Mohon tunggu...
Norbertus Sereming
Norbertus Sereming Mohon Tunggu... Universitas PGRI Sumatera Barat

Saya adalah mahasiswa universitas PGRI Sumatera Barat yg jurusan sains data fakultas sains dan teknologi tepatnya digunung Pangilun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mentawai mongan Tepuk

20 Agustus 2025   15:23 Diperbarui: 20 Agustus 2025   15:23 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu warga mongan tepuk 

salah satu warga mongan tepuk 
salah satu warga mongan tepuk 

oleh Norbertus sereming 

Mentawai -- Di tengah arus modernisasi yang semakin deras, masyarakat Sakuddei di Dusun Tepuk, Siberut Barat Daya, Mentawai, tetap setia menjaga tradisi leluhur dalam mengelola alam. Sistem ladang , beternak babi dan ayam, hingga pemanfaatan tanaman obat tradisional masih menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari.

Ladang yang Menjadi Nadi Kehidupan

Masyarakat Sakuddei mengandalkan sistem umbaran, yakni membuka ladang sagu, pisang, keladi, ladang dengan cara tradisional. Bagi mereka, ladang bukan sekadar sumber pangan, tetapi juga simbol hubungan manusia dengan alam.
"Ladang adalah hidup kami. Dari sinilah kami makan, merawat keluarga, dan menghormati roh leluhur," ungkap seorang tokoh Sakuddei.

Ternak Sebagai Simbol Sosial dan Ritual

Selain bercocok tanam, masyarakat Sakuddei juga memelihara babi, ayam, serta hewan lain. Hewan ternak tidak hanya digunakan sebagai sumber protein, tetapi juga memiliki nilai sosial dan budaya. Babi, misalnya, kerap menjadi bagian penting dalam ritual adat, pesta keluarga, maupun upacara keagamaan.
"Bagi kami, ternak bukan hanya soal makanan. Itu bagian dari ikatan sosial dan penghormatan," jelas seorang warga.

Kearifan dalam Pengobatan Tradisional

Masyarakat Sakuddei juga dikenal kaya akan pengetahuan tentang tanaman obat. Hampir setiap daun, akar, atau kulit kayu di hutan memiliki fungsi penyembuhan, dari obat luka hingga ramuan untuk stamina. Pengetahuan ini diwariskan turun-temurun, dan menjadi bukti kearifan lokal yang sejalan dengan prinsip menjaga keseimbangan alam.

Harapan untuk Masa Depan

Meski masih memegang teguh tradisi, masyarakat Sakuddei kini juga menghadapi tantangan besar: akses kesehatan, pendidikan, dan pembangunan yang belum merata. Namun, di tengah tantangan itu, kearifan tradisional dalam bertani, beternak, dan menjaga hutan justru bisa menjadi inspirasi untuk pembangunan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun