Mohon tunggu...
Norman Meoko
Norman Meoko Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Menulis Tiada Akhir...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pertarungan Terakhir Media Arus Utama

27 Juli 2021   08:43 Diperbarui: 27 Juli 2021   09:00 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para pengelola media harus juga berbaur menjadi sebuah newsroom di mana sekat-sekat keredaksian menjadi cair. Dalam konteks ini tepat istilah konvergensi media. Penggabungan media-media yang ada dan diarahkan kedalam satu titik tujuan.

Tidak ada lagi istilah saya jurnalis cetak atau jurnalis online. Semua berita dilihat dari waktu penyampaian ke publik. Jika berita itu bersifat breaking news maka dapat disalurkan melalui siber media. Jika perlu pendalaman lebih jauh maka dapat dikembangkan sebagai sebuah peliputan mendalam atau investigasi reporting jika berita itu terkesan ada upaya ditutup-tutupi pihak-pihak tertentu atau oleh penguasa. Dan publik harus tahu soal itu.

Persoalnya apakah media arus utama cukup pada pembenahan hal itu. Jawabannya tidak! Karena media arus utama harus kembali kepada sosok media yang sesungguhnya. 

Tidak saja hanya menyampaikan berita secara kasat mata seperti halnya siber media yang selalu mengagungkan kecepatan informasi tetapi kerap mengabaikan akurasi fakta. 

Di sini sebenarnya kiat yang bisa dilakukan media arus utama yakni menjadi berita yang benar-benar berita; lengkap; mendalam dan menyodorkan solusi dengan tetap mengedepankan verifikasi fakta demi fakta dan membuang jauh-jauh menjadi alat propaganda pihak-pihak tertentu. Media harus berpihak kepada khalayak. Itu sudah harga mati!

Pemilihan topik atau tema liputan juga menjadi hal lain yang patut menjadi pertimbangan. Keterpaduan tema liputan dalam konteks konvergensi media menjadi sesuatu yang mutlak; tak bisa ditawar-tawar lagi agaknya. Dalam konteks ini lagi-lagi kepentingan publik menjadi acuan dasar. Dengan demikian media tetap tidak akan rapuh dari mitos bahwa pers adalah "pilar ke-4" dalam demokrasi.

Goenawan Mohamad dalam kolomnya "Media dan Interpretasi" menuliskan begini: "Suatu media yang mendistribusikan informasi tak bisa berasumsi bahwa ia bagaikan sang pemanah ulung yang seringkali, malah selalu, mengenai apa yang dibidiknya. Dengan bahasa,  media punya dinamika lain. Informasi tersebar mirip benih atau virus: tak selamanya bisa diketahui di mana ia jatuh, di mana ia tumbuh - dan apakah benar tumbuh."

Semoga bukan pertarungan terakhir media arus utama.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun