Mohon tunggu...
Muhamad Nour
Muhamad Nour Mohon Tunggu... Buruh - Love traveling

Paguntaka

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Karma Kepiting

11 Oktober 2017   14:35 Diperbarui: 14 Mei 2019   15:59 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tau sirip ikan hiu? di China sana harganya selangit, dikenal penikmatnya sebagai makanan kesehatan, meskipun harganya mahal. Dikampung ku di Tarakan, dulu saat kami kecil, ada pebisnis nampaknya datang langsung dari Tiongkok, mendirikan pabrik pengolahan sirip ikan hiu dipelabuhan perikanan. Kami punya akses keluar masuk disitu karena hutan mangrove sekitarnya, tempat kami cari kepiting. Kami sering melihat ratusan ikan hiu dibantai hanya diambil siripnya, dan biasanya daging hiu kami ambil untuk umpan kepiting.

Pernah suatu hari, ada seorang nelayan membawa pulang seekor ikan hiu raksasa 4 meter disungai tempat si Harun tenggelam, dagingnya kami ambil, siripnya yang besar kami buang. Mapan sombongnya kata temanku.

Diujung jembatan pabrik, ada tempat yang banyak benda berwarna merah, yang sering kami namai Tempekong. Tempat itulah yang banyak kepitingnya, tapi kami terlalu takut memasang perangkap kepiting disitu karena kata temanku si Rusli alias bobob, tempat itu angker. Kami dulu sering nonton film hantu China yg melompat-lompat ditempeli kertas ajaib dia berhenti, kayak anggota dewan, hantu itu yang menunggu Tempekong, kata si Bobob.

Karena overfishing, ikan hiunya berkurang, toke China pemilik pabrik sirip hiu, bangkrut dan mencoba peruntungan lain dengan membuka peternakan kepiting, ya bangkrut juga. Setelah itu, toke toke itu balik kampung dan digantikan perusahaan udang yang bernama Misaya cold storage, kosa kata bahasa inggris pertama kami, tempat bapak ku jual udang.

Hasil tangkapan kepiting kami, biasanya kami jual ke toke pendek dan toke panjang. Toke pendek ini pelitnya minta ampun, yang panjang juga sih. Kesel karena pelitnya, kami sering jual kepiting yang dibagian bawah tas hitam nya ditambah batu biar berat. Tapi, dia nda pernah komplain ya? Yang kami tau, dengan batu yang kami campur kepiting dia bisa bikin toilet bagus. Dengan dosa kami dia bisa membangun toilet!.

Suatu kami pulang dengan hampa, tak dapat kepiting. Sambil menyusuri sungai pulang ke rumah, kami menemukan sebuah perahu yang penuh dengan kepiting tak bertuan. Ah anggap aja begitu. Kami pun dengan cekatan mengumpulkan kepiting dan membawanya pulang, menjualnya ke toke pendek, tanpa batu, kali ini. Tapi dengan dosa, mengambil tanpa ijin. Sepupu ku, satu gerombolan penjarah kepiting, kini jadi kepala dinas pemberdayaan masyarakat desa, saat ini pusing karena uang program banyak dijarah oknum kades. Itulah karma haha!

Yang menarik, si bobob selalu berhasil menangkap banyak kepiting dan tak pernah dan tak akan dia beritahu dimana dia memasang perangkap kepiting. Dia benar-benar orang bisu yang membisu. Atas usaha pengintaian temanku si Jaming, nama aslinya Jamir Ambia, si Bobob rupanya mendapat banyak kepiting di Tempekong! Dia menyebarkan hoax tempat itu berhantu agar dia leluasa cari kepiting. Lantas bagaimana si bobob yang tunawicara memberi tahu kami tempekong itu berhantu china lompat-lompat? Coba kalian praktekkan tanpa suara.

Itulah mungkin sebabnya kenapa suatu hari si bob dan si jaming berantem dikubangan air ditengah jalan. Nanti kuceritakan lanjutannya. Kini, si Jaming jadi kepala sekolah SMP dikampung bapakku, guru bimbingan konseling. Karma lagi!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun