Mohon tunggu...
Nisrina Nadhifah
Nisrina Nadhifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga

Undergraduate Management Student at Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Supremasi Patriarki di Indonesia: Cat Calling sebagai Salah Satu Bentuk Kekerasam Seksual

7 Juli 2022   14:16 Diperbarui: 7 Juli 2022   14:26 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

CKekerasan seksual merupakan setiap tindak  perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, maupun menyerang tubuh, atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa atau gender, yang berakibat pada penderitaan fisik atau psikis yang dapat mengganggu kesehatan atau kehidupan seseorang. 

Kekerasan seksual sendiri merupakan isu yang masih tabu di Indonesia. Kerap kali masyarakat justru menghakimi korban kekerasan seksual (Victim Blaming) dan menyepelekan tindak menyeleweng yang dilakukan oleh pelaku. Kebanyakan dari masyarakat kita justru melindungi pelaku yang sebagian besar laki-laki dan melimpahkan kesalahan pelaku kepada korban.

Contohnya apabila terjadi sebuah kasus kekerasan, masyarakat kerap menghakimi korban mulai dari cara berpakaian korban, cara berjalan korban, waktu kejadian, lokasi kejadian, dan lain-lain. Hal tersebut dapat terjadi karena ada faktor yang membelakanginya, salah satunya yaitu seperti budaya patriarki yang masih membelenggu masyarakat kita.

Tanpa kita sadari, perempuan sebagai korban pelecehan seksual dan perkosaan selalu disudutkan sebagai penyebab dari kejadian yang mereka alami. Hal ini merupakan akibat dari budaya patriarki yang telah melekat di masyarakat. 

Selain itu, budaya yang berlak di masyarakat dalam waktu yang lama tersebut akan mengarahkan pada isu ketidaksetaraan gender. Budaya ini merekonstruksikan bahwa kaum laki-laki berada pada posisi superior, sedangkan perempuan berada di posis inferior. 

Konstruksi yang dibangun ini membuat perempuan berada pada posisi lebih lemah dibamdingkan laki-laki, sehingga laki-laki merasa sebagai pihak yang lebih kuat dapat menindas dan memperlakukan pihak yang dirasa lebih lemah seenaknya. Hal inj menjadi salah satu faktor kenapa marak terjadi kasus kekerasan seksual kepada wanita.

Salah satu fenomena kekerasan seksual yang sering terjadi yaitu Cat Calling. Cat calling dapat berupa siulan, dipanggil dengan sebutan "sayang", "cantik", atau panggilan lainnya oleh orang yang tidak dikenal, komentar yang tidak diinginkan, seperti "mau kemana cantik? mau ditemenin, nggak?", "jangan galak-galak nanti dicium ya!", diamati tubuhnya oleh orang asing hingga rabaan yang tidak diharapkan merupakan kejadian yang memunculkan rasa tidak aman, yang sering ditemui tapi luput dari perhatian karena dianggap sebagai sesuatu yang biasa. 

Padahal cat calling merupakan salah satu bentuk dari kekerasan seksual dan terdapat pada tingkat piramida kekerasan seksual paling bawah kedua.

Cat calling sebagai bentuk dari kekerasan seksual dapat terjadi dimanapun, kapanpjn dan dari siapapun. Keberadaan dari hal ini tentunya mengancam keberadaan perempuan di ruang publik, sehingga tidak ada lagi ruang aman bagi perempuan. 

Adanya budaya patriarki juga turut membelenggu perempuan dan mengurangi rasa aman mereka terhadap pelaku kekerasan seksual yang kebanhakan merupakan laki-laki. 

Diharapkan dengan tulisan ini, masyarakat dapat lebih mengerti mengenai kekerasan seksual yang berakara dari patriarki sehingga tembok tinggj patriarki yang ada di Indonesia dapat terkikis agar nantinya perempuan dapat mendapatkan rasa aman di ruang publik kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun