Minta mereka merasakan apa yang dirasakan ketika ruangan menjadi bersih dan rapi. Begitu pula ketika anak-anak belum mandi dan penuh dengan debu atau kotoran bekas bermain.
Selanjutnya, tentukan batasannya, termasuk bagaimana perasaan mereka ketika berantakan.Â
Sebagai contoh, "Saya tidak suka jika ada mainan di lantai. Saya khawatir seseorang akan tersandung atau terluka dan akan lebih sulit bagi kita untuk berpikir jernih." Ini akan memunculkan sikap empati dan kepedulian terhadap kebersihan diri dan orang lain yang ada di sekitarnya.Â
Dahulu saat saya mulai merantau dan harus berbagi kamar dengan orang lain, maka ini menjadi pelajaran dan terlihat bahwa interaksi kita menuntut kita untuk cakap terhadap hal ini.Â
Saya juga belajar dari teman sekamar bagaimana ia jauh lebih rapi dan bersih dalam menata kamar kami sehingga memotivasi saya untuk belajar lebih baik.Â
Membangun kepekaan anak tentang hal ini adalah penting. Agar kelak di masa yang akan datang tidak terjadi kesalahpahaman karena tidak sukaan yang berakar dari kebiasaan menjaga kebersihan.
Kemudian, putuskan apa yang benar-benar penting bagi ayah dan bunda dan apa yang ayah-bunda rela biarkan untuk dihilangkan dan libatkan mereka dalam membuat beberapa kesepakatan.Â
Pastikan untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan "kamar yang bersih" sehingga mereka mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan.Â
Ketahuilah bahwa membersihkan seluruh ruangan, misalnya, dapat terasa sangat melelahkan, sehingga menetapkan hari tertentu dalam seminggu bersama anak-anak bisa sangat membantu.
Jika anak-anak masih kecil dan ayah-bunda mencoba untuk memperkenalkan ide bersih-bersih, ayah-bunda dapat mengadakan pertemuan keluarga kecil dan berbagi sesuatu seperti "keluarga kami adalah sebuah tim dan sebagai sebuah tim, semua orang membantu dan berkontribusi".Â
Salah satu cara yang paling membantu untuk berkontribusi adalah dengan membantu membersihkan dan membereskan diri kita sendiri, seperti halnya ketika mereka di sekolah.