Ranupane-Sobat kompasiana, saat touring kemarin kami sempat bersilaturahmi ke salah satu tokoh suku Tengger, Mbah Kerto. Sosok yang sempat menghebohkan dunia maya saat itu, membeli mobil pajero menggunakan uang tunai sekarung. Sosok tokoh masyarakat yang tetap sederhana dan bersahaja.
     Sekitar pukul 12:30 kami berkunjung rumah Mbah Kerto yang terletak di Desa Ranupane . Di kediamannya yang asri dan sejuk kami disambut dengan hangat. Sosok tokoh yang dilihat dari usia sudah lanjut usia namun masih tampak gagah. Dengan senyum sumringah mbah kerto mempersilahkan kami ngobrol santai di ruang tamu beliau ditemani kopi serta pisang goreng yang masih panas.
     Di ruang tamu beliau bercerita tentang pengalaman masa lalunya, perjuangannya yang babat alas Desa Ranupane, beliau berasal dari Desa Argosari, sebelah utara desa Ranu Pane baca artikel pertanian ekstrem Argosari. Kondisi Mbah Kerto saat ini masa pemulihan, beliau habis sakit, sehingga beberapa bulan lalu bolak balik Ranupane-Malang untuk berobat. Alhamdulillah kondisi beliau saat ini berangsur-angsur membaik.
     Mbah Kerto yang sederhana memiliki puluhan hektar lahan pertanian yang sebagian besar sudah di serahkan kepada putra putri beliau untuk di kelola, namun beliau masih juga mengelola lahan sendiri untuk mengisi kesibukan beliau setiap harinya. Mobil pajero yang beliau beli ratusan juta menggunakan uang sekarung pun di pakai ke kebun membawa pupuk dan obat obatan. Kalau kita mungkin eman yah menggunakan mobil mewah hanya ke kebun.
     Hasil kebun yang dikelola Mbah Kerto juga melimpah sobat kompasiana, kebetulan beberapa waktu sebelumnya saya sempat silaturahmi ke kediaman beliau, ada pembeli dari Probolinggo yang menawar hasil panen Mbah Kerto.  Untuk satu lahan kentang mbah kerto waktu itu ditawar ratusan juta. Padahal yang dikelola Mbah Kerto ada puluhan lahan. Namun Mbah Kerto masih menjadi sosok yang sederhana dan bersahaja.
Beberapa poin hidup yang diceritakan kepada kami saat ngobrol santai diruang tamu dapat disimpulkan sebagai berikut :
 1.  Hiduplah apa adanya, Bukan ada apanya. Mbah Kerto bisa berusia diatas seratus tahun namun masih kuat, beliau tetap menjaga pola makan. Beliau sangat suka sayuran dan kentang yang ditanam beliau. Terutama suka dengan sayur daun pepaya yang direbus.
 2.  Berbuat baiklah kepada orang lain dan lingkungan, maka orang lain dan alam akan membalas kebaikan kita.
 3.  Ikhlas terhadap keadaan tanpa harus mengeluh.
    Setelah ngobrol hangat di ruang tamu, Mbah Kerto mengajak kami ke dapur beliau. Untuk warga suku Tengger ruang tamu sesungguhnya adalah di dapur. Dapur di suku Tengger masih menggunakan kayu, karena sekaligus sebagai tempat untuk menghangatkan diri. Suhu udara di Ranupane bisa mencapai -5 derajat celcius saat musim dingin, sehingga menyebabkan embun di dedaunan membeku.
 Kami disuguhi bermacam-macam lauk pauk, ada sayur santan, ayam, ikan laut, tempe, dan banyak laut yang lain. Kami makan di dapur sambil menghangatkan tubuh melalui kayu yang di bakar Mbah Kerto. Kearifan Lokal Suku Tengger yang membuat kangen untuk berkunjung ke Ranupane.
    Sosok Mbah Kerto yang bersahaja meskipun dikenal dekat dengan para pejabat di pemerintahan, tetap menerima kami dengan tulus dan hangat. Memberi kami pelajaran-pelajaran hidup yang sangat bermakna. Semoga senantiasa sehat Mbah Kerto, Terima kasih Mbah Kerto dan warga suku Tengger yang menerima kami dengan tangan terbuka.
    pukul 14:05 WIB kami menyudahi silaturahmi ini untuk melanjutkan perjalanan ke Bromo Hillside. membawa kenangan keramahan dan kehangatan warga Suku Tengger, khususnya Mbah Kerto.