Mohon tunggu...
Noprita Herari
Noprita Herari Mohon Tunggu... Practitioner in Action, Academician in Thought ✍

Turn overthinking menjadi tulisan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Bukan hanya Cuan, Ketika Passion menjadi Jalan Model Kepemimpinan Baru

28 Juli 2025   08:23 Diperbarui: 20 Juli 2025   12:09 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zuae Henna Art (Instagram, 2025)

Solopreneur adalah pemimpin diam-diam di tengah hiruk pikuk dunia kerja digital.

Saya tidak punya atasan, tapi saya punya tujuan.”

Itulah salah satu kalimat yang dilontarkan oleh Zuaeriyah, seorang seniman produk Henna Art & Craft yang membangun brand @Zuae_Henna_art (Instagram) sendiri dari nol. Tanpa hiruk-pikuk kantor, tanpa struktur organisasi kompleks, dan tanpa perlu status “CEO,” Zuaeriyah justru menunjukkan bagaimana seseorang bisa memimpin, bukan orang lain, tapi dirinya sendiri dan komunitas yang dibentuknya.

Dalam dunia kerja yang makin volatil, penuh badai pemutusan hubungan kerja (PHK), disrupsi digital, dan krisis kepercayaan terhadap sistem, lahirlah sekelompok individu yang memilih jalan sepi: menjadi solopreneur.

Solopreneur: Bukan Sekadar Usaha Sendiri

Bagi sebagian orang, menjadi solopreneur terdengar seperti pekerjaan cadangan. Tapi bagi mereka yang menjalaninya, ini adalah cara hidup. Solopreneur bukan sekadar usaha mikro yang dilakukan sendirian, melainkan bentuk kepemimpinan berbasis makna (purpose-driven leadership). Kepemimpinan yang tidak memerlukan panggung besar, karena nilai-nilainya berbicara lebih lantang daripada gelar.

Penelitian Herari, Waluyo & Rubiyanto (2026) menunjukkan bahwa digital passion solopreneurs seperti @koleksikikie (wirausaha aksesori handmade), @pritahw (konsultan komunikasi) dan @ajipedia (produk digital untuk produktivitas) menavigasi bisnis mereka dengan menggabungkan piramida kebutuhan Maslow, filosofi ikigai, serta 7 level kesadaran kepemimpinan ala Richard Barrett.

Mereka memimpin diri sendiri melalui authenticity, bukan otoritas. Mereka menggerakkan komunitas melalui narasi, bukan instruksi.

Perempuan dan Kepemimpinan Diam-Diam di UMKM

Di Indonesia, 64,5% dari pelaku UMKM adalah perempuan (KemenKopUKM, 2025). Angka yang besar ini tidak selalu mendapat sorotan setimpal. Mayoritas dari mereka adalah solopreneur, menjual kue buatan rumah, membuka jasa desain dari kamar sempit, atau menjadi edukator informal di media sosial.

Namun di balik angka itu, tersembunyi bentuk kepemimpinan yang jarang dibicarakan. Perempuan yang memimpin dengan empati. Yang menyelaraskan bisnisnya dengan nilai keluarga, waktu, dan kesehatan mental. Mereka jarang menyebut diri mereka “leader,” tetapi memimpin dengan tenang, dan seringkali tanpa validasi publik.

Kepemimpinan seperti ini relevan dengan konsep self-leadership, suatu bentuk kepemimpinan berbasis refleksi, koneksi, dan kehadiran penuh makna. Di era yang terlalu bising dengan pencitraan digital, para solopreneur perempuan ini justru mengajarkan keheningan sebagai strategi keberlanjutan.

Menciptakan Rasa Aman dalam Bekerja Mandiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun