Tindakan untuk mengerahkan peserta Tamasya Al Maidah dari luar kota hanya akan menjadi tontonan warga dan menjadi bahan tertawaan bagi warga DKI Jakarta. Muka culun dan khas luar kota dan kampung akan tampak seperti peristiwa 212 dan 411 yang tidak laku di mata warga DKI. Mayoritas warga DKI Jakarta tidur dan menonton demo para orang dari luar Jakarta.
Kampanye menjurus SARA itu semakin menjauhkan swing voters, yang jumlahnya hanya sekitar 12%, yang tidak memilih Ahok maupun Anies untuk mendukung Ahok-Djarot yang berkampanye lebih manusiawi. Pun strategi didzolimi saat kampanye justru melekat ke pasangan Ahok-Djarot yang menyebabkan mereka mendapatkan simpati. Bahkan usai sholat Jumat pun Djarot diusir oleh jamaah – yang menunjukkan intoleransi dan masjid dijadikan komoditas politik.
Akibatnya, rakyat DKI Jakarta lebih memilih pasangan yang menunjukkan cara kampanye beradab dan bukan pamer kekuatan. Intimidasi kedatangan FPI dan antek-anteknya pendukung Anies akan membuat warga yang antipati pada FPI mengalihkan dukungan ke Ahok-Djarot. Sisi psikologis warga yang terusik membuat mereka berbalik melakukan perlawanan secara psikologis dan tidak sudi ditekan oleh FPI dan para pengikutnya.
Selamat memilih bagi warga Jakarta.
Salam bahagia ala saya.