Pada tanggal 29 Mei 2018 menjadi hari sukacita bagi masyarakat Indoensia. Selain karena tanggal merah (yang berarti libur bagi sebagian besar karyawan atau pegawai), tanggal tersebut juga bertepatan dengan pelaksanaan Hari Raya Waisak. Semua umat Buddha di seluruh dunia tentu menyambutnya dengan gembira. Yeay!
Sebagai hari raya yang tidak dirayakan oleh mayoritas umat beragama di Indonesia, tentu pelaksanaan Waisak masih menjadi hal awam bagi banyak masyarakat Indonesia. Banyak umat non-Buddha yang masih bertanya-tanya tentang apa itu Waisak dan apa-apa saja yang terkait di dalamnya.
Untuk itulah melalui tulisan ini saya membeberkan sejumlah fakta menarik terkait khususnya tentang Waisak di Indonesia.Â
Saya berharap dengan semakin kita mengenalnya, maka akan semakin kuat juga kita merawat negeri dengan sikap saling menghargai dan menghormati antarumat beragama. Inilah 5 fakta menarik yang saya susun dari situs-situs terpercaya.
Tema Waisak 2018
Pada tahun ini ummat Buddha Indonesia merayakan Waisak 2018 dengan mengusung tema "Transformasikan Kesadaran Delusi Menjadi Kesadaran Murni". Adapun sub-temanya adalah "Marilah Kita Bersama-sama Berjuang Mengalahkan Sang Ego."
Dengan tema ini, WALUBI (Perwakilan Ummat Buddha Indonesia) mengajak semua masyarakat Indonesia untuk sama-sama terlibat dalam melawan kemarahan, keserakahan dan bahkan kebencian.Â
Perayaan Waisak tahun ini juga diharapkan dapat menjadi momentum bagi umat beragama untuk saling mempertebal kerukunan, saling membantu dan bahkan melakukan amal kebaikan.Â
Baru menjadi tanggal merah per tahun 1983
Setelah merdeka, Hari Raya Waisak tidak otomatis langsung menjadi hari libur nasional di Indonesia. Hari Raya Waisak justru baru menempati sebagai tanggal merah 38 tahun setelah kemerdekaan.
Presiden Soeharto adalah orang yang berjasa dalam hal ini. Pada 19 Januari 1983, ia mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 1983. Dalam keputusan tersebut ditetapkan bahwa Hari Raya Waisak dan Hari Raya Nyepi resmi sebagai hari libur nasional.
Oh ya, keputusan tersebut tidak semata menjadikan Hari Raya Waisak dan Nyepi sebagai "tanggal merah" saja ya, tapi juga mengubah Keputusan Presiden No. 251 Tahun 1967 dan Keputusan Presiden Nomor 10 tahun 1971.
Detik-detik Waisak diperingati hanya di Indonesia
Ada fakta menarik terkait perayaan Hari Raya Waisak. Ternyata hanya umat Buddha di Indonesia saja lho yang memperingati detik-detik Waisak lho.Â
Sementara itu umat Buddha di luar justru tidak memperingatinya. Detik-detik Waisak sendiri adalah terjadinya bulan purnama Waisak yang terjadi hanya satu kali saja, tidak lewat atau kurang dari sedetik.
Kok gitu? Ya, soalnya umat Buddha di luar cenderung menggunakan sistem pergantian hari secara masehi. Jadi kalau sudah ganti hari, ya itu artinya sudah masuk purnama Waisak untuk pergantian Waisak Buddhis.
Nah, ini beda banget dengan yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan buku "Hari-hari Besar Agama Buddha" yang ditulis oleh Herman S. Endro, tradisi Waisak di Indonesia dipengaruhi oleh tradisi purnama di Bali sehingga membuat umat Buddha di Indonesia sangat detil dalam penentuan detik-detik Waisak. Enggak hanya hitungan jam atau menit, tapi juga detik!
Maka dari itu setiap tahunnya ummat Buddha Indonesia merayakan detik-detik Waisak dengan waktu berbeda-beda. Pada tahun 2016 detik-detik Waisak jatuh pada pukul 04.04.06 WIB, pada 2017 jatuh pada pukul 04.42.09 sementara pada tahun ini jatuh pada pukul 21.19.13 WIB
Memuat tiga peristiwa penting
Hari Raya Waisak bukan sekadar hari raya, melainkan juga peringatan atas 3 peristiwa penting. Umat Buddha menyebutnya dengan istilah Tri Suci Waisak.
Pertama, lahirnya Pangeran Siddharta di pada 623 SM.
Kedua, Pangeran Siddharta mencapai penerangan sempurna dan menjadi Buddha pada 588 SM. Di fase ini Pangeran Siddharta melihat 4 kondisi (deva-dutta), di antaranya adalah seorang tua renta (jinna), seseorang yang mengalami sakit parah (byadhita), kematian (kalakata), dan seorang pertapa berjubah kuning dengan wajah yang anggun (pabbajita).
Sejak itu Ia berpikir bahwa kehidupan di dunia tidaklah kekal (anicca) dan penuh dengan ketidakpuasan. Untuk itulah Ia meninggalkan segala kenikmatan dan kemewahan yang ia miliki dan setelah melalui serangkaian proses yang tidak mudah, ia pun mencapai penerangan dan menjadi Buddha.
Ketiga, wafatnya Sang Buddha atau dikenal dengan istilah Parinibana (wafat) pada 543 SM.
Kesepakatan Sri Lanka 1950
Buddha memiliki sejumlah aliran, di antaranya adalah aliran Theravada dan Mahayana.
Dahulu setiap aliran dalam Buddha melakukan perayaan Tri Suci dalam waktu yang berlainan. Misalnya,aliran Mahayana Tiongkok memperingati kelahiran Bodhisattva Sakyamuni pada hari ke-8 bulan keempat penanggalan Tiongkok, Pencerahan Buddha Sakyamuni pada hari ke-8 bulan keduabelas, dan Parinirvana Sang Buddha pada hari ke-15 bulan kedua.
Dalam pertemuan tersebut, WFB membuat kesepakatan untuk menyatukan perayaan tiga peristiwa penting dalam satu hari.
Sejak itulah mayoritas ummat Buddha (tidak semua) seluruh dunia memperingati 3peristiwa penting dalam satu perayaan hari Waisak.Â
***
Demikianlah kelima fakta menarik terkait Waisak. Akhir kata saya mengucapkan Selamat Hari Raya Waisak bagi teman-teman yang merayakan dan menanti detik-detik Waisak pada malam ini. Semoga semua makhluk berbahagia dan damai senantiasa menghampiri.Â
Referensi:
- Keputusan Presiden RI No. 3 Tahun 1983
- Detik-detik Purnama Siddhi Waisak
- Waisak Mengenang 3 Peristiwa MuliaÂ
- Walubi (Perwakilan Buddha Indonesia)
- The World Fellowship of Buddhist