kehematan, saya pikir itu sama saja.

Menggunakan mobil pribadi ataupun tidak menggunakannya, sama sama mengeluarkan biaya. Mobil pribadi memerlukan biaya bensin dan perawatan, sedangkan tanpa menggunakan mobil pribadi, tuan rumah mengeluarkan biaya ojek online atau transportasi umum. Sama saja biayanya.

Uraian di atas timbul dari keresahan penulis melihat mobil-mobil yang mengganggu jalanan perkampungan Ibukota. Jalananya sudah kecil, masa iya harus berbagi lagi dengan 'garasi' mobil.

Tentu itu sangat mengganggu pengguna jalan. Hak milik pengguna jalan lebih besar daripada si tuan rumah. Karena jalan adalah sarana publik yang berhak dikonsumsi oleh semua pengguna jalan. Sehingga perlu dijamin kelancarannya dengan terbebas dari berbagai hal yang dapat menganggu lalu lintas.

Bagi tuan rumah, perubahan itu memang menyulitkan. Karena kita sudah terlalu lama terjebak dalam zona nyaman. Tapi kita perlu berbenah, kita harus berubah, dan mengutamakan kepentingan umum itu lebih baik daripada kepentingan pribadi kita.

Uraian di atas hanya menawarkan beberapa solusi yang dapat dilakukan. Tentunya tidak menutup kemungkinan ada solusi lain yang lebih strategis dan dapat diaplikasikan. Jika kita peduli dengan orang lain, maka kita juga harus berubah. Salam perubahan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun