Mohon tunggu...
Norberth Javario
Norberth Javario Mohon Tunggu... Konsultan - Pengelana Ilmu

Menulis semata demi Menata Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tentang Mendepak atau Merangkul Lawan Politik Sesudah Kemenangan Pilkada

3 Juli 2022   18:41 Diperbarui: 3 Juli 2022   19:08 2355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Koleksi Pribadi

Pada situasi menang pilkada, pemimpin terpilih tahu bahwa roda-roda gir pemerintahan sudah terpasang. Ia hanya tinggal memastikan saja bahwa semua unit itu berputar. Ia tahu bahwa polanya mengikuti sistem yang sudah baku sehingga siapa pun dia yang ditaruh pada posisi tertentu tak akan memengaruhi perputarannya.

Ya, siapa pun yang menempati posisi pemegang tuas dari mesin pemutar gir dari tiap dari tiap unit pastilah akan membuat rangkaian mesin besar'/unit pemerintahan yang dikepalainya berjalan. Konsep yang nampaknya sederhana.

Menariknya, ada dua simpulan yang berbeda lagi dari pengertian yang nampaknya sederhana ini. Dua tindakan yang saling bertolak belakang bisa dilakukan berdasar satu pemahaman dasar di atas.

Yang pertama, karena menganggap bahwa tidaklah penting siapa yang mengisi posisi dalam sistem, pemimpin terpilih mengutamakan para  pendukung politiknya, kerabat beserta orang-orang dekatnya. 

Ia berpegang pada prinsip bahwa soal kemampuan bukan yang utama, mengingat bahwa semua pasti bisa menyesuaikan diri dengan metode yang ada. Bahkan ada kesan bahwa sang pemimpin menutup mata meski mengetahui kemampuan orang yang ditunjuknya tak seperti diharapkan sebab mengedepankan persoalan lain seperti balas jasa politik.

Yang kedua, pemimpin terpilih melihat bahwa tak penting melihat masa lalu, masa sebelum pilkada. Siapa pun yang ditaruh dalam posisi-posisi birokrasi haruslah berbasis analisa kemampuan profesional tanpa embel-embel lain. 

Bagi banyak orang, sikap semacam itu aneh. Sebagian besar dari kita cenderung memandang pihak yang kalah sebagai bukan prioritas. Ini karena sisi manusiawi kita yang tak bisa dilepaskan begitu saja dalam menilai, apalagi berdasarkan ritus pilkada yang berbasis menang-kalah.

Dari sisi politis, sikap yang pertama merupakan kewajaran. Mengabaikan pendukung politis dalam berbagai pengambilan keputusan merupakan sesuatu yang tak boleh dilakukan, apalagi jika dipandang dari aspek budaya ketimuran. Namun demi yang namanya good governance alias pemerintahan yang baik, sikap yang kedua, meski terkesan sulit, itulah yang harus dilaksanakan.

(Beberapa kutipan berasal dari Homo Deus karya Yuval Noah Harari)

JAVARIO

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun