Mohon tunggu...
Harirotul Fikri
Harirotul Fikri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Psikologi UIN Malang '10| Pengagum sastra | Nyaman berada di kereta, senja dan padang ilalang | Bermimpi jadi penulis dan pebisnis | Penah ingin lanjut S2. Pernah!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu dan Lelaki yang Terlanjur Kupanggil Bapak

27 Januari 2016   11:08 Diperbarui: 27 Januari 2016   11:54 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebulan yang lalu, di minggu pagi yang yang sedikit mendung, aku terbangun dengan tiba-tiba oleh suara jerit tangis ibuku. Bukan. Ibu tak sedang menangis sedih. Ibu sedang meluapkan amarah. Mendengarnya, aku tak berani beranjak dari tempat tidurku.

Deg!

“Dasar sundal! Siapa yang mengajarimu menggoda bapakmu sendiri? Hah??” Suara ibu menggelegar.

Sayup-sayup terdengar pula suara tangis lirih Mbak Laila. Lalu...

Hweeekkk.. Hweekkk!!

Oh... Mungkin mbak Laila sakit. Tapi mengapa ibu murka? Apa? Menggoda lelaki itu? Mbak Laila memang kerap menggodaku. Tapi, apakah mungkin lelaki itu juga digodanya? Rasanya tidak mungkin.


Kuberanikan diri untuk berjingkat dan mengintip apa yang sedang terjadi antara ibu dan Mbak Laila. Nat untuk sementara kutinggal sendiri di atas kasur. Toh nanti akan aku ceritakan juga kepadanya apa yang sedang aku lihat. Nat adalah teman terbaik. Bonekaku adalah pendengar yang baik!

Oh, Nat! Ada lelaki itu juga disana. Duduk menunduk disebrang ibu yang sedang berlinang air mata lengkap dengan wajahnya yang murka. Sedangkan mbak Laila duduk bersimpuh bersandar di tembok dekat wastafel, tak jauh dari ibu dan lelaki itu berada.

Drama telah di mulai. Ibu kembali berteriak.

“Dan kau! Kurang apa aku sampai kau tergoda dengan Laila yang telah menjadi anakmu sendiri?” Ibu menunjuk-nunjuk lelaki itu dan selanjutnya kembali menjambak rambutnya sendiri. Frustasi.

Tiba-tiba mbak Laila berlari bersimpuh dihadapan ibu untuk memeluk kakinya yang gemetar. Tangis mbak Laila menjadi-jadi. Sepertinya mbak Laila ingin berbicara sesuatu sebelum akhirnya tiba-tiba saja ibu mengibaskan kakinya keras-keras sehingga mbak Laila terjungkal ke belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun