Mengolah rasa, mengubah luka menjadi suka....
Menulis adalah salah satu jembatan menuju terbukanya pintu kesehatan mental.
Adakah diantara Anda pernah merasakan kelegaan ketika selesai menuliskan sebuah luapan perasaan bermuatan emosi kental? Ingat, emosi tak selalu sama dengan amarah. Gembira juga merupakan jenis emosi.
Menuangkan gagasan, pikiran, ide ke dalam sebuah tulisan merupakan cara jitu untuk menumpahkan penat mental. Setidaknya, ini yang pernah saya alami.
Sebagai contoh kecil dan umum. Menulis diary digunakan sebagai cara menumpahkan curahan hati dalam media aksara. Dengan menulis, nampaknya 'sampah-sampah' dalam diri bisa tertampung dan setidaknya penulisnya bisa lega.
Layaknya keringat serta air seni yang perlu dikeluarkan dari tubuh manusia, maka luapan emosi pun perlu mendapat saluran pembuangan. Banyak cara bisa ditempuh untuk mengeluarkan luapan tersebut. Setelah hal itu dikeluarkan tentu secara psikologis ada rasa kelegaan yang terjadi dalam diri.
Tentu saja derajat kelegaan satu orang dengan yang lain tidak sama. Sepenuhnya bergantung dari kondisi diri masing-masing individu.
Pernahkah Anda membaca sebuah antologi puisi karya Leony Jardine yang berjudul Remedies for The Broken - A Healing Journey?
Dalam buku ini, saya mendapati sebuah kenyataan yang nampaknya seirama dengan artikel ini.
Leony menuliskan curahan hati serta pengalaman kehidupannya melalui diksi-diksi indah dalam bahasa Inggris. Selain kelegaan, terjadi juga tahapan proses kesembuhan (healing). Karyanya ini bisa menjadi berkat bagi pembaca yang memiliki kesamaan pengalaman.
Nyata, bahwa dengan mengolah rasa dalam diri, ternyata bisa mengubah rasa menjadi suka. Mengubah penat menjadi berkat.
Saat kita mengalami proses kehidupan, layaknya naik roller-coaster, tentu tak hanya suka saja yang kita kecap. Acapkali justru duka yang seringkali singgah dan harus kita telan.
Duka yang seringkali singgah justru nampaknya terus-menerus mendekat, sehingga secara pelahan namun pasti, membuat penat mental menghampiri, bahkan bersarang menciptakan luka akut.
Mengolah rasa itu menjadi sebuah tulisan yang memberkati, menjadi sebuah alternatif jitu bagi penulis yang berakhir berkat bagi pembaca.
Mekanisme kunci dan anak kunci menjadi terlihat sangat jelas disini.
Bagi mereka, sang penulis, tentu belum bisa melihat pelangi di awal duka itu muncul. Namun pelahan ketika mampu mengolah rasa kembali dan mengupayakan menjadi sebuah tulisan yang memberkati, pelangi itu secara tidak disadari muncul, yang akan memberkati banyak jiwa, termasuk jiwa si penulis itu sendiri.
Mengolah rasa menjadi tulisan yang memberkati menjadi salah satu metode katarsis yang sangat baik.
Menulis adalah upaya penulis dalam mengolah rasa dalam diri, yang bisa mengubah penat menjadi berkat bagi sesama yang membacanya.
Mari bersama mengolah rasa dengan menulis, sehingga semakin banyak sesama yang merasakan berkat 'kesembuhan' itu. Kesembuhan dua sisi, dari segi penulis juga pembaca.
Semoga memberkati.