Si Hitam Penjaga Gudang
Warna bulunya hitam pekat, tak ada warna lain. Kumisnya pun hitam legam. Ekornya panjang menjuntai. Matanya sangat bagus. Oleh tuannya ia diberi nama Batrei, akrab dipanggil Rey saja. Itu karena sosoknya sangat mirip dengan merek batu batrei. Kalau tidak salah Eveready. Ya, tidak salah lagi. Sudah menjadi semacam logo yang lekat dengan peralatan elektronik, loh!
Ia dipercaya menjaga gudang karena ulahnya yang gesit dan sigap. Setiap malam, ketika pekerja gudang sudah pulang, Rey mulai berkeliling. Ronda tengah malam meskipun sendirian!
Dengan langkah hati-hati, ia melompati tumpukan karung beras, mengendus kardus berisi mi instan, lalu berdiam di sudut gelap untuk mengawasi. Sebagai hewan nokturnal, tatapan matanya sangat tajam di malam hari.
Sejak kehadiran si Rey, kawanan tikus yang biasa mengintai makanan, kini jarang berani menampakkan diri. Mereka tahu, sekali saja terlihat, gigi tajam dan cakar Rey tak akan memberi ampun.
"Sssst, jangan berisik, Nak!" seru seekor induk tikus mendengar cuit anak-anaknya yang kelaparan.
"Perutku lapar, Mak!" seru anak-anak bergantian.
"Sabar sebentar! Mak lagi menunggu hingga Om Rey tertidur lelap. Kamu jangan berisik, ya!" nasihatnya.
***
Namun, bagi para pekerja gudang, Rey bukan sekadar pemburu tikus. Ia bagaikan teman yang setia. Setiap pagi, Pak Rahman, kepala gudang, selalu menyisihkan sedikit nasi dari bekalnya untuk Rey. Kadang, ketika para kuli sedang istirahat, Rey dengan manja naik ke pangkuan mereka, seolah-olah ingin ikut merasakan kehangatan manusia.
"Si Hitam ini rezeki kita," kata salah seorang kuli sambil mengelus kepalanya.