Mohon tunggu...
Frediyanto Hendrayani
Frediyanto Hendrayani Mohon Tunggu... Lainnya - aku adalah aku

Aku hanyalah debu dialas kakiMU, bagaimana bisa aku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bisakah Kamu Mengampuni?

28 November 2021   23:47 Diperbarui: 28 November 2021   23:56 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika kamu membenci orang lain hanya karena ia berbeda agama dengan kamu, maka yang kamu pertuhankan itu adalah agama bukan Allah. Jika kamu membenci orang lain hanya karena tokoh agama atau tokoh panutanmu mengatakan demikian, maka yang kamu pertuhankan itu adalah tokoh agama tersebut, bukan Allah."

Bunuh Ahok! Bunuh Ahok! Demikian teriak anak-anak kecil yang berpawai obor dalam sebuah video yang berdurasi sekitar empat puluhan detik. Video ini sempat viral beberapa tahun yang lalu. Miris menyaksikan video tersebut, karena teriakan itu justru dilakukan oleh anak kecil bukan orang dewasa. 

Tentu saja kita dapat menduga bahwa dibalik itu semua ada orang-orang dewasa yang memprovokasi dan menunggangi aksi anak-anak tersebut. Kasihan anak-anak ini, karena sejak kecil dalam otak mereka sudah ditanamkan virus kebencian oleh orang-orang dewasa yang seharusnya menjadi panutan dan teladan kebijksanaan hidup.

Rupanya, saat ini orang lebih senang membenci daripada mencintai. Orang bahkan bisa membenci orang lain dengan mengatasnamakan Allah. Lihat saja, orang bisa dengan mudah meneriakkan kata-kata "Allah besar! Allah besar!" sambil memasang wajah garang kepada orang yang ia benci. 

Ia menyangka bahwa aksinya tersebut adalah aksi membela agamanya, padahal tidak ada perang atas nama agama saat ini. Ia menyangka bahwa aksinya tersebut adalah aksi membela Allah, padahal Allah tidak perlu manusia untuk menjadi wakil yang membelaNYA. 

Aksi tersebut justru memunculkan paradoks. Manusia menggunakan nama Allah untuk murka pada orang yang ia benci, tapi dia lupa bahwa Allah itu justru maha penyayang, maha pengasih dan maha pengampun. 

Allah itu bukan Allah yang maha membenci, maha murka, maha mendendam, maha mendengki, tapi sebaliknya. Allah itu penuh kasih sayang kepada semua manusia, bahkan yang paling jahat sekalipun. Allah itu maha pengampun. 

Pengampunan Allah tidak pernah berkesudahan bagi orang-orang yang bersalah dan berdosa. maka, jangan pernah berpikir bahwa jika kita membenci seseorang yang berbuat salah kepada kita, Allah pun akan membenci orang yang kita benci. Allah bukanlah Allah yang seperti itu, karena kalau Allah seperti itu maka Allah akan sama seperti manusia.  

Orang yang mengaku beragama seharusnya berusaha untuk meneladani sifat Allah, bukannya berusaha memaksa Allah untuk menyamakan sifatNYA dengan sifat kita. 

Hidup seorang yang beragama seharusnya semakin hari semakin mencerminkan sifat Allah, bukan malah semakin hari menginginkan Allah yang harus bercermin pada sifat kita (manusia); bukan malah memohon pada Allah untuk membenci atau memusuhi orang yang kita benci. Ini permohonan yang salah alamat.

Allah itu maha kuasa. Tapi kemahakuasaan Allah tidaklah bersifat negatif dan merusak. Kemahakuasaan Allah sifatnya positif. Kemahakuasaan Allah sejalan dengan sifat-sifat Allah yang lain seperti maha pengasih, maha penyayang dan maha pengampun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun