Apakah seharusnya Tuhan meninggalkan apa yang
telah diciptakan-Nya itu ?
Apakah Tuhan harus cuti panjang setelah menciptakan
alam semesta dan segenap makhluk yang lain itu ?
Apakah wajar ditinggalkan-Nya alam ini sehingga
berakibat fatal karena tidak ada yang sanggup
mengelolahnya ?
Apakah menurut pandangan dan pikiran manusia,
Tuhan Yang Maha Gagah Perkasa itu, penganggur,
atau pingsan dan tidur, sehingga tidak bisa melihat,
tidak bisa mendengar, sehingga tidak memperhatikan
nasib mereka dan memenuhi kebutuhan masing-
masing.
Dari manakah manusia tahu, bahwa suatu kasus yang
sepele tak usah ditangani Tuhan kecuali kalau kasus
itu besar. Menurut pandangan dan pikiran manusia
tadi, terjatuhnya seekor lalat, tak perduli di mana saja,
di sebuah hidangan makanan atau di lainnya, mungkin
akan dapat merubah sejarah.
Bisa jadi lalat itu membawa wabah kolera kepada satu
pasukan perang yang kemudian mengalami kekalahan
mutlak dan memberikan kemenangan kepada lawan.
Apakah bukan karena seekor nyamuk raja Babilon mati ?
Adakalanya suatu sebab yang tak berarti karena sangat
kecilnya, membawa akibat yang luar biasa besarnya.
Sedang sebab yang besar kadang kala tidak membawa
akibat apa-apa.Â
Tuhan yang Maha Mengetahui segala sesuatu, yang
tiada barang setitik pun yang ketinggalan dari
pengetahuan-Nya, baik di langit maupun di bumi.
Tuhan Maha Mendengar, Maha Mengetahui dan
Memenuhi segala kebutuhan makhluk ciptaan-Nya.Â
*sumber : Dialog Muslim dan Etheis, DR. Mustafa Mahmud.
Singosari, 20 Juli 2019
@J.Barathan.
Â