Mohon tunggu...
Nina Agustina
Nina Agustina Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Antusiasnya Ibu-ibu Eks Penghuni Dolly Ketika Menanam Sayur Hidroponik

13 Juli 2017   17:45 Diperbarui: 13 Juli 2017   22:32 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengambilan keputusan penutupan Gang Dolly saat ini mulai menunjukkan adanya penyesuaian dari kalangan masyarakat yang terkena imbasnya. Berbagai upaya yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat eks Dolly baik dari pemerintah maupun gerakan masyarakat dari berbagai latar belakang sudah cukup membantu keberlangsungan hdup masyarakat di daerah tersebut. Keberhasilan dari upaya tersebut ternyata belum sepenuhnya berhasil menghapus persepsi masyarakat luar tentang image Dolly. Masa lalu Dolly selalu membuat masyarakat memandang negatif kampung dolly tersebut.

Berbagai macam upaya yang pernah dilakukan pemerintah seperti menjadikan eks lokalisasi Dolly sebagai sentra batu mulia di Surabaya dan upaya yang dilakukan oleh gerakan masyarakat yang menjadikan Dolly sebagai kampung eduwisata sudah mulai dilakukan dan masih berjalan sampai sekarang.

Sejalan dengan hal tersebut kecintaan salah satu mahasiswi Fakultas Keperawatan UNAIR (Enis Rezqi Maulida) memunculkan ide yang digagas oleh Nina Agustina yang kebetulan merupakan teman dekat. Akhirnya ketiga mahasiswi keperawatan unair dengan satu mahasiswi sastra Jepang menggagas ide baru yang di ajukan dalam PKM-M (Program Kreativitas Pengabdian Masyarakat) yang berjudul Green Wall Training: Upaya Pengembangan Kampung Hijau Untuk Merubah Citra Masyarakat Dolly Di Kecamatan Pakis Sidokumpul Surabaya.

Dokumentasi news.unair.ac.id
Dokumentasi news.unair.ac.id
Awalnya keempat mahasiswi ini sempat patah semangat dikarenakan banyak para warga khususnya ibu-ibu yang enggan mengikuti program tersebut. Namun, setelah mereka mengetahui hasil dan contoh nyata mereka semua bersemangat untuk mengikuti program ini.

"Kami sengaja memilih menggunakan metode hidroponik, selain karena sedikitnya lahan yang ada di Kota Surabaya, sudah banyak pengusaha yang bergelut dengan bidang tersebut dan hasilnya luar biasa," ucap Nina (salah satu pencetus ide).

Dalam program Green Wall Training ini, mereka membagi tiga kelompok. Di mana setiap kelompok akan menanam dua sayuran yang berbeda dengan kelompok lainnya. Kelompok pertama mendapatkan jatah menanam sayur bayam hijau dan bayak merah, kelompok kedua mendapatkan jatah menanam sayur sawi dan selada, sedangkan kelompok ketiga mendapatkan jatah menanam sayur kangkung dan pokcoy.

Pemilihan jenis sayuran sebenarnya sudah ditentukan oleh para mahasiswi, dengan jangka waktu tercepat. Keenam sayur tersebut ditargetkan akan siap memanen dalam jangka waktu 1 bulan lebih. Satu minggu untuk menyemai hingga menjadi bibit, 1 bulan kemudian pindah tanam pada media yang ditentukan.

Media yang digunakan pun dipilih seusia kemampuan dan keinginan ibu-ibu Pakis Sidokumpul. Ada yang memilih menggunakan ember, ada yang menggunakan botol air mineral bekas, dan ada pula yang menggunakan pipa paralon. Semua media memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada awal training dan pelatihan sudah dijelaskan secara tuntas oleh para mahasiswi. Keputusan pun dipilih berdasarkan kemampuan ibu-ibu dalam merawat tanamannya kelak.

Akibat rendahnya ekonomi masyarakat, keempat mahasiswi berharap program ini dapat memandirikan masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga secara mandiri. Dosen pembimbing mereka (Dr. Kusnanto M.Kes) juga berharap kelak ke depannya bukan hanya sayur yang mereka tanam, bisa jadi padi atau kebutuhan pokok lainnya. Sehingga, Indonesia tak perlu lagi kesulitan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Untuk memacu motivasi mereka juga diajak mengunjungi salah satu kebun sayur Surabaya yang terletak di jalan ketintang. Sontak saja, semakin hari para ibu-ibu yang bergabung dalam PKK RT 3 RW 7 Pakis Sidokumpul semakin antusias. Mereka tidak hanya ingin memanen hasilnya, sebagian dari mereka juga ingin bisa menjadikan ladang usaha. Keempat mahasiswi ini semakin bersemangat dengan motto mereka, menanam sederhana hasil memuaskan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun