Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sepuluh Strategi Jitu Anies Kalahkan Ahok

10 April 2017   14:07 Diperbarui: 10 April 2017   14:11 5545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan dan Rizieq FPI I Sumber en.tempo.co

Jelang 9 hari pemungutan suara Pilkada DKI, saatnya membuka tabir 10 strategi politik Anies-Sandi untuk mengalahkan Ahok. Di balik strategi itu berdiri para tokoh yang memiliki peran dasar yakni: membela untuk kepentingan politik dan bisnis masing-masing. Bentangan 10 strategi mengalahkan Ahok dirancang secara sistematis, terstruktur, masif dengan pembiayaan dan kucuran dana luar biasa besar. Sembilan strategi tersebut membuka mata betapa permainan politik tingkat tinggi yang tak dipahami masyarakat umum bisa membuat gejolak yang begitu besar dan bahkan mengancam NKRI selain pemerintahan Presiden Jokowi dan JK sendiri.

Mari kita telaah bentangan paparan 10 strategi mengalahkan Ahok dengan hati gembira ria riang ria senang bahagia sambil menertawai kebangkrutan Sandiaga Uno yang ditunggangi Anies Baswedan yang tak keluar modal selain mulut nyinyirnya selepas dipecat oleh Presiden Jokowi karena tidak becus bekerja selamanya senantiasa.

Pertama, menyasar kasus Ahok untuk menurunkan kredibilitas Presiden Jokowi. Kasus Ahok sengaja dibelokkan untuk menjatuhkan reputasi Presiden Jokowi. Maka gerakan awal Rizieq FPI dan FUI serta partai agama PKS adalah untuk mendesak kepada Presiden Jokowi agar menahan Ahok, memecat Ahok, dan bahkan mengancam akan menurunkan Presiden Jokowi. Pasca aksi 411, euphoria yang didukung oleh sentiment anti Ahok oleh FPI dan FUI yang mendompleng kapal tua lapuk MUI yang ingin unjuk gigi, FPI dengan lantangnya menyerukan revolusi ala FPI.

Dalam aksi 212 pun Rizieq FPI sempat menyebutkan tentang hukum Allah dan tentu Al Qur’an yang di atas hukum Negara. Pemahaman Rizieq FPI yang hendak mencampur-adukkan agama dan negara secara salah yang melaun melambat hilang ditelan oleh kasus-kasus Rizieq FPI sendiri.

(Strategi perlawanannya mengendus semua tokoh garis keras dan memetakan kekuatan dan para provokator. Seruan revolusi ala FPI pun gagal total dan justru menghasilkan ditangkapnya para aktor percobaan makar. Selain itu kasus-kasus hukum membungkam Rizieq FPI termasuk sinyalemen dugaan percakapan porno Firza Husein yang dibeberkan oleh Anonymous secara blatant.)

Kedua, menggiring kasus Ahok untuk tujuan politik lebih besar yakni mendelegitimasi pemerintahan Presiden Jokowi dengan aksi-aksi massa demo besar-besaran. Tuntutan itu adalah wajah upaya menggiring isu Ahok yang nantinya scara strategis akan memanfaatkan DPR untuk melengserkan Presiden Jokowi. Strategi ini diwujudkan dalam bentuk upaya makar oleh para tokoh yang sudah dijadikan tersangka makar seperti Bintang Pamungkas, Rachmawati, dll.

Tak hanya itu penghinaan kepada Presiden Jokowi pun dilakuan oleh Ahmad Dhani dan lainnya. Strategi membusukkan Presiden Jokowi ini pun menjadi alat untuk mengidentikkan Ahok sebagai Jokowi dan Jokowi sebagai Ahok. Dua mata strategis untuk membangun sentiment anti Ahok dengan mencibir dan menghina Presiden Jokowi.

(Stretegi ini dipatahkan dengan menangkapi aktor-aktor yang akan melaksanakan niat makar dengan berbagai bukti yang mencengangkan ketika disampaikan di pengadilan nanti. Penundaan dan pembungkaman sementara dilakukan untuk memberikan kesempatan para perusuh (1) semakin muncul, atau (2) mengerem tindakan dan niat.

Namun, ternyata setelah gelombang tersangka makar 1 ditangkapi, Plan B alias rancangan berikutnya, dengan tetap memanfaatkan isu Ahok pasca 19 April 2019 – dengan skenario kalahnya Anies yang tak bisa mereka terima. Al Khathath alias Muhammad Gatot – beserta 3 skondannya berencana melakukan makar dengan cara mengerahkan massa dengan menduduki DPR. Selain itu demo besar-besaran dengan tuntutan bukan terhadap Ahok namun terhadap Presiden Jokowi di 5 kota besar Indonesia. Rancangan yang juga dipatahkan oleh BIN, TNI, Polri dan masyarakat.)

Ketiga, memanfaatkan ambisi JK.  JK yang berambisi jadi Presiden RI pecah kongsi di 2019 dengan Jokowi – menghasilkan JK yang kehilangan motivasi sehingga mendukung Anies yang baru dipecat. Ambisi JK ini sangat masuk akal dan sifat aslinya muncul. Lewat Aksa Mahmud, JK dan koleganya memecah suara Ahok dan memberi dukungan kepada Anies. Dengan kekuatan uang dan jaringannya – untuk kepentingan penekanan politik JK di 2019, yang sebenarnya prematur, maka Aksa Mahmud pun memberikan dukungan ke Anies.

(Namun ambisi JK ini berhasil diredam dan diketahui oleh kekuatan strategi the Operators pendukung Presiden Jokowi. Kelakuan JK mengingatkan kembali ketika JK berhasil menggunduli SBY dan menjadi matahari kembar yang akhirnya SBY membuang JK di periode keduanya. Golkar pun merapatkan barisan untuk menghadapi strategi keluarga JK yang berhasil dikompori dan akhirnya mendukung Anies.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun