Kecemasan adalah kondisi mental yang semakin umum di era modern, dipicu oleh beragam faktor mulai dari tekanan sosial, beban pekerjaan, hingga ketidakpastian global. Ketika kecemasan mencapai tingkat yang mengganggu fungsi sehari-hari, ia dapat memengaruhi kualitas hidup secara signifikan. Dalam pencarian solusi, berbagai intervensi telah dikembangkan, termasuk pendekatan non-farmakologis yang mudah diakses dan dapat dilakukan secara mandiri. Salah satu yang menunjukkan efektivitas menjanjikan adalah terapi butterfly hug, sebuah teknik sederhana namun didukung oleh pemahaman neurobiologi yang semakin berkembang dan studi terbaru.
Terapi butterfly hug, atau pelukan kupu-kupu, adalah teknik menenangkan diri yang melibatkan gerakan menepuk-nepuk dada secara bergantian dengan tangan disilangkan, menyerupai kepakan sayap kupu-kupu. Teknik ini awalnya dikembangkan oleh Lucina Artigas dan Ignacio Jarero pada tahun 1998 untuk membantu korban gempa bumi di Meksiko mengatasi trauma akut (Artigas & Jarero, 1998). Kesederhanaannya---tidak memerlukan peralatan khusus, dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja---menjadikannya alat pertolongan pertama psikologis yang sangat mudah diakses oleh berbagai kalangan, termasuk anak-anak dan lansia, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian Ramdhani (2023) pada lansia di Surakarta yang mengalami kecemasan. Â
Efektivitas butterfly hug dalam menurunkan tingkat kecemasan dapat dijelaskan melalui beberapa mekanisme yang semakin dipahami dalam literatur terbaru. Salah satu pilar utamanya adalah stimulasi bilateral. Gerakan menepuk-nepuk secara bergantian pada kedua sisi tubuh ini mirip dengan stimulasi yang digunakan dalam Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR), sebuah terapi yang sangat efektif untuk trauma. Stimulasi bilateral ini dipercaya membantu memproses informasi yang terjebak dalam memori traumatis atau mengganggu. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa aktivasi kedua belahan otak secara bergantian ini membantu menenangkan sistem saraf dan mengurangi intensitas emosi negatif (Pramita, 2024; Yuliasari & Khofifah, 2023). Hal ini juga dapat mengalihkan perhatian dari pikiran-pikiran cemas yang berulang, memungkinkan individu untuk memecah lingkaran stres.
Secara neurobiologis, butterfly hug diyakini memengaruhi sistem saraf otonom, khususnya dengan mengaktifkan cabang parasimpatis. Sistem parasimpatis bertanggung jawab atas respons "istirahat dan cerna" tubuh, berlawanan dengan respons "lawan atau lari" yang dominan saat seseorang cemas. Gerakan ritmis yang dikombinasikan dengan pernapasan dalam dapat menstimulasi saraf vagus, saraf krusial yang terlibat dalam regulasi emosi, detak jantung, dan pencernaan (Ayu, 2023). Aktivasi saraf vagus ini membantu menurunkan detak jantung, menstabilkan pernapasan, dan secara keseluruhan mendorong keadaan relaksasi. Penelitian juga mengindikasikan bahwa teknik ini dapat memengaruhi amigdala, bagian otak yang berperan penting dalam respons ketakutan dan kecemasan, dengan membantu menurunkan aktivitasnya (Sari & Mufarrihah, 2024). Beberapa sumber bahkan menyebutkan butterfly hug dapat membantu menyeimbangkan senyawa kimia di otak, seperti hormon stres kortisol, yang dapat berkurang setelah melakukan teknik ini (Pratiwi, 2023; Nurfadillah, 2023).Â
 Selain itu, butterfly hug secara inheren mendorong praktik mindfulness (kesadaran penuh) dan grounding. Saat seseorang fokus pada sensasi sentuhan ritmis dan pernapasan yang dalam, perhatiannya secara otomatis dialihkan dari pikiran-pikiran yang memicu kecemasan ke sensasi fisik di masa kini. Ini membantu individu untuk tetap "membumi" dan terhubung dengan tubuhnya, sebuah strategi yang efektif untuk mengatasi perasaan kewalahan atau disosiasi (Yuliasari & Khofifah, 2023). Dengan memberikan sentuhan yang menenangkan pada diri sendiri, teknik ini juga dapat meningkatkan self-compassion atau welas asih terhadap diri, yang esensial dalam proses penyembuhan emosional (Nurfadillah, 2023).Â
Berbagai studi terbaru terus mengkonfirmasi efektivitas terapi butterfly hug. Misalnya, penelitian yang diterbitkan di Jurnal Keperawatan Muhammadiyah (Pramita, 2024) menemukan bahwa pemberian terapi butterfly hug efektif pada pasien dengan ansietas, dengan nilai P value signifikan (<0.05). Studi lain pada orang tua dengan anak berkebutuhan khusus di Yogyakarta juga menunjukkan efektivitas butterfly hug dalam menurunkan tingkat stres mereka (Ramdhani, 2024). Demikian pula, penelitian oleh Ayu (2023) menyimpulkan bahwa butterfly hug efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi.Â
Meskipun terapi butterfly hug menunjukkan efektivitas yang menjanjikan, penting untuk dicatat bahwa ia bukanlah pengganti terapi profesional untuk gangguan kecemasan yang parah atau kondisi mental yang kompleks. Namun, sebagai intervensi pelengkap yang non-invasif, mudah diajarkan, dan didukung oleh bukti ilmiah yang semakin kuat, butterfly hug merupakan alat yang sangat berharga dalam manajemen kecemasan. Dengan kemampuannya menenangkan sistem saraf, mengalihkan fokus, dan memberdayakan individu untuk mengelola emosi mereka sendiri, terapi butterfly hug benar-benar menawarkan pelukan yang menenangkan bagi hati yang cemas, membimbingnya menuju ketenangan dan keseimbangan dalam menghadapi tantangan hidup.
Daftar Pustaka
- Ayu, N. K. D. (2023). Efektifitas Terapi Butterfly Hug Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Menyusun Skripsi. Skripsi. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
- Nurfadillah. (2023). Efektivitas Terapi Butterfly Hug Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Mayor di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Skripsi. UIN Raden Intan Lampung.
- Pramita, I. (2024). Pengaruh Terapi Butterfly Hug Terhadap Tingkat Ansietas Pada Pasien Pre Operasi Mayor: Studi Literatur. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 12(1), 101-109.
- Pratiwi, N. W. (2023). Pengaruh Pemberian Terapi Butterfly Hug Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Dokter Soedarso Pontianak. Skripsi. Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak.
- Ramdhani, M. (2023). Efektivitas Pemberian Butterfly Hug Untuk Mengatasi Kecemasan Pada Lansia di Surakarta. Jurnal Inovasi Kesehatan Masyarakat, 2(2), 22-26.
- Ramdhani, M. (2024). Efektivitas Butterfly Hug Untuk Menurunkan Tingkat Stres Orang Tua Dengan Anak Berkebutuhan Khusus Di SLB Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi. Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.
- Sari, N. P. I., & Mufarrihah, A. (2024). Pengaruh Pemberian Terapi Butterfly Hug Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Skripsi. Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari.
- Yuliasari, E., & Khofifah, R. (2023). Pengaruh Terapi Butterfly Hug Terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung, 5(2), 271-278.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI