Fenomena tagar #KaburAjaDulu yang viral di Indonesia menunjukkan kegelisahan masyarakat, terutama generasi muda, terhadap kondisi ekonomi, harga properti yang melambung, dan persaingan kerja yang semakin sulit. Jika Jepang mencoba mencegah warganya meninggalkan desa, Indonesia justru menghadapi masalah sebaliknya: bagaimana menciptakan kondisi agar anak muda tetap bisa memiliki rumah dan kehidupan yang layak di negeri sendiri.
Jepang menawarkan satu solusi: insentif finansial untuk menjaga keberlanjutan komunitas. Indonesia bisa belajar dari pendekatan ini, misalnya dengan mempercepat pembangunan perumahan terjangkau, memberikan subsidi bagi generasi muda, atau menciptakan sistem kepemilikan rumah yang lebih mudah diakses.
Haruskah Kita Ikut "Kabur" ke Jepang?
Meskipun gagasan pindah ke desa Jepang dan mendapatkan Rp 500 juta terdengar menarik, keputusan ini bukan sekadar soal uang. Jepang memiliki standar sosial dan budaya yang ketat, yang bisa menjadi tantangan bagi pendatang. Selain itu, program ini lebih ditujukan bagi mereka yang benar-benar ingin berkontribusi pada komunitas pedesaan, bukan hanya sekadar mencari tempat tinggal murah.
Bagi mereka yang frustrasi dengan keadaan di Indonesia, mungkin ini bisa menjadi momen refleksi: haruskah kita benar-benar pergi, atau seharusnya kita berjuang untuk memperbaiki kondisi di rumah sendiri? Jepang berusaha menyelamatkan desa-desa yang sekarat, sementara kita masih menghadapi PR besar dalam menyediakan rumah bagi jutaan warga. Alih-alih hanya melihat ke luar, mungkin saatnya kita menuntut solusi yang lebih nyata di negeri sendiri.
Pada akhirnya, di mana pun kita tinggal, pertanyaannya tetap sama: apakah kita benar-benar memiliki tempat yang bisa disebut rumah, baik secara fisik maupun emosional?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI