Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

AirAsia QZ8501, Narkoba, dan Rating Penerbangan di Bawah Laos dan Myanmar

2 Januari 2015   22:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:57 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelima, masyarakat secara kultural religius memandang kecelakaan sebagai takdir. Hal ini menyebabkan tingkat kesadaran disiplin prosedur penerbangan dari semua pelaku menjadi kendor. Kecelakaan pesawat dianggap sebagai musibah seperti banjir dan tanah longsor. Takdir. Ini menyebabkan semua yang terlibat dalam keselamatan penerbangan menganggap ringan pentingnya disiplin di semua lini keselamatan dan pelayanan dari mulai bandara, pesawat, crew, air engineer, petugas keselamatan, sertifikasi, dsb yang sangat rendah mutunya.

Keenam, persebaran narkoba dan kehidupan dunia hiburan malam yang dijalani para pilot dan crew pesawat yang marak. Pilot Lion Air Saiful Salam, tertangkap sedang mengosumsi shabu-shabu di Hotel Grand Palace Surabaya pada 2012. Di Makassar pada tahun yang sama pilot Lion Air, Hanurm Adhyaksa juga ditangkap di Hotel Grand Clarion.

Pesta narkoba para awak pesawat juga ditemukan pada tahun sebelumnya yang melibatkan Husni Thamrin dan Muhammad Nasri, keduanya pilot lion air. Tak hanya pilot, para crew pesawat seperti pramugari di Indonesia terkenal dengan gaya hidup hura-hura dan salah satu contoh adalah Winnie Raditya, pramugari Lion Air, yang menjadi penyalur narkoba untuk para pilot, ditangkap dan dijatuhi hukuman 4 tahun penjara pada 2011.

Di Bali, seorang pilot pesawat AirAsia QZ7510 juga ditangkap karena mengosumsi narkoba. Kebiasaan mengosumsi narkoba antara pilot dan pramugari bukan hal yang mengagetkan. Penyebabnya adalah peredaran narkoba dan harga narkoba yang relatif murah dan mudah didapatkan di hampir semua tempat hiburan, karaoke, kampus, sekolah, dengan para pengedar adalah petugas, aparat, guru, dosen, ibu rumah tangga, pilot sampai pramugari.

Jadi, itulah gambaran dunia penerbangan Indonesia yang carut-marut yang mengakibatkan rating keselamatan terbang di Indonesia sedemikian rendah. Tentu sangat membahayakan penerbangan dan bikin ngeri terbang. Indonesia harus meningkatkan standard keselamatan dan menjalankan prosedur keselamatan penerbangan antara pemerintah, regulator, personil yang mumpuni, pelatihan penerbangan dan flight attendants yang benar, dan kedisiplinan semua yang terlibat dalam dunia penerbangan di Indonesia. Bayangkan. Indonesia adalah negara yang rating keselamatan penerbangannya termasuk terendah di dunia, paling rendah di Asia Tenggara - di atas Timor Leste karena Timor Leste tak memiliki industri penerbangan.

Salam bahagia ala saya.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun