"Welcome Back Nad! Back to rutinitas," sapa Hilda rekan kerja sesama shadow teacher.
"Iya Hil," jawabku pendek. Kembali dengan rutinitas dan semester awal yang medebarkan dengan anak-anak baru. Aku belum tahu keistimewaan apa yang dipunya anak  shadow aku di semester ini.
"Nad, itu yang bernama Raza ..." tunjuk Hilda pada seorang anak laki-laki tujuh tahun, beralis tebal, wajah ganteng, dan kulit agak gelap.
"Kata Bu Laida dia samapai lima tahun tinggal di Amerika jadi bahasanya campur-campur," info Hilda lebih lanjut mengenai anak yang akan aku handle di tahun ini.
Profesiku sebagai guru pendamping anak spesial dalam tiga tahun ini, banyak membuat aku kadang terkaget dengan beberapa insiden.
"Hai Teman, namaku Bu Nadya. Siapa namamu Sayang?" Aku menyapa Raza sebagai awal pertemuan di hari pertama tahun ajaran baru anak-anak kelas satu.
Yang aku tanya dengan semangat, hanya bengong-bengong dengan mata melirik lalu berputar-putar lanjut mengerjap-ngerjap matanya seakan melihat sesuatu yang aneh mungkin?
Dia tidak peduli sama sekali sapaanku, tapi Raza memilih berbalik untuk mencari meja yang terjauh dari kamar mandi.
"Baiklah kalau begitu kamu duduk di sini ya," kata Nadya lembut berusaha untuk pertemuan awal membuatnya bisa langsung dekat dengan dirinya.
"Ehhh what is your name?" Nadya berusaha menyapa lagi.
Tugas awal shadow teacher adalah bisa mengambil hati anak yang akan di dampingi, memberikan rasa nyaman sehingga anak tersebut pun akan merasa nyaman di dekatnya.