Mohon tunggu...
Putri E. Soeharto
Putri E. Soeharto Mohon Tunggu... lainnya -

Dulu baik-baik, sekarang agak sarkastik. Listens to rap, writes about modern culture, captures personal style in JakartaStyleJournal.com, and eats cold udon.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menulis Bukan Memaki

31 Mei 2011   11:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:01 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelas saja, menulis dan memaki itu dua hal yang berbeda satu sama lain. Namun bagi Saya, menulis dan memaki bedanya tidak kentara amat, palingan hanya setipis kertas, itu pun masih bisa mengintip yang di sebelah.

Anda dan Saya hanyalah binatang. Binatang, dalam arti bahwa kita punya insting-insting hewani--insting-insting yang juga dimiliki oleh hewan. Insting untuk mencari makan saat lapar, insting untuk  menyelamatkan diri dari bahaya, bahkan insting untuk bercinta. Tak dipungkiri lagi pun karakteristik dari insting hewani tersebut: liar.

Akuilah, Anda dan Saya memiliki fantasi liar dalam benak kita. Liar di sini ya di luar batas nilai dan moral yang berlaku di masyarakat, atau gampangnya, di luar batas 'normal' (bukan berarti Saya tahu ya apa yang 'normal' dan apa yang 'tidak normal'). Fantasi liar juga bisa bermacam-macam, namun yang ingin Saya tekankan dari 'fantasi liar' di tulisan ini adalah keinginan untuk memaki, atau mengumpat.

Saya yakin setiap orang pernah mengalami suatu kejadian yang membuat dirinya begitu kesal dan begitu marah, sampai-sampai ia ingin mengeluarkan seluruh isi kebun binatang dan kandang-kandangnya dari mulutnya. Jelas, hal ini bisa dimaklumi. Saya sadari, memaki atau mengumpat bisa menenangkan seseorang. Saya tidak percaya memaki atau mengumpat itu selamanya buruk. Malah sepertinya kedua hal tersebut memiliki efek-efek positif dalam diri orang yang melakukannya. Tidakkah Anda pernah merasa lebih lega setelah memaki atau mengumpat?

Namun seperti Anda dan Saya ketahui, kita tidak hidup sendiri. Kita hidup bersama, berdampingan dengan berbagai macam orang--yang juga merupakan binatang--dengan berbagai latar belakang berbeda. Keyakinan, pandangan, cara berpikir, kepercayaan, ideologi, sikap, sifat, dan hal-hal lain yang ada dalam diri mereka jarang sekali ada yang sama dengan kita. Dalam masyarakat ini ada kesepakatan. Kesepakatan berisi nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Dan memaki serta mengumpat tidak termasuk nilai dan norma tersebut. Apakah orangtua Anda mensyukuri anaknya mengeluarkan kata-kata kasar? Tidak. Yang dilakukan adalah sebaliknya, melarang Anda memaki maupun mengumpat. Memaki dan mengumpat sudah dinajiskan dari masyarakat. Kedua hal tersebut dinyatakan salah secara eksplisit.

Lalu bagaimana cara memaki atau mengumpat yang benar? Saya tekankan, saya tidak sedang mengajari Anda atau pembaca lainnya untuk menjadi orang yang berikhtikad buruk. Saya menghargai nilai dan norma yang ada di masyarakat--walaupun saya sering mempertanyakan bagaimana masyarakat membentuk nilai dan norma tersebut. Saya hanya sedang memberi alternatif yang lebih 'halus' untuk Anda bereksperimen, untuk Anda mengekspresikan apa pun yang perlu Anda ekspresikan, tapi dirasa kurang pantas untuk dilontarkan di depan umum. Mungkin Anda takut dikucilkan, atau bahkan dirajam--siapa yang tahu.

Apapun itu, cara yang Saya tawarkan adalah dengan menulis. Menulis? Apa hubungannya menulis dengan memaki? Kedua hal tersebut rasanya tidak terlalu relevan. Ya, ya, ya. Lalu Anda akan bertanya apa hubungannya mencintai dan menyakiti. Apa sih hal yang dibilang relevan di dunia yang sudah kacau balau ini? Memaki atau mengumpat biasanya diasosiasikan dengan mulut. Mulut adalah medium untuk memaki. Lalu menulis juga merupakan medium untuk memaki dan mengumpat? Oh ya?

Ya. Untuk orang-orang yang tidak mau dikucilkan dan tidak mau dirajam seperti Saya, menulis bisa menjadi alternatif yang sangat mengakomodir kebutuhan saya (untuk memaki atau mengumpat). Manakala ada seseorang yang membuat saya begitu kesal atau marah, saya menyimpan segala kata-kata busuk dalam otak saya, dan saya menahannya, sampai saya menemukan sebuah medium seperti kertas atau komputer untuk menumpahkan kata-kata tersebut.

Namun menulis di sini tidak seluas itu maknanya. Menulis yang Saya maksud di sini bukan berarti menulis lalu menunjukkannya ke orangnya, atau menyelipkan nama orang itu secara eksplisit antara kata 'bangsat' dan 'babi'. Tuliskan saja apa yang Anda pikirkan. Terserah, apakah Anda mau bernada kasar, atau bernada menjijikkan, atau bernada mengenaskan sampai Anda yang menulisnya pun mengernyit membacanya--terserah. Asalkan jangan menyelipkan nama orang tersebut secara eksplisit.

Sebagai penutup, Saya ingin sekali lagi menekankan bahwa Saya sedang tidak mengajarkan apa pun di sini. Saya tidak mau dituntut, Saya tidak ingin dihakimi. Saya hanya ingin membagi pengalaman dan pengetahuan Saya kepada Anda tentang hal ini, karena Saya yakin di antara Anda manusia-manusia pasti memiliki insting memaki dan mengumpat tersebut (sudah, akuilah). Sekian, terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun