Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - suka nulis dan ngedit tulisan

mencoba mengekspresikan diri lewat tulisan receh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memberdayakan Komik sebagai Media Pembelajaran

6 Mei 2024   06:33 Diperbarui: 6 Mei 2024   06:44 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penulis pernah melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan komik sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis kalimat langsung dialog cerpen. Hal yang melatarbelakangi penelitian tersebut, salah satunya adalah karena siswa kurang mampu menuliskan kalimat langsung dialog dalam cerpen. Dengan memanfaatkan komik yang dialog pelakunya berada pada balon kata, siswa diminta mengubah menjadi dialog yang ditulis dalam jenis kalimat langsung.

Menulis dialog antartokoh ini bukan merupakan hal mudah bagi siswa. Karena itu, menuliskan dialog dalam bentuk kalimat langsung dan tidak langsung inilah yang harus dijelaskan secara detail, baik melalui ceramah informatif maupun lewat contoh konkret. Hal ini berkaitan dengan penerapan ejaan, baik penempatan tanda baca koma, kutip, maupun penggunaan huruf kapital.

Apa yang dikatakan pelaku pada komik biasanya dikemas dalam balon kata. Mengubah balon kata pada komik menjadi kalimat langsung sebagai dialog antartokoh inilah yang menjadi sasaran pemanfaatan komik sebagai media dan sarana pembelajaran.

Siswa  diminta mengubah cerita di dalam komik menjadi cerpen dengan memperhatikan penulisan kalimat langsung sebagai dialog antartokoh. Dengan menggunakan komik (yang mengandung 'balon kata' sebagai materi dialog antartokoh) ini kemampuan siswa dalam menulis kalimat langsung dialog antartokoh pada cerpen dapat diasah dan ditingkatkan. Siswa tinggal menyalin isi kalimat pada balon kata, ditulis kembali isi kutipan itu dengan diawali huruf kapital, kemudian ditambahkan tanda kutip pada awal dan akhir kalimat tersebut. Nah, jadilah dialog yang ditulis dengan kalimat langsung. Mudah,  bukan?

Jika yang diutamakan adalah membuat cerita narasi, komik tersebut juga dapat dimanfaatkan. Dalam hal ini, setelah membaca komik, siswa diminta menulis ulang plot pada cerita komik dalam bentuk narasi. Mereka  tidak perlu memperhatikan dialog pada komik yang berada di dalam balon kata. Bebas  menggunakan versi mereka secara pribadi. Dengan demikian, siswa (mungkin sebagai pemula) yang semula blank, tidak memiliki ide cerita, dapat dengan mudah menuliskan cerita berdasarkan cerita pada komik. Komik pun telah menepis ketidakberanian siswa dalam menuliskan sebuah cerpen.

Jika di antara siswa ada yang pandai menggambar apalagi gambar model kartun, siswa tersebut dapat dimotivasi untuk mengembangkan bakat dan hobinya. Dengan menjadi kartunis, kelak siswa tersebut dapat memiliki keterampilan khusus yang dapat mendatangkan rezeki.


Pemanfaatan komik dalam pembelajaran ternyata membawa dampak positif. Siswa lebih kreatif dan berani menuangkan idenya secara variatif. Mereka mencoba-coba mengubah dan atau menambah dialog dengan kalimatnya sendiri. Dengan demikian, komik ini telah berjasa menggugah kreativitas dalam berimajinasi. Karenanya, melarang siswa membawa dan atau membaca komik dapat berarti membunuh kreativitas siswa. Biarlah kita ikuti kesenangan siswa dalam berkomik ria ('tut wuri handayani'), namun kita modifikasi sehingga sang komik mampu berdaya guna, mampu memacu dan memicu aktivitas bersastra! Nah, siapa takut membawa atau membaca komik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun