Cerpen: Kuburkan Dukamu, Lesly

Kau bilang sangat menyukai laut. Kau memang tidak mengatakannya langsung kepadaku sebagaimana juga hal-hal lainnya. 

Namun, dari balik dinding kamar aku pernah mendengar kau bicara tentang itu; tentang keinginanmu berdiri di depan laut dan kau menyaksikan ikan-ikan berlompatan.

Lesly, tahukah kau bahwa jauh di lubuk hati, aku ingin mengajakmu pergi ke tepi laut sehingga kau benar-benar melihat betapa indahnya laut? Karena itu, saat ini aku sedang berjuang agar bisa mewujudkannya.

Kusisihkan sedikit pendapatan agar aku bisa membawamu ke sana, ke tempat yang kauimpikan itu. Kau tahu, 'kan? 

Tidak banyak penghasilanku, tetapi satu hal yang ingin kulakukan adalah menyenangkan hatimu. Sedikit memberikan kegembiraan di sela dukalara yang begitu hebat menderamu.

Aku tahu, sejak peristiwa itu kau selalu tampak murung. Meski lukamu sedikit sembuh, aku tahu luka batinmu belum sepenuhnya sembuh. 

Sebuah tragedi yang kaualami telah merenggut nyawa kekasihmu. Ya, kau telah kehilangan bukan hanya separuh hatimu, melainkan juga sebelah kakimu. Aku tahu, itu bukan peristiwa yang mudah dilupakan. Apalagi bagi seorang gadis yang bersiap-siap hendak menikah sepertimu.

Lesly, kulangkahkan kakiku dengan tegap menuju rental mobil. Ini sudah kusiapkan untukmu. Ya, untukmu. Karena tinggal kaulah satu-satunya saudara setelah dua saudara meninggalkan kita dengan cara masing-masing. 

Ibu pun telah lebih dahulu meninggalkan kita menjadi piatu, setahun setelah peristiwa mengharu biru itu kaualami. Sementara, ayah masih menjalankan dinas di luar negeri, entah sampai kapan kontrak kerjanya berakhir.

Aku tahu, Lesly. Aku tahu betapa engkau kesepian di rumah sederhana kita. Hanya seorang asisten rumah tangga yang menemani sekaligus merangkap merawatmu.