Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kekuatan yang Tak Disadari Prabowo Hancurkan Mimpi Jadi Presiden RI

13 Agustus 2014   06:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:41 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berbagai kekuatan bermain di Timses yang Prabowo tak sadari yang ternyata menghancurkan dirinya. Kekuatan melawan yang bermain di Timses Prabowo itu memengaruhi kekuatan baik kekuatan positif maupun kekuatan negatif. Faktor kekuatan melawan (baca: kekuatan yang bermain dan tak sesuai dengan kepribadian dan cita-cita Prabowo) ini menemukan tempatnya dan bersesuaian dengan ambisi Prabowo yang telah memersiapkan diri 10 tahun untuk menjadi presiden RI. Bagaimana kekuatan melawan di dalam Timses Prabowo ini sebenarnya justru menjadi faktor penentu kegagalan Prabowo selain taktik kampanye Timses Jokowi yang brilian. Mari kita bahas dengan hati gembira meskipun kepala panas nas.

Publik tak memahami pertarungan di balik gempita pilpres 2014 yang menampilkan Prabowo tampak ngotot ingin menang dengan berbagai cara. Dari mulai strategi kampanye, sikap, kepribadian Prabowo terkuak ke permukaan terlebih lagi begitu Prabowo dinyatakan kalah oleh KPU.

Prabowo terkesankan di mata publik menjadi (1) seorang pribadi yang ambisius, (2) tidak legowo, (3) tidak memiliki sikap kenegarawanan, (4) tipe pemimpin kerdil dan bukan tipe pemimpin yang berjiwa besar, (5) politikus pendek sumbu, (6) memiliki banyak upaya dan taktik untuk merecoki pemerintahan Jokowi-JK.

Sesungguhnya, Prabowo adalah aktor sekaligus wayang yang bermain dan dimainkan karena Prabowo memiliki ambisi besar menjadi presiden RI. Jabatan presiden RI ini begitu diinginkan oleh Prabowo untuk menuntaskan misi kehidupan. Prabowo hendak membalikkan keadaan masa lalu yang kelam - pernah dipecat sebagai Danjen Kopassus - menjadi presiden RI.

Prabowo memiliki berbagai catatan terhadap banyak pribadi di kalangan militer. Bagi Prabowo kehormatan adalah segala-galanya. Maka menjadi presiden adalah satu-satunya cara mendapatkan kehormatan. Dalam bayangan Prabowo menjadi presiden adalah pencapaian tertinggi yang membuktikan bahwa dirinya adalah kebenaran. Bahwa pengalaman masa lampau dalam lingkungan politik dan militer hanyalah peristiwa pengantar kejayaan: Prabowo menjadi presiden RI.

Bersatunya ambisi dengan pengamalam masa lampau Prabowo itu menciptakan kondisi sempurna untuk berseminya kolaborasi upaya meraih kekuasaan: Prabowo menjadi presiden yang gampang disetir. Artinya, selain untuk kepentingan Prabowo, Prabowo adalah penunggang kuda yang sekaligus ditunggangi dan dijadikan kuda oleh banyak pihak - yang Prabowo tidak menyadarinya. Pendeknya, ada penumpang gelap dalam kubu Prabowo yang bermain untuk memenangkan Prabowo - yang sekaligus menimbulkan perlawanan di luar secara dahsyat menolak Prabowo menjadi presiden RI.

Golkar alias Ical yang terbuang dari persaingan sesungguhnya adalah kumpulan para orang kaya. Golkar selain PDIP memiliki banyak pejabat dan para orang kaya yang tak ingin terjadi perubahan dalam kehidupan mereka. Selain Golkar, para birokrat PKS juga sangat ingin status quo.

PKS menjadi pendukung Prabowo dengan imbalan 7 menteri. PPP pun dengan berbagai birokrat korupnya termasuk Suryadharma Ali dan Muhammad Yasin lebih cenderung status quo dengan Prabowo sebagai presiden. PPP dijanjikan mendapatkan 8 kursi menteri. PAN yang dianggap dekat dengan SBY pun berhasil mendapatkan kursi wakil presiden - Hatta Rajasa tidak meminta satu pun kursi menteri yang justru membuat kader elite PAN kecewa.

Para politikus yang menimbulkan resistensi di masyarakat menjadi faktor penarik sekaligus penyusut suara dari kalangan independen. Para kader partai akan senang dengan mereka namun kalangan massa mengambang akan lari tunggang langgang begitu mereka digambarkan menjadi pendukung Prabowo. Mereka termasuk Fadli Zon (mantan pentolan Partai Bulan Bintang), Fahri Hamzah (selalu ingin membubarkan KPK), Suryadharma Ali (tersangka korupsi haji), Aburizal Bakrie (dianggap tak bertanggung jawab dalam kasus Lumpur Lapindo).

Tak sampai di situ barisan itu semakin panjang, termasuk si sakit hati Mahfud MD, Anis Matta (pengampanye poligami), Hidayat Nur Wahid (dianggap sebagai tokoh wani piro yang kalah dalam pilgub DKI), Amien Rais (tokoh yang ditolak oleh Nahdliyin terkait penjatuhan Gus Dur dari kursi kepresidenan), Nurul Arifin (pembela koruptor Al Qur'an paling vocal Zulkarnaen Djabbar), Tantowi Yahya (politikus oportunis berbicara asal), dan para mantan pejabat orba. Dari kalangan penyanyi Ahmad Dhani dan Rhoma Irama cocok bergabung dengan kalangan yang menimbulkan resistensi.

Kekuatan melawan Prabowo antara lain (1) taktik komunikasi politik SBY di dua kaki karena SBY yakin Jokowi menang tetapi besannya mendorong mendukung Prabowo, (2) kekuatan TNI dan Polri yang solid dan berintegritas, terutama dalam diri Jenderal Moeldoko dan Jenderal Polisi Sutarman, (3) polarisasi para mantan jenderal yang menggambarkan aneka kekuatan politik dan ekonomi, dengan Jokowi lebih banyak didukung mantan jenderal yakni 170 berbanding 9 jenderal di pihak Prabowo (4) kekuatan politik dan ekonomi Timses Jokowi-JK dan juga relawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun