Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Pengaruh Keteladanan Guru Terhadap Sikap Disiplin Siswa

1 April 2016   15:18 Diperbarui: 1 April 2016   15:23 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Disiplin sebuah kata yang kerap kali kita dengar dimana-mana, di sekolah, dikantor, dirumah, dilingkungan masyarakat, dan lain sebagainya. Disiplin menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki sikap ini adalah orang yang patuh terhadap aturan dan norma dalam linkungannya. Disiplin tidak hanya merujuk pada ketepatan waktu saja (disiplin waktu) namun, disiplin juga merujuk pada kepatuhan sesorang atas suatu aturan dalam masyarakat, contohnya disiplin kerja, disiplin dalam kegiatan keagamaan, dan disiplin dalam kemasyarakatan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Disiplin diartikan sebagai ; 1). Tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dll), 2). Ketaatan (patuh) pada aturan. Dari kedua arti disiplin menurut KBBI diatas, dapat kita artikan disiplin sebagai suatu cara atau sarana berupa aturan, norma dan tata tertib untuk menciptakan sikap disipin dalam diri seseorang, dan sebagai bentuk ketaatan seseorang terhadap aturan, norma dan hokum yang ada dalam masyarakat.

Sedangkan menurut Sofyan (dalam http://lamoiko.blogspot.co.id), disiplin memilik 2 hakikat yaitu : 1) Adanya kemampuan dan motivasi dari dalam diri sendiri untuk mengendalikan diri, sehingga memiliki sikap taat dan patuh pada peraturan yang berlaku. 2) Adanya kemampuan atau motivasi dari luar dengan sukarela, sadar dan teguh hati menerima tata nilai lingkungan guna menentukan perilakunya.

Sikap disiplin seorang anak biasanya akan mengikuti atau mencontoh dari seseorang yang lebih dewasa darinya, seperti orangtua dan saudara yang lebih tua didalam keluarga, ibu dan bapak guru di lingkungan sekolah dan para tokoh-tokoh masyarakat dilingkungan tempat tinggalnya. Seorang anak akan sangat cepat menangkap atas apa yang dia lihat, kemudian itulah yang akan ditirunya.

Seperti halnya, guru yang ada disekolah. Guru sebagai seorang pengajar sekaligus sebagai seorang pendidik. Guru tidak hanya mengajarkan materi pelajaran kepada siswa, namun guru juga harus mendidik siswanya untuk dapat memiliki karakter yang baik, disiplin, bermoral dan berakhlak mulia, salah satunya dengan cara menjadi teladan bagi siswanya. Ingatkan “Guru itu digugu dan ditiru”.

Guru diartikan oleh Sofyan sebagai orang yang telah dewasa yang memberikan ajaran, latihan dan bimbingan  sesuai dengan hak dan kewajibannya serta bertanggung jawab terhadap si terdidik. Seorang guru yang memiliki perangai yang baik, sopan, bijaksana disiplin dan berwibawa akan memiliki kesan yang kuat didalam ingatan muridnya. Sikap-sikap itulah yang akan digugu dan ditiru muridnya. Begitupun sebailiknya, jika seorang guru memiliki perangai yang buruk, kasar, tidak bertanggung jawab, dan tidak disiplin maka akan memberikan contoh negative bagi muridnya. Pasti dulu ketika anda masih dibangku sekolah dasar atau menengah, anda pernah mendengar atau mengatakan, “ah…biar saja, toh ibu atau bapak guru juga begitu”. Ini merupakan hasil dari sikap dan tindakan guru yang telah ditiru oleh siswanya.

Menurut Nurul (dalam http://blog.umy.ac.id),  Keteladanan adalah suatu yang dipraktikan, diamalkan, bukan hanya dikhutbahkan, dituliskan, dan diperjuangkan. Karena tugas seorang guru adalah mengajar sekaligus mendidik, maka keteladanan dari seorang guru menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar. Dari makna keteladanan yang disampaikan diatas, menunjukkan bahwa guru adalah sosok yang tidak bisa membuang tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang guru dimana pun dia berada. Keteladanan akan menjadikan seseorang terpacu untuk dapat mengikuti jejaknya.

Namun dalam faktanya saat ini, keteladanan seorang guru seolah telah tersapu oleh zaman ini. Sudah jarang kita menemukan guru yang benar-benar dapat menjadi teladan yang baik bagi siswanya. Disekolah guru melakukan hal-hal yang tak sepantasnya dilakukan. Seperti memaki, menghukum, memukul, tidak disiplin dan tidak bertanggungjawab. Guru dengan sosok seperti ini sudah tidak mencerminkan seorang guru yang sejati.

Hal ini menimbulkan kecemasan. Bagaimana bisa seorang guru yang seharusnya menjadi teladan dan contoh yang baik bagi muridnya, yang telah diberi amanat oleh orangtua siswa dan bahkan Negara untuk mendidik anak bangsa agar menjadi generasi yang berkarakter bisa melakukan hal-hal yang berdampak bagi perubahan karakter anak kea rah negative? Dalam tujuan nasional pendidikan telah diamanatkan kepada guru untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan itu tidak akan dapat tercapai tanpa adanya usaha dan kerjakeras seorang guru untuk mewujudkannya, karena gurulah yang setiap harinya mengajar dan mendidik siswa disekolah.

Penyebab timbulnya permasalah ini antara lain; 1) Kurangnya kesadaran guru terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Seorang guru yang mengetahui dan menyadari tugasnya sebagai seorang guru yang tidak hanya pengajar namun mendidik, akan memberikan pelayanan terbaiknya sebagai seorang guru yang bertanggung jawab. 2) Menjadi seorang guru hanya sebuah profesi. Banyak orang sengaja mengejar profesi guru hanya karena katanya, “Gaji guru itu banyak, apalagi jika sudah PNS”. Bukankah hal itu sering anda dengar? Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya kesadaran dan usaha guru untuk mendidik muridnya, karena baginya, profesi guru hanya untuk mencari materi saja. Jadi setelah selesai jam mengajar, dia akan kembali menjadi seseorang yang lain dengan melepas baju gurunya. Drs.H. Moh. Jufri mengatakan (dalam http://wwwmj67.blogspot.co.id), “Sosok guru dan profesinya melekat di mana saja mereka berada, sehingga kata ‘’guru’’ selalu dipergunakan sebagai identitas, baik ketika guru tersebut melakukan aktivitas yang berkaitan dengan dunia pendidikan, maupun kegiatan yang jauh dari ranah pendidikan.”3) Guru yang bukan lulusan Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK). Guru yang lulusan LPTK sudah pasti tahu dan mengerti bagaimana seharusnya karakter dan kewajiban seorang guru yang sesuai dengan Kode Etik Guru. Dan menjadikanya sebagai pedoman dalam menjalankan tugasnya. Sedangkan guru yang bukan lulusan LPTK atau non-LPTK, tidak akan mengerti bagaimana sebenarnya profesi seorang guru itu, karena tidak pernah mendapatkan pendidikan terkait dengan profesi keguruan.
Banyak kita lihat guru yang sering telat datang ketika jam pelajaran secara tidak lansung memberikan contoh kepada siswanya untuk ikut tidak disiplin. Ketika siswa datang tepat waktu, guru malah terlambat tanpa menjelaskan alas an keterlambatannya kepada siswa . Akibatnya pada waktu selanjutnya, siswa pun akan ikut telat atau sengaja datang terlambat karena sudah tahu bahwa gurunya pasti akan datang terlambat. Ketika siswanya ikut meniru apa yang dilakukan guru, tidak salah lagi, siswa akan diberi hukuman. Dari berbagai penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa keteladanan guru akan sangat berdampak pada karekter  disiplin siswa.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun