Bawang putih. Tanaman umbi yang satu ini kerap kali digunakan sebagai bumbu favorit masakan untuk memberi rasa gurih dan sedikit pedas pada masakan. Bawang putih juga berfungsi sebagai penambah aroma dalam masakan.
Tidak heran jika mayoritas masakan Indonesia menggunakan bawang putih sebagai bumbu utama mulai dari nasi goreng, ketoprak, gado-gado dan masakan nusantara lainnya. Belum lagi ditambah dengan segudang fungsi dan manfaat bawang putih lainnya, di bidang pengobatan, misalnya.
Tapi tahukah kita bahwa untuk menghasilkan jenis umbi-umbian yang satu ini di pasar agar mudah diakses masyarakat bukan perkara sederhana?
Lebih dari 90% konsumsi bawang putih di Indonesia, yakni sekitar 500 ribu ton per tahun, berasal dari luar negeri alias impor! Ya, impor! Itulah realita yang terjadi saat ini.
Impor bawang putih ini tengah menjadi masalah. Pasalnya, harga komoditas tersebut di pasaran tengah merangkak naik hingga mencapai titik Rp45 ribu-Rp53 ribu per kilogram (kg) di tingkat pedagang akhir di beberapa daerah.
Untuk menurunkan harga ke level normal Rp20 ribu-Rp25 ribu per kg, pemerintah, dalam hal ini Menko Perekonomian Darmin Nasution, telah menunjuk Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mengimpor bawang putih asal China sebanyak 100.000 ton demi mengendalikan harga bawang putih di pasaran yang telah merangkak naik dalam dua hingga tiga pekan terakhir.
Yang menarik, suara di dalam tubuh pemerintah sendiri terpecah. Berseberangan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meminta impor bawang putih tidak dilakukan demi melindungi kepentingan petani. Ia bilang, pihaknya tidak bisa membiarkan impor dilakukan dengan semena-mena.
Apalagi fakta menunjukkan porsi impor bawang putih berbanding produksi dalam negeri makin timpang. Pada tahun 1998 persentase impor bawang putih hanya 10%-20%, sementara pada 2014 melonjak menjadi 96%. Tidak ada jalan lain, petani harus harus didorong untuk beproduksi.
Kementan sendiri beberapa hari lalu telah menyelenggarakan operasi pasar untuk produk bawang putih dan bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. Pihaknya menyiapkan dua unit truk yang masing-masing membawa 7 ton bawang merah dan bawang putih, atau setara 350 karung yang tiap karungnya seberat 20 kg.
Harga bawang putih yang ditawarkan di pasar tersebut sebesar Rp18 ribu per kg, sedangkan bawang merah lebih tinggi sedikit, yakni Rp20 per kg.
Selain di Jakarta, Kementan juga melakukan operasi pasar untuk produk bawang putih dan bawang merah di Surabaya, dengan besaran stok yang disediakan sekitar 24 ton.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan mengaku belum menerima pengajuan izin impor bawang putih dari Bulog, dikarenakan entitas yang bersangkutan belum mendapatkan rekomendasi impor dari Kementan.
Kendati demikian, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita Kemendag memastikan akan menolak impor bawang putih karena jumlah stok yang dinilai masih cukup dan mempertimbangkan nasib petani. Apalagi kondisi ketersediaan bawang putih saat ini belum mencapai titik darurat atau emergency.
Pihaknya juga telah meminta para importir mengeluarkan stok bawang putih yang hingga saat ini masih tersimpan di gudang masing-masing.
Anggota Komisi IV DPR Zainut Tauhid Sa'adi menilai tidak ada unsur mendesak dari penugasan impor 100 ribu ton bawang putih kepada Bulog. Apalagi saat ini sudah ada 6 perusahaan yang telah mendapatkan rekomendasi impor sebanyak 90 ribu ton dari Kementan.
Acuan:
Kemendag bakal tolak impor bawang dari China
Soal impor bawang putih Menteri Amran jangan semena-mena
Legislator sebut penugasan impor bawang tak mendesak