Mohon tunggu...
Niswah Mufidah
Niswah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - pelajar

Tidak ada yang mustahil ketika kita terus mencoba dan berusaha dan tak lupa selalu ikhtiar dan tawakkal kepada Allah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sayap Kecil yang Patah

2 September 2020   20:55 Diperbarui: 2 September 2020   21:09 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak kuasa menahan gemuruh sedih aku langsung ikut duduk dan memeluk ibu Ahmad seraya berkata, "Bu jika ada masalah yang bersangkutan dengan kondisi Ahmad saat ini, tolong ceritakanalah ke saya karena saya adalah wali kelas Ahmad dan saya berhak tau apapun itu tentang murid saya".

Lama terisak tak sanggup berkata hanya senggukan nafas yang terdengar sejak sepuluh menit yang lalu, aku mengamati sosok Ahmad juga ikut menangis tersedu-sedu. 

Tak bisa kubayangkan sebenarnya apa yang ada dibenak seorang bocah kecil berumur 5 tahun? Sehingga rasanya begitu berat untuk melanjutkan hidup. 

Dirasa sudah mulai membaik ibu ahmad mulai membuka suara, "mohon maaf bu sebelumnya karena saya Ahmad jadi mogok sekolah hari ini dia juga jadi tidak stabil emosinya. Saya sangat menyesal hanya karena masalah saya dan suami dia jadi terkena dampaknya" ungkapnya terisak. 

Aku masih belum paham ke manakah arah pembicaraan ini tertuju tapi kucoba untuk terus mendengarkan ucapan ibu Ahmad.

"Kejadian ini berlangsung saat Ahmad berumur Empat tahun, malam hari tepatnya ketika Ahmad sudah terlelap dalam tidurnya, tiba-tiba suami saya datang dengan keadaan yang tidak karuan. Matanya memerah dia berjalan ke arah saya kemudian langsung memukuli saya, memarahi saya, membentak saya tanpa henti. 

Saya mencoba untuk melawan tapi apa daya kekuatan suami saya lebih besar dan saya hanya bisa menangis. Sebelumnya memang kami sempat cek cok beberapa minggu sebelum peristiwa itu terjadi hanya perkara hal sepele sebenarnya. 

Suami saya bilang kalau saya sudah tidak mencintai dan menyayanginya lagi, dan juga saya lebih mementingkan pekerjaan saya daripada dirinya. Mendengar pernyataan suami yang seperti itu membuat hati saya sangat teriris mbak," ucap ibu Ahmad seraya menghapus air mata dengan selembar tissue yang aku berikan.

"Padahal sebenarnya saya bekerja itu untuk mencukupi kebutuhan kami sehari-hari mbak, sebab jika hanya mengandalkan penghasilan suami saya itu kurang jadi saya membantu ekonomi kami dengan berjualan kue dari rumah. Dan saya rasa itu tidak berlebihan dalam mengurusnya sehingga saya melalaikan tugas saya sebagai istri dan ibu rumah tangga yang baik. 

Saya selalu melayani suami saya dengan baik, mulai dari menyiapkan kebutuhan dia sebelum berangkat kerja, mendampingi dan mensupport dia jika dalam pekerjaan terdapat masalah, dan semua tugas lainnya selalu saya lakukan dengan baik mbak. Saya rasa cinta dan kasih sayang dia selama enam tahun pernikahan kami begitu tulus. 

Dia bisa menerima semua kekurangan dan kelebihan saya tetapi tidak, untuk hari itu dimana setelah dia mencaci dan menuduh saya dengan tuduhan yang tidak pernah saya lakukan. Saat waktu yang bersamaan datanglah wanita muda dan cantik dari balik pintu sambil tersenyum sinis ke arah saya. Suami saya kembali berucap dengan kata-kata yang begitu menusuk hati "mulai hari ini kamu bukan lagi istriku dan wanita yang ada disampingku ini akan menjadi penggantimu dia yang akan mengurus Ahmad selamanya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun