Mohon tunggu...
Nurlaely
Nurlaely Mohon Tunggu... Guru - Seseorang yang terus belajar

eine gluckliche Frau

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jalan-jalan Naik Kereta Api Terasa Nyaman Dengan Geliga Krim

6 Januari 2018   11:51 Diperbarui: 15 Januari 2018   13:14 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada hari Senin, tanggal 1 Januari 2018, saya bersama seorang teman janjian jalan-jalan naik kereta Bandung Raya ke Cicalengka. Sudah puluhan tahun kami tidak mencoba naik kereta jarak pendek yang dahulu lebih dikenal dengan KRD. Jam 10an kami sampai di stasiun Cimahi, dan wow… penuh sekali stasiun saat itu. Kami tidak menyangka kalau hari terakhir libur yang bertepatan dengan tahun baru merupakan hari membludaknya calon penumpang kereta. Melihat jumlah penumpang yang memadati stasiun tadinya kami berniat untuk balik lagi, tapi dipikir-pikir kami sudah ‘tanggung’ berada di stasiun sehingga kami putuskan untuk melanjutkan niat kami.

Sayapun segera antri untuk membeli tiket sementara teman saya menunggu di tempat duduk.  Setelah beberapa menit antri dan sampai di depan loket ternyata tiket cimahi-cicalengka untuk pemberangkatan jam 11an sudah habis, sehingga saya harus naik kereta jam 12 yang baru akan dijual jam 11. Sayapun kembali ke tempat duduk dan menunggu sekitar satu jam lagi untuk pembelian tiket. Sambil duduk saya mulai mengurut punduk dan pundak dengan geliga krim yang sudah saya bekal dari rumah. Sebetulnya kondisi badan saya kurang fit waktu itu, tapi saya paksakan pergi karena sudah janji dengan teman. Secara perlahan saya ulaskan geliga krim dan saya urut bagian tubuh yang pegal dengan geliga krim. Hmmm… aromanya yang segar dan rasanya yang hangat menjalar kesetiap bagian tubuh yang saya urut, rasanya luar biasa. Punduk dan pundak saya terasa ringan dan sayapun bebas pegal.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan jam 11 kurang satu menit dan sayapun segera berdiri di tempat antrian. Dalam waktu beberapa menit dua lembar tiket sudah berhasil saya peroleh dan tinggal menunggu satu jam lagi untuk pemberangkatan kereta jam 12.  Sayapun menghampiri teman saya dan melanjutkan obrolan yang tadi sempat terputus. Ditengah obrolan teman saya menyampaikan keheranannya melihat saya berubah menjadi lebih segar dari sebelumnya.  Sayapun mengeluarkan geliga krim dan menerangkan keefektifan geliga krim. 

Melihat komposisi dari geliga krim yang terdiri dari Methyl salicylate, menthol dan champor tak disangsikan lagi kalau geliga krim sangat ampuh dalam menghilangkan pegal-pegal dan mengobati rasa sakit.  ‘Methyl salicylate’  kegunaannya adalah untuk perawatan otot, sakit sendi, sakit otot, punggung, tulang, radang sendi, dan obat oles anti nyeri.  ‘menthol’  dan ‘champor’ masing-masing berfungsi  menimbulkan sensasi rasa dingin dan memiliki sifat analgesic yang mampu menghilangkan rasa sakit/nyeri. Geliga krim membantu meredakan sakit dan nyeri punggung, ppundak, nyeri pada persendian, keseleo, kram, dan masalah otot lainnya. Mudah digunakan, tidak lengket, dan tidak menimbulkan noda pada pakaian.

Jarum jam sudah menunjukan arah angka 11.40 dan kamipun pindah ke ruangan pemberangkatan. Karena ruangan itu sangat sesak dengan calon penumpang yang sudah antri di depan gerbang, kamipun memutuskan untuk menunggu di kafe yang ada didalam ruangan sebelah timurnya. Saat saya menikmati teh hangat manis dan sepotong roti terdengar pengumuman bahwa keberangkatan kereta terlambat setengah jam, lagi-lagi kesabaran sebagai penumpang kereta ‘rakyat’ diuji dan saya tetap akan melanjutkan perjalanan ini. Saya bersyukur walaupun saya harus menunggu berjam-jam demi jalan-jalan naik kereta tapi badan saya serasa segar karena sudah diolesi geliga krim. Sayapun menawarkan geliga krim kepada teman saya dan beliaupun mau mencoba mengoleskan krim di kakinya yang sudah mulai terasa tidak nyaman.

Akhirnya kereta datang tepat pukul setengah satu dan kamipun bergegas menaiki kereta. Didalam kereta ternyata jauh sekali dari bayangan, dalam semua gerbong sesak oleh penumpang yang berjubel. Saya dan teman harus berdiri dari stasiun cimahi sampai stasiun Bandung, dan baru di stasiun Bandung kami mendapat tempat duduk. 

Baru juga duduk beberapa menit tampak ada seorang ibu muda menggendong bayi dan menuntun dua orang anak diikuti suaminya yang membawa dua tas pakaian besar dan satu buah kantong kresek. Akhirnya sayapun mengalah untuk berdiri kembali dan membiarkan ibu muda tersebut dan ketiga anaknya untuk menempati kursi yang tadi saya duduki. Di stasiun Kiara Condong ada penumpang yang turun dan sayapun bisa duduk. Sayapun menawarkan diri untuk memangku salah seorang anak dari ibu yang tadi dan anak itupun tertidur dengan nyenyak dengan kepala tersungkur kebagian pundak. Anehnya anak tersebut seperti menikmati aroma geliga krim yang lembut tercium menambah kenyamanan tidurnya.

Sekitar pukul setengah tiga sore kereta sampai di stasiun Cicalengka, tampak ratusan calon penumpang sudah menunggu didalam gerbang. Kamipun bergegas turun menuju pintu keluar stasiun. Dari luar stasiun kami putuskan untuk mencari masjid terdekat dan kamipun melaksanakan shalat dhuhur dan ashar di masjid tersebut. Setelah melaksanakan shalat saya tiduran sejenak untuk menghilangkan pegal dan pusing saat tadi di dalam kereta. 

Walaupun ada AC yang diatur dalam suhu 25 derajat tapi suhu dalam gerbong itu hampir mencapai 37 derajat yang membuat keringat ditubuh saya bercucuran dan kepala pusing ditambah pegal-pegal di kaki. Entah kenapa kalau hawa panas membuat saya pusing kepala dan darah tinggi saya kumat. Memang saya sudah menderita penyakit darah tinggi sejak remaja dulu, tapi saya sangat jarang mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter saat sekali-kali saya ‘check up’. Dari dulu saya selalu mengolesi tubuh dengan balsam yang masih satu produksi dengan geliga krim. 

Setelah ada geliga krim saya pun ketagihan untuk menggunakannya disetiap ruang dan waktu karena selain keefektifannya, aroma dan kelembutannyapun sangat saya nikmati. Setiap tensi darah meninggi yang paling terasa selain kepala sakit adalah pegal-pegal di area punduk dan pundak. Geliga krim membuat saya tidak takut walau tensi darah meninggi karena dengan olesan dan mengurutnya dibagian-bagian sendi dan otot, peredaran darahpun makin lancar dan pusing kepala serta pegalpun hilang. Sayapun mengoleskan geliga krim dan mengurut bagian bawah kepala, punduk, pundak, dan kaki secara perlahan dan dinikmati. Lama-lama badan saya kembali pulih dan sayapun mengajak teman untuk segera melanjutkan jalan-jalan sepanjang jalan raya cicalengka. Setelah sekitar satu setengah jam berjalan-jalan dan menikmati bakso dan bajigur, kamipun kembali ke stasiun cicalengka dan mengantri membeli tiket menuju cimahi.

 Kereta api menuju Cimahi akhirnya tiba pukul setengah tujuh malam setelah molor selama satu jam. Alhamdulillah kami mendapat tempat duduk tidak jauh dari pintu gerbong. Sayapun bisa tertidur dengan nyenyak dan merasakan riak-riak geliga krim dalam tubuh seolah saya sedang dipijat. Tapi tidur saya terbangunkan oleh suara tangisan seorang balita disebelah tempat duduk. Segera saya bangkit dan membiarkan ibu dan balitanya duduk, sayapun berdiri dengan badan yang terasa ‘fresh’ sampai tiba di stasiun Cimahi sekitar pukul setengah sembilan malam. 

Sungguh perjalanan berkereta tak membuatku kapok untuk suatu saat mengulanginya lagi. Yang penting jangan pernah lupa membawa geliga krim yang bisa dioleskan kapan saja tubuh kita memerlukannya, karena suatu perjalanan itu sangat menguras tenaga. Tapi kalau ada geliga krim perjalanan tidak terasa melelahkan karena pegal-pegal hilang dan nyeri di sendi juga menguap. Rasa menthol membuat tubuh terasa adem walau ditengah suhu ruangan yang tinggi. Jalan-jalan akan terasa nyaman kalau geliga krim ada di tangan dan kitapun bebas pegal saat harus berdiri lama walau beralas sandal. Akhirnya terasa jalan asik bersama geliga dan bebas pegal selama perjalanan itu.  Geliga krim telah menjadi produk efektif penghilang nyeri dan pegal, dengan harga sangat terjangkau dan tidak membuat pikiran galau, selain itu bentuk kemasannya yang ‘unyu-unyu’ dengan varian 30 gr dan 60 gr membuat pas di saku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun