Katanya ini merupakan bentuk protes terhadap ruang yang lebih besar, fesyen selama ini cuma jadi para pemilik modal dan sumbernya di Sudirman Central Business District (SCBD), di sana uang triliunan rupiah berputar setiap hari," kata Sosiolog Universitas Nasional. Sungguh mengagumkan pendapat para pakar ini.
Akan tetapi bagaimana realitas remaja dan pemuda yang nongkrong dan berlenggok disana bak model papan atas?
Jika kita mendengarkan perbincangan yang dilakukan oleh tokoh iconic Citayam ini di akun social media mereka, mayoritas informasi yang kita dapatkan disana tidak lebih dari membahas persoalan romansa remaja dan persoalan pribadi yang cukup ringan, saya rada sangsi pemikiran mereka bisa sampai sejauh analisa para pakar diatas. Wallahu ‘alam bishowab.
Namun demikian, munculnya fenomena CFW, yang menyulut semangat generasi muda lainnya di Indonesia untuk melakukan hal yang serupa, di jalan-jalan utama di kota-kota mereka merebak secara sporadic, seharusnya membuka mata dan pikiran kita bahwa kondisi remaja dan pemuda kita saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Pemuda mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembangunan bangsa dan agama. Mereka adalah harapan bangsa yang akan berjuang demi masa depan negara yang lebih baik.
Mereka juga diwaktu yang sama adalah tumpuan agama yang akan berjuang demi kejayaan Islam dimasa yang akan datang. Kita semua maklum bahwa masa depan bangsa dan agama ditentukan oleh pemuda masa kini, pemuda hari ini adalah pemimpin di masa yang akan datang.
Bagaimana keadaan bangsa ini 10, 20, 30 tahun yang akan datang? jawabannya ada ditangan pemuda-pemuda hari ini, kalau pemudanya baik.
Maka baiklah bangsa ini, kalau pemudanya rusak maka wallahu A’lam. Prof.Dr.B.J.Habibi mengatakan, “setidaknya ada lima kelemahan yang harus kita hindari, yakni lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup dan yang sangat ditakutkan adalah lemah akhlak”.
Jika lima kelemahan ini melekat pada generasi kita, saya yakin mereka bukan sebagai pelopor pembangunan tapi akan menjadi virus pembangunan, penghambat pembangunan, bahkan penghancur pembangunan.
Bisa dikatakan bahwa fenomena Citayam ini terjadi dan hadir ranah publik salah satunya karena social media. Dunia social media telah menjadi kiblat bagi generasi zaman ini untuk bermimpi tentang masa depan.
Paparan teknologi komunikasi ini tidak mengenal usia, bahkan sejak balita, anak-anak calon penerus bangsa sudah sedemikian nyaman dan senang bersama aneka hiburan yang ada di genggaman.