Mohon tunggu...
Nuridin
Nuridin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa Pascasarjana UIKA Bogor

Mahasiswa Pascasarjana UIKA Bogor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

The Power of Cinta

3 Desember 2020   07:30 Diperbarui: 3 Desember 2020   07:30 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

The Power of Cinta

Seorang sastrawan terkenal bernama Gizz Markiz mengalami buta di matanya. Ia memilki seoarang kawan yang sangat dicintainya, ia selalu menyebut namanya di syair-syairnya, di tulisannya bahkan di lisannya. Ia selalu menemaninya disetiap waktunya, susah senang mereka lewati bersama sama. Ketika Gizz Markiz mengalmi buta. Mereka berdua terpisah cukup lama.

Akhirnya bertemuan itu pun tiba, ketika Gizz markiz sedang duduk di sebuah taman datang temannya sambil menangis dan air matanya jatuh mengalir dipipinya. Lalu Gizz Markiz berkata pada kawannya dengan perkataan yang cukup terkenal "saya tidak mengenalmu akan tetapi hati ini begitu mencitaimu". Pecah tangisan kawannya, air matanyapun membanjiri pipinya. Ia tak mampu berkata satu kalimat pun. Hilang akalnya yang ada hanyalah hati dan persaan.

Begitu cinta ia tak mengenal panca indra ataupun akal manusia. Yang ada hanyalah hati dan persaan yang bekerja, karena letak cinta ada pada hati.

Dengan cinta sesorang mampu mengangkat gunung, dengan cinta seseorang mampu membelah samudra, dengan cinta seseorang mampu menepak sebuah gurun tandus, begitu kekuatan sebuah cinta.

Ketika cinta datang pada diri kita ia akan menjajah akal dan organ tubuh lainya, lalu ia menyusup ke organ tubuh yang paling dalam. Lalu membanjiri semua aliran darah. Ia menahkodai, memipin, lalu mnegatur. Begitulah cinta.

Ketika kita mampu meletakan cinta pada kaidahnya, pada asasnya dan pada asalnya maka ia akan tumbuh dan berbunga semerbak mewangi. Ia mengaliri energi poditif pada kehidupan kita.

Cinta bukan aib ataupun luka, akan tetapi ia adalah fitrah manusia yang terlahir bersama kita, kita tidak butuh untuk mencelanya atau mengaridkanya. Akan tetapi yang kita butuhkan adalah bagaiman kita menjaga cinta tersebut sesuai dengan fitrahnya.

Itulah kekutan sebuah cinta, jadikanlah cinta sebagai bahan bakar utama kita untuk menjalankan kehidupan ini, menjalankan ibadah, menjalankan pekerjaan, menjalankan menuntut ilmu, atau yang lainya. Ketika cinta kita jadikan bahan bakar utama, maka yang terjadi adalah semnagat, pantang menyerah, terus maju dan melesat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun