Mohon tunggu...
NoerHasni
NoerHasni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pencari ilmu yang mencoba mengambil bagian dari roda zaman...

"The world is a fickle place, and it's not fair. But if you're getting most of your rewards from you, then you can use that as a kind of compass, and you can be secure in the fact that you're working for the right reason, and you're going in the right direction."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Citayam Fashion Week: Refleksi Kondisi Generasi Bangsa, Hendak Dibawa ke Mana?

27 Juli 2022   11:54 Diperbarui: 29 Juli 2022   03:00 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roy (Citayam), Mami (Tanah Abang), dan Oman (Tanah Abang) memanfaatkan zebra cross untuk ajang unjuk pakaian di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (20/7/2022). (Foto: KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Saat ini gaya hidup para pecinta sesama jenis sudah mendapat tempat dibelahan benua Eropa dan Amerika. Ini sebuah ancaman serius bagi negara kita.

Harus kita sadari bahwa saat ini kita sedang berebut dengan kebathilan. Kebathilan juga menyasar anak-anak muda kita. Kalau yang haq diam saja, maka anak-anak muda akan diambil oleh kebathilan. 

Karenanya mari kita berlelah-lelah karena yang bathil pun siap berlelah-lelah. Karenanya mari kita keluarkan harta kita untuk mendidik mereka karena yang bathil pun telah mengucurkan dana yang tidak kecil untuk menghancurkan generasi muda kita. 

Kebenaran yang tidak terorganisir akan terkalahkan oleh kebathilan yang terorganisir. Akan tetapi kebathilan mereka yang rapi sesungguhnya lemah, seperti rumah laba-laba, kal baitil 'ankabut. 

Akan tetapi, bila hanya dengan rumah laba-laba saja kita masih terjerat, lalu seberapakah kualitas kita? Apakah sekapasitas nyamuk? Lalat, atau serangga kecil yang mudah sekali terjerat? Allahu 'alam bishowab. 

Akan tetapi, masalah kita bukanlah kekuatan dan kerapian orang-orang yang memusuhi kita, NAMUN ketangguhan kita untuk tegak di atas pijakan kaki sendiri. 

Ibaratnya, bila ada seribu orang yang membangun dan satu orang yang menghancurkan bangunan itu, itu pun sudah cukup untuk menghancurkannya. Bagaimana bila yang membangun itu satu orang dan yang menghancurkannya seribu orang? Tentu luluh lantaklah bangunan tersebut.

Bagi orang tua hari ini, peran dan fungsinya dalam mendidik dan mengawal pembangunan karakter mental generasi muda itu adalah sebuah keniscayaan. 

Berikan pendidikan dan penanaman nilai pada diri anak yang berorientasi kepada umat bukan sekedar untuk kemaslahatan dirinya sendiri, seperti kesekolah yang rajin, dapat nilai bagus biar nanti bisa dapat kerja. 

Tapi tanamkan kedalam diri anak bahwa ada amanah perjuangan yang diembannya untuk melanjutkan kejayaan bangsa dan masyarakatnya. Bahwa ilmu yang dia peroleh disekolah itu harus membawa kesejahteraan social. 

Untuk itu setidaknya mari kita olah generasi muda kita, olah rasa dalam dada mereka agar iman melekat, olah rasio mereka agar ilmu meningkat, olah raga mereka agar badan sehat, olah usaha mereka agar ekonomi kuat, dan olah kinerja mereka agar produktifitas meningkat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun