Kali ini bunda Icha akan berbagi perjalanan ke Medan, setelah hampir dua tahun ber Long Distance Ria dengan suami antara Jakarta-Medan baru tanggal 21 Desember 2012 saya berkesempatan mengunjungi tanah Medan tempat suami sekarang bertugas.
Sebuah pengalaman yang tidak terlupakan menjelajah tanah Karo dalam waktu sehari yang penuh dengan keindahan, apalagi kalau bukan danau Toba yang menjadi sasaran utama trip kali ini.
Suami telah memepersiapkan semua keperluan saya, memang dia sangat berharap sesekali saya mengunjungi kota Medan yang juga telah membiusnya dengan berbagai keragaman keindahan, makanan dan budayanya.
Walau hanya dua malam saya di Medan ada beberapa cerita yang bisa saya share selama dua hari.
Horas Medan! 20 Desember 2012
Dengan pesawat kelas ekonomi 21 Desember 2012 saya melintasi Jakarta-Sumatera keberangkatan pukul 18.30 dengan cuaca yang kurang baik karena memang September sampai Januari pasti setiap sore akan banyak turun hujan.
Perjalanan cukup menyenangkan dengan segala fasilitas dan pelayanan yang memuaskan. Aku nikmati santap malam dengan sekotak macaroni schotel daging sapi yang hangat dan gurih, agar-agar mangga yang segar dan manis ditutup dengan air putih.
Tanpa terasa dua jam terlewati tepat pukul 20.30 saya sampai di bandara Polonia. Senangnya karena suami dan beberapa rekan kantor menjemputku. Aku merasa cukup puas berkeliling sesaat kota Medan di malam hari.
Medan di malam hari yang sempat terekam dalam catatan yang aku bawa kemana-mana. Medan adalah jantung kota perekonomian pulau Andalas. Sepanjang perjalanan bandara Polonia ke daerah Setia Budi dalam bayanganku ramai seperti Jakarta, ternyata jauh lebih tenang dan banyak café, kedai aku lihat. Rasanya ingin mampir ke salah satu kedai kopi tapi belum terwujud karena semua diatur oleh suami yang tampaknya sudah capai pulang dari kantor. Menjelajah Medan malam hari menjadi PR kunjungan berikutnya.
Apalgi menurut cerita teman harus menjajal Bentor yang merupakan becak mesin sepeda motor berkeliling, menikmati ikan bawal steam Bintang, menikmati keramaian Walk Merdeka…ah dan penasaran memasuki kedai-kedai di sepanjang jalan terlewati.
Let’s Go To Toba Lake! 22 Desember 2012
22 Desember 2012 bertepatan hari Ibu setelah berdoa di shubuh yang dingin karena semalaman hujan mengguyur kota Medan dan mengucapkan rasa syukur juga mengirim salam pada mama yang sedang di Jakarta menjaga dua puteriku untuk hari ibu, apapun aku akan selalu mencintainya hingga akhir hayat kami. Selamat Hari Ibu Mama, terima kasih atas segala pengorbananmu dan kasih sayangmu.
We start pukul 06.00 perjalanan menjelajah tanah Karo dari mess tempat suami tinggal di bilangan Setia Budi. Sudah pukul 06.00 tapi suasana seperti pukul 05.00 di Jakarta, masih gelap gulita dan gerimis masih saja mengguyur.
Kita berlima, aku, suami, pak Yono driver pemandu, Ryan dan Agung dengan membawa ransel juga berbagai snack sudah ready di mobil Fortuner
Berhubung ini bukan perjalanan yang pertama kali buat suami dan teman-temannya, mereka memilih untuk tidur dalam perjalanan. Tentu saja beda dengan aku yang sangat excaiting dengan penjelajahan pertama kali ke tanah Medan yang selama ini hanya aku kenal lewat cerita dan buku panduan yang aku beli untuk siap menjelajah tanah Medan dengan joke agar nggak dibohongin ama suami tentang Medan setidaknya aku dah ada buku pegangan. Ha…ha…ha…
Keluar dari kompleks Setia Budi aku sempat mampir lokasi ke proyek perumahan suami sedang bertugas dan lanjut perjalanan dimulai.
Untung pemandu perjalanan sekaligus driver kami adalah pak Yono orang Jawa yang gak kenal Jawa soalnya dari bayi sampe sekarang sudah bapak-bapak berputera tiga orang, belum pernah melangkahkan kakinya sampai ke Surakarta tempat asal kedua orang tuanya. Sampai di kantor dijulukin orang Jawa murtad! Ha…ha…ha… ada-ada saja teman-teman kantor si Ayah.
Pak Yono banyak memberi masukan cerita dan joke yang membuat perjalanan buatku menyenangkan, “Wah Bu Makmun, di sini kereta saja menjadi sasaran pencurian lho!” kata beliau dengan mimik serius.
“Oh ya…gimana mencurinya Bang ?” tanyaku sambil ngebayangin kereta api di gotong beberapa pencuri. Ah Impossible!
“Ya gampanglah Bu Makmun, tinggal diangkat terus taruh mobil bak terbuka lalu di bawa kabur.”
Suami sudah senyum-senyum saja, “Bun kereta itu bahasa Medan, kalau di Jakarta kereta itu artinya motor.”
“Ha ha ha pagi buta aku sudah kena joke pak Yono si Jawa Murtad! atau si Medan Gak Jelas! Tapi karena ada pak Yono aku tidak tidur semenitpun dalam trip menjelajah tanah Karo.
“Iya Bu, jangan heranjalan kecil ini akan banyak pajak kalau siang hari…?” kata pak Yono saat melintasi jalan kecil keluar dari kompleks proyek.
“Oh ya ngapain petugas pajak di jalan kecil gini ? apa yang harus di pajek-in?” kataku masih saja lurus-lurus.
“Aduuh Bun hati-hati ngomong sama pak Yono, pajak itu artinya pasar bahasa Medan.” Kata suamiku yang ternyata belum tertidur.
“Ha…ha…ha… aku kena terus nih.” Kataku dan pak Yono memang humoris semakin senang saja pemandu jalan ini ngerjain aku.
“Ih itu apa Pak, kaya lemper tapi lebih besar bungkusannya…” kataku melihat makanan lemper yang sedang di bakar.
“Oh itu namanya lemang Medan Bu, maknan khas Sumatera Utara dari beras ketan dimasak dalam seruas bambu setelah sebelumnya digulung dengan selembar daun pisang. Gulungan daun bambu berisi tepung beras bercampur santan kelapa ini kemudian dimasukan ke dalam seruas bambu lalu dibakar sampai matang. Enak dinikmati hangat-hangat Bu! Dan beragam menikmatinya ada yang suka manis dengan selai srikaya tau gurih dengan lauk pauk, telur.”
“Hmmm yummy harus di coba nih Bang!”
Mobil terus melintas dengan kecepatan sedang 110-140 km/jam. Perjalanan yang cukup jauh ada beberapa tempat yang sempat di ceritakan oleh pak Yono seperti melintasi sebuah taman permainan Hill Park Sibolangit. Cerita pak Yono tentang Hill Park Sibolangit merupakan arena permainan anak-anak, ada beberapa wahana seperti rollercoaster (gelegar), ferries wheel (kincir raksasa) dan 4D Theater. Mereka mengusung tiga tema Lost City, Toon Town serta Heritage. Sangat tepat dikunjungi dengan putera puteri.
Pemandangan yang segar dan sangat sejuk sepanjang perjalana, tampakgunung Sibaya yang merupakan terusan Bukit Barisan.
Rasa lapar mulai melanda, kita butuh breakfast untuk kekuatan tubuh karena menuju danau Toba masih berjam-jam.
Pukul 07.30 kita berhenti di Rumah Makan Sehati letaknya di Jendral Jamin Ginting. Rumah Makan yang sangat tertata rapi dan sangat bersih, saya suka dengan tempat makan yang rapi, bersih juga artistik. Penatan tempat yang menarik dan ada foto Surya Saputera saat demo Kuliner Kecap Bangau semakin mantap saja! Untuk promosi.
Sepertinya yang khas di sini gulai kepala ikan, ayam goreng dan soup ayam. Sementara sekarang yang tersaji di hadapan kami ada kering tempe, opor ayam, telur mata sapi, ayam goreng, sayur kobis tumis.
Berhubung ingin menghindari kolestrol saya memilih telur ceplok tanpa kuning dengan sayur kobis tumis sedikit minyak. Wah nikmat sekali dengan menu sederhana tetapi kenikmatan luar biasa, apalagi kalau bukan sayur kobis tumis dengan sayuran aseli Brastagi yang sangat segar. Luar biasa!
Akhirnya ada kalimat “Mejuah-Juah” Tanah Karo Daerah Penatapan sampailah kami pukul 08.15 kemari. Setelah melintasi jalan dengan keindahan menatap bukit Barisan dari daerah sinilah bila malam hari kota Medan akan tampak bersinar.
Mejuah-juah seperti ucapan selamat datang, kita juga melintasi Sidebuk-debuk sebuah pemandian air panas dengan suhu air 27 – 35 derajat celcius. Cerita suami yang sudah sempat berkunjung dan berendam selama satu jam di sini terasa tubuh rileks dan lebih segar. Jadi sebenarnya juka cukup banyak waktu jangan dilewatkan.
Pukul 08.30 sampailah kami di kota kecil Berastagi. Langsung menuju ke pasar Berastagi, dari buku panduan yang saya baca dengan judul “Berastagi Tidak Lagi Di Monopoli” apa hubungannya Berastagi dengan monopoli? Ternyata setelah aku baca detail ternyata jika bermain monopoli ada versi kota besar dan tujuan wisata mulai dari Jakarta, Bandung, Medan, Berastagi dan Danau Toba.
Dan disinilah kami Berastagi I am Coming wuiih sejuk, segar dan cressh aih baru deh seumur-umur menikamti buah strawberry manis langsung di tempat. Tidak hanya strawberry semua buah aku cicipin dari jeruk, anggur, kesemek (buah genit dengan bedak putih menyelimuti), salak, cherry mini semua segar dan manis.
Harga juga termasuk murah, masih bias ditawar-tawar totaly kemarin bawa oleh-oleh buah jeruk hampir 4 kg, kesemek 2 kg dan nggak lebih dari Rp.100.000,- ribu untuk belanja buah-buahan di sini untuk oleh-oleh kesegaran temen-temen kantor dan tetangga. Ternyata oleh-oleh ini membuat mereka gembira dengan sponsor nikmatnya buah dari tanah Berastagi. Tidak perlu mahal tapi banyak yang bisa mencicipi.
Berastagi menjadi kawasan pariwisata yang terkenal di Sumatera Utara. Terletak di dataran tinggi Karo dengan ketinggian 1.220 meter di atas permukaan laut. Berastagi cukup dekat dengan danau Toba dari sisi lain. Dari Medan Berastagi berjarak 70 km bias ditempuh minibus sekitar 2-3 jam perjalanan.
Berastagi lebih tepat sebagai tempat peristirahatan, udaranya sejuk, cenderung mendung dengan suhu rata-rata 20 derajat celcius. Tidak ada objek wisata yang khusus di sana, kecuali suasa kota Berastagi sendiri yang terasa nyaman.
Sebenarnya ada sih satu taman Mejuah-juah dengan tiket Rp. 1,000,- yang ada di samping pasar buah dan tanaman hias.
Pilihan kami menuju sini adalah pasar Berastagi yang terletak tidak jauh dari Tugu Perjuangan Berastagi, yang juga sebagai tanda memasuki kota ini.
Menelusuri pasar buah yang segar akan menemukan buah pepino yang familiar di sebut terung Belanda. Dari wujud buahnya sampai dan sirup bisa kita dapat dengan harga Rp. 34.000,-
Buah pepino mirip terung dengan uliran memanjag di kulitnya juice, ada yang ungu pudar dan ada yang kuning, konon buah ini dibawa dari Belanda ke Sumatra pada masa penjajahan. Buah dengan kadar air tinggi ini memiliki rasa semacam melon, apel dan mentimun. Tanaman ini tumbuh di dataran tinggi dan banyak di budidayakan di Belanda, Brasil, dan wilayah pegunungan Andes
Di Berastagi dan Kabanjahe adalah satu-satu penghasilan buah ini. Buah lain yang bias diburu adalah markisa yang sudah punya nama dari dulu.
Selain buah-buahan yang bisa kita eksplor dari pasar ini ada juga tanaman bunga hias, baju-baju khas Berastagi dandanau Toba, pasmina, ulos dengan bearagam harga. Karena dingin aku sempat beli baju hangat penutup dengan harga Rp. 30.000,- sedangkan pasmina dengan corak Medan untuk oleh-oleh mama aku peroleh dengan harga Rp. 50.000,- semua ditawar hampir separuh dari permintaan penjual, namanya juga emak-emak tetap menawar adalah kebanggaan hehehehe.
Ok kita siap menuju ke danau Toba sekitar pukul 08.30 start ke Togging kurang lebih dari Brastagi 37 km. Pukul 09.45 kita sampai di Kabanjahe. Danau Toba kalau mau dihitung start dari Medan 4-5 jam perjalanan menggunakan bus dari Medan.
Tiba-tiba ingat cerita tentang danau Toba asal-usulnya yang kerap aku ceritakan pada dua puteriku, tentang Toba yang mengucapkan kata-kata pada anak kandungnya dengan sebutan dasar anak ikan yang membuat murka ibunya. Lalu amarah ibunya yang membuat air bah dan menyelamatkan anak pada pulau di tengah danau Toba yang disebut Pulau Samosir.
Keindahan danau Toba kesohor hingga manca negara, karena danau terluas di Asia Tenggara dan danau tertinggi di dunia. Secara scient danau ini terbentuk dari letusan gunung purba, dengan kedalaman yang luar biasa dan masih ditambah dengan Pulau Samosir di tengahnya.
Danau Toba memiliki luas 1.265 kilometer persegi, dengan kedalaman mencapai rata-rata 450 meter dan dapat dilalui Feri besar. Danau Toba adalah sebuah danau purba yang dalam penelitian disebutkan terjadi karena adanya ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu pada sebuah gunung berapi besar dengan letusan maha dasyat. Konon letusannya terjadi selama satu pekan dan debunya terlontar hingga 10 km di atas permukaan laut.
Dalam penjelasan ilmiah para ahli dari berbagai belahan dunia menyatakan bahwa akibat letusan itu maka terbentuklah kaldera, yaitu fitur vulkanik yang terbentuk dari jatuhnya tanah sesudah letusan vulkanik. Berbentuk seperti wadah cekung, yang kemudian terisi air, itulah yang disebut danau Toba saat ini. Yang mencengangkan konon menurut para ahli letusan vulkanik danau Toba sampai Kutub Utara. Pulau Samosir yang muncul di tengah-tengah danau Toba terbentuk menurut para ahli adanya magma yang tertekan ke atas dan belum sampai muncul di permukaan bumi. Keren sekali ya!
Perjalanan menuju Tongging. Kami memilih Tongging sebagai tempat untuk melihat danau Toba (selain Parapat), karena Tongging memberikan keindahan yang berbeda dan belum banyak yang terjamah oleh industri pariwisata dan ditambah beberapa teman kami aseli orang Karo menyarankan ke Tongging dahulu sebelum melihat dari Parapat.
Menyusuri tanah Karo sungguh menyenagkan, kanan kiri kami di suguhi pemandangan khas pulau Sumatera. Berbagai hamparan bukit nan hijau memanjang sepanjang mata kami melihat keindahan tanah Karo.
Sepanjang perjalanan kami dari Kabanjahe menuju Tongging banyak sekali warung-warung yang buat umat muslim diharamkan. Wuiiih kita bercanda akan BPK alias Bapi Panggang Kecap, kebetulan kami semua muslim jadi sempet mencium gurihnya asap BPK tapi kita tidak berniat untuk mencicipi. Don’t worry banyak makanan halal kok di sini yang bisa kita makan.
Satu jam perjalnan, akhirnya kami memasuki bukit dengan pemandangan danau Toba di bawah kami. Masuk ke daerah danau Toba kita membayar Rp. 10.000,-perorang dan setelah mobil parkir dekat dengan penjual berbagai baju danau Toba kita mulai menikmati indahnya pemandangan tidak ketinggalan mengambil view untuk foto-foto dan repotase.
Dari atas kami baru tahu indahnya danau Toba. Amat disayangkan jika tempat wisata ini tidak di blow-up seperti Bali. It’s the one most beautiful place of Indonesia. Suasana yang dingin ditambah hamparan air yang sangat tenang menyejukan mata membuat kami tidak sabar untuk turun ke bawah mendekati danau Toba.
Dari ketinggian ini kita bisa melihat air terjun Sipiso-piso yang letaknya tidak jauh dari danau Toba. Air terjun yang mempesona, saat aku melihat seperti ada pelangi. Sebenarnya kalau waktu kita panjang bisa menyusuri jalan setapak dan sampai ke air terjun dalam waktu kurang lebih 30 menit. Tetapi tetap kita tidak bisa mandi di air terjun selain aliran air yang sangat deras, hanya dengan hempasan-hempasan air terjun cukup membuat kami basah.
Setelah puas memandang dari atas bukit dengan latar belakang danau Toba, kamipun turun menyusuri jalan berliku yang berjarak lebih 2 km dari atas bukit tadi. Akhirnya sampailah kita di tepi danau Toba. Rasa lapar menyerang kami jam menunjukan pukul 10.30.Kita Berfoto dengan latar belakang pas di bibir danau Toba dan menyaksikan ikan segar pada bedeng-bedeng di tepi danau Toba dan memesan makan siang kami.
Sambil menunggu makan siang aku puaskan mata untuk terus memadang keindahan danau Toba dan burung-burung yang melintasi danau sangat cantik di antara awan yang berarak.
Setengah jam maka siang tersaji uiiihtampak potongan ikan mas dengan bumbu warna kuning sudah tersedia di hadapan kami. Hmm langsung serbu ramai-ramai ikan mas arsik, gurame goreng, ikan bakar. Terasa sekali bumbu-bumbunya, asam, pedas lada bercampur dengan sambal merah wah tanpa terasa kita menyantap makanan khas tanah Karo. Two thumbs! buat makan siang kali ini tanpa sadar tiga porsi ikan arsik kita santap ramai-ramai. Ikan yang segar dan bumbu tersebut di atas telah memuaskan kita siang ini dan menambah semangat untuk melanjutkan penjelajahan danau Toba.
Untuk harga juga tidak terlalu mahal berlima dengan hidangan komplit aku menghabiskan tidak lebih dari Rp. 250.000,-
Pukul 12.45 kita memasuki Kabupaten Simalungun, pas disambut dengan kepadatan jalan ada acara pernikahan dengan tarian Tor-tor, dan melintasi kecamatan Simarjalunjung ada keramain juga, menurut pak Yono kalau kaum lelakinya pakai ikat putih itu pertanda kematian.
Jalan menuju danau Toba berkelok-kelok hingga akhirnya kita tiba di sisi kalau danau Toba tidak terlihat pandangan mata berarti kita akan menuju kota Parapat yang masih 20 km lagi.
Kita menuju ke Parapat salah satu lokasi yang juga menjadi tujuan wisatawan untuk menyaksikan keindahan danau Toba selain Tongging yang sudah kita jelajahi.
Menuju ke Parapat bakal disambut degan saudara lama alias mnyet-monyet liar yang bertebaran. Tetapi mereka dalam lindungan pemerintah sebagai satwa yang dilindungi dan kita dilarang keras mengganggu mereka.
Dan sampailah kita ke penginapan, kami memilih penginapan yang dekat dengan danau Toba tepatnya pas banget kamar kita view-nya danau Toba. Di depan kamar ada pasir putih dan anak-anak kecil bermain bebas membuat istana pasir, berenang dan hanya berendam sambil berkejar-kejaran.
Ada juga kapal boat, kapal bebek-bebekan kayuh yang di tawarkan untuk berkeliling jarak dekat-dekat saja.
Penginapan Hotel Ina tempat kami bermalam adalah hotel kuno dan antik, karena peak season kami dapat rate perkamar lumayan mahal Rp. 1.300.000,- dengan kamar AC, kamar mandi air panas dan dingin, tempat tidur besar, televisi, kulkas.
Jangan khawatir menurut pak Yono banyak juga hotel murah rata-rata Rp. 200,000,- permalam kok! Kalau kita ber-backpacker sejati.
Jam sudah menunjukan pukul 15.30 dan kita lanjut ke penyeberangan pulau Samosir dengan menyewa speed boat. Agak tawar menawar dari Rp. 600.000,- akhirnya dapat Rp. 500.000,- untuk ke pulau Samosir.
Air sedang pasang dan tiupan angin kencang menerpa speed boat memecahkan deburan air yang membsahi kaosku. Dan kunjungan pertama trip menyusuri danau Toba adalah Batu Gantung.
Ada kisah dari Batu Gantung yang terletak di pinggiran salah satu sisi tepian danau Toba, menurut tukang speed boat ini kisah seorang puteri yang dipaksa menikah dengan Boru Sinaga, karena tidak suka memilih bunuh diri.
Sekitar sepuluh menit berputar dan mengamati batu gantung kita menuju ke Tomok. Tomok adalah salah satu area pintu masuk pulau Samosir. Seperti pelabuhan dan tampak pendaratan kapal. Masuk ternyata area pasar yang menjual berbagai macam souvenir, dari kaos, daster, baju bermain, celana, gantungan kunci, ulos, pernak pernik Toba.
Dan menyusuri terus kita akan menuju makam purba Raja Sidabutar dan keturunannya atau mengunjungi Museum Batak yang terletak seperti perkampungan. Hanya dengan jalan kaki tidak jauh dari pelabuhan tempat speed boat kita menunggu. Menurut informasi bila pagi hari banyak pedagang hasil danau dan makanan tradisional yang menjajakan dagangannya. Ini serupa pasar tradisional.
Akhirnya aku membeli souvenir miniature rumah danau Toba dengan harga Rp. 30.000,- dan kura-kura kayu dengan harga yang sama untuk oleh-oleh. Juga beberapa kaos danau Toba dengan harga ukuran M Rp. 25.000,- dan L Rp. 30.000,-
Wah jam sudah menunjukan pukul 17.00 kita segera kembali ke hotel, sebenarnya aku masih penasaran dengan Tuktuk yang diceritakan suami sebagai salah satu desa di Pulau Samosir yang sangat terkenal. Karena disinilah wisatawan asing suka berkunjung bahkan ada yang menetap dan menikah dengan masyarakat di sini. Disni masih ada penginapan murah mulai Rp. 100.000,- per malam, mulai yang di tengah desa hingga sampa bibir danau. Bisa sewa sepeda, sepeda motor, warung internet, toko souvenir lengkap.
Tuktuk adalah wilayah yang memiliki atmosfer tenang, cocok untuk relaxing karena cenderung sepi. Bisa menuju Tuktuk melalui Pelabuhan Tomok dengan menggunakan ojek sekitar Rp. 35.000,- dengan lama perjalnan 15 – 20 menit.
Pas pukul 17.30 kita kembali ke hotel Ina dan wuiiih rasa capai mulai melanda setelah mandi dan sholat maghrib kita siap-siap untuk menikmati makan malam yang sudah di fasilitasi hotel Ina.
Makan malam yang nikmat, dengan bakso Medan sebagai pembuka dilanjutkan dengan ayam goreng dan sayur tumis brokoli plus kerupuk kita makan lahap. Masih terbayang juga nikmatnya ikan arsik yang kita santap siang hari di tepi danau Toba ahhh benar memanjakan kenikmatan perut dengan kuliner tanah Karo.
Malam kita berputar sejenak di sekitar hotel Ina menikmati kota Perapat yang cukup ramai dengan lalu lalang motor dan mobil. Aku sempat melihat pesanggrahan Bung Karno di malam hari dan besok pagi berencana mengunjungi walau hanya diijinkan mengambil foto di luar pesanggrahan.
Sebelum terlelap tampak dari teras kamarku mobil yang melintasi jalan Perapat di atas hotel-hotel. Jadi hotel-hotel di salah satu bibir danau Toba terletak di bawah jalan tempat melintas kendaraan. Dan dari teras kamar hotel Ina seru sekali kelitannya ada mobil melintasi atap-atap hotel. Amazing!
Pemantang Siantar Nikmatnya Kopi _Hari Kedua, Minggu 23 Desember 2012
Breakfast pagi ini kita menikmati bubur ala Medan yang gurih, tidak terlalu beda dengan bubur Jakarta juga. Lanjut dengan mencicipi nasi goreng dan mie goreng sengaja suami meng-infokan jangan terlalu kenyang kerena setelah ini kita akan mencoba menikmati roti bakar dan secangkir kopi di Pematang Siantar. Wow kereen! I like coffe and bread!!
Pukul 07.30 kita chek out dan first mengambil gambar-gambar di Pesanggrahan Bung Karno yang terbangun megah dengan bangunan jaman kuno yang sudah di modifikasi, salah satu keunikan adalah patung garuda di bibir danau Toba agak jauh dari pesanggrahan beliau.
Okay start pukul 08.15 kita menuju ke Pemantang Siantar, perjalanan yang memakna 1.5 jam wah hati-hati mulai ada beberapa tempat ternyata longsor. Kita melintasi perkebunan sawit, taman anggrek dan hutan karet. Hingga akhirnya sampai ke kota Pematang Siantar yang wow bersih. Saya melewati Jl Merdeka – Jl Sutomo dengan becak motor (betor) karena tahu aku wisata keliling Pemantang Siantar membayar Rp. 50.000,- dan begitu banyak toko makanan.
Kita parkir di dekat Jl Sutomo 97 dan mampir ke Kedai Sedap. Menikmati kopi hitam tanpa ampas dan roti bakar isi selai sirkaya. Maknyus banget dan sempat membeli setengah kilo kopi untuk konsumsi sesamapai Jakarta. Disini kita melihat proses pembuatan kopi dan roti bakarnya.
Sekilas kopi bubuk ditaruh pada kain yang seperti saringan lalu di guyur air panas dan dihidangkan panas-panas, untuk roti bakar isi selai sirkaya tidak memakai metega dan di bakar kering. Nikmat!
Kita lanjut ke Tebing Tinggi yang ternyata tempat tinggal pak Yono driver yang jadi pemandu kami, start jam 10.00 dari Pemantang Siatar tepat jam 11.00 kita sampai ke rumah pak Yono. Alhasil beliau memang sengaja menyiapkan makan siang buat kita. Wahhh ada soup, tahu bacem, daging mentog yang dibumbu rendang, sudah pasti kita santap dengan lahap.
Perjalanan satu jam ini aku melintasi hutan karet yang ternyata milik Perusahaan Ban terbesar Bridgstone, pabrik rokok Union dan Hero yang kata Pak Yono diekspor ke Amerika.
Saat pukul 10.32 kita memasuki Serdang Badage sebuah daerah sebelum Tebing Tinggi dan pukul 11.00 sampai di rumah pak Yono setelah menyantap habis hidangan dan sholat lanjut back to Medan!
Kembali ke Medan dari Tebing Tinggi start pukul 12.00 mulai kita melintasi perjalanan aku jumpai banyak lemang dan melewati daerah Serempak tepatnya Jl Raya Medan Tebing Tinggi km 10. Di sini seperti kota tua yang masih banyak bangunan kuno tinggalan jama Belanda.
Pukul 12.40 memasuki daerah pasar Bengkel dan ternyata di sini banyak sekali dodol dan wajik yang juga sebagai khas oleh-oleh. Pas pukul 13.00 memasuki kecamatan Perbaungan dengan sambutan peringatan mobil hancur bekas kecelakaan di sebuah tikungan yang tidak tajam. Fortuner terus melaju dan udara cukup hangat dan tidak terasa memasuki kabupaten Deli Serdang yang merupakan ibukota Lubuk Pakam diawali dengan sungai ular sebagai perbatasan.
Pukul 13.15 masuk Tanjung Morawa dan 13.25 kita masuk kembali ke kota Medan. Saatnya membeli berbagai panganan khas Medan baik oleh-oleh maupun titipan rekan-rekan Jakarta.
The first destination Toko Bika Ambon Zulaikha kita membeli bika ambon, sirup terong Belanda, sirup rhesberry, lapis legit pandan. Untuk bika ambon dan lapis legit pandan hampir sama @ Rp. 35.000,00 per pack, Sirup @ 34.000,- dan sirup raspberry kaca lebih murah Rp. 16.000,-
Second ke Miranti yang terletak di Jl. Kruing No 2K Telp (061) 4538217 Medan disini aku membeli bolu miranti colkat, keju, strawberry, nenas. Per kardus @ Rp. 60.000,- dan tidak lupa pesanan mama membeli teri medan yang isinya sekitar seperempat kilo dengan harga @ Rp. 50.000,- plastiknya. Makanya nasi goreng teri Medan terkenal enak, terinya putih bersih di goreng biasa dicocol sambal cabe merah dan nasi hangat saja sudah sangat nikmat.
Belum afdol ke Medan tidak mampir ke Ucok Durian yang terletak di Jalan Iskandar Muda (Pecel Lele Lela) kita bisa telephone dulu untuk pemesanan yang akan kita bawa terbang balik ke daerah asal di 0819859540-081375061919. Satu-satunya tempat untuk memuaskan perut dengan durian. Menurut cerita awalnya gerai ini hanyalah salah satu gerai durian yang umum ditemukan di Kota Medan. Namun kejujuran, kesederhanaan, dan sikap nggak neko-neko Bang Ucok sang pemilik menjadikan gerai ini yang semakin ramai dikunjungi. Asiknya lagi gerai ini menawarkan durian dari berbagai daerah dengan karakteristik berbeda, kita akan selalu mendapatkan durian dengan kualitas terbaik karena bisa ditukar bila ternyata tidak memuaskan. Ada durian Sidikalang khas Sumatera Utra hingga durian Monthong yang lebih terkenal berasal dari Thailand. Durian Sisakalanga terkenal kering dan empuk harga relative terjangkau Rp. 20,000,-- Rp. 50.000,-/ buah tergantung ukuran dan musim.
Saatny berburu pancake durian, dan aku diajak ke Mei Cin(Home Made Durian Pancake) ternyata sebuah rumah yang dijadikan industry. Rumah yang rapi dan bersih. Mei Cin Durian Pancake (MCDP) bisa bertahan selama 10-15 jam diluar freezer (beku), begitu sampai ditujuan kalau tidak langsung dimakan MCDP langsung dibongkar dan dimasukkan kedalam freezer (beku). Kalau tetap di dalam freezer, MCDP bisa bertahan selama dua bulan. Apabila mau makan satu hari sebaelumnya MCDP diturunkan dari freezer (beku) ke kulkas pendingin biasa beberapa potong yang hendak dimakan. MCDP setelah ditrunkan dai freezer hanya bertahan dua hari saja (harus segera dimakan) Kalau tidak, dijamin basi. Karena MCDP tidak ada pengawet sama sekali. Mei Cin ada di Jl. Ketapang N0 3E Telp (061) 4528332 .
Pancake durian di sini bentuknya hampir sama dengan satu biji durian itu sendiri, tanpa pewarna. Sekilas seperti menikmat durian asli. Kulit pancake-nya tipis dan lembut dengan rasa durian yang dominan. Untuk satu kotak berisi 10 biji di jual Rp. 100.000,- harga yang lumayan tetapi kenikmatinya juga begitu fantastis sampai-sampai salah satu teman bisnis merasa rugi hanya nitip satu dos saja.
Finaly must be back to Jakarta kembali aku di bandara Polonia yang sebentar lagi akan pindah ke Kualanamu.Tetap aku memperhatikan berbagai kedai yang masih ada di bandara Polonia.
Salah satunya Kedai Kok Tong yang menyajikan khasnya kopi hitam, roti bakar, nasiprang, cakue, telur setengah matang dan lupis sirkaya. Ada juga Starbuck, Metro Café dalam area food hall bisa alternative menunggu pesawat setelah chek in.
Flying to Jakarat dengan santapan makan malam irisan kentang rebus dengan spagheti, agar-agar rasa orange plus teh hangat sedikit gula. Dan dua jam tanpa terasa dengan selesainya film anak negeri menemai sepanjang perjalanan sebuah film yang harus aku beli CD-nya “Ambilkan Bulan”.
Jakarta Medan tiga malam dua hari sangat berkesan, setelah dua tahun menjalankan crazy Long Distance Relantionship dengan suami, rasanya aku harus lebih bisa meluangkan waktu kembali ke Medan untuk next trip daerah yang belum sempat terjamah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI