Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - suka nulis dan ngedit tulisan

Lagi gemar nulis apa yang disuka aja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Drama Sebabak

3 Mei 2024   12:29 Diperbarui: 3 Mei 2024   12:42 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Oh, tidak apa-apa, Bu! Silakan menikmati sotonya. Uangnya Ibu simpan saja, Bu!" katanya sambil membungkuk sekali lagi mempersilakan si ibu menikmati sotonya.

Aku yang berada tidak jauh dari tempat itu sangat kagum melihat betapa baik hati si pedagang soto ini. Sungguh, pemandangan yang luar biasa. Padahal, bisa saja si pedagang mengusirnya karena dandanan si ibu terkesan lusuh dan sangat sederhana.

Aku sungguh kagum dan terharu.

Tidak lama kemudian, manakala si Ibu masih berbincang-bincang dengan pedagang yang membungkukkan badan tadi, ada datang seorang pembeli lain. Dia adalah seorang pemuda dengan dandanan agak norak. Bajunya kaos hitam bertuliskan Thailand dengan celana jeans butut yang di sana-sini robek. Ada juga rantai di celana itu yang rupanya berujung di saku celana.

Pemuda ini berlagak cuek. Duduk di pojok dan sibuk dengan gawainya sambil manggut-manggut mendengarkan musik dari headset-nya. Tidak ketinggalan segelintir vape, si sigaret elektrik menghiasi jemarinya. Dandanan khas macam artis masa kini. Beranting-anting satu, mengenakan kalung dan gelang hias juga. Secara manusia, sepertinya sah-sah saja jika orang menaruh stigma negatif untuk penampilan pemuda ini. 

Aku sengaja menunggu hingga hujan reda. Apalagi aku lupa tidak membawa jas hujan di jok motorku. Maka, aku sengaja berlama-lama di tempat itu. Pemuda tadi sudah selesai makan, kemudian menuju kasir. Kulihat dia menyorongkan lembaran seratus ribuan, tetapi segera pergi tanpa menunggu kembalian.


Ketika diteriaki penjual tentang kembaliannya, dia mengatakan, "Nggak usah! Buat membayar Ibu itu saja! Jika masih ada sisanya, berikan saja pada mereka!" sambil sudut mata dan dagunya terarah kepada si ibu dengan dua anaknya tadi. 

Segera dituntun dan distaternya motor semi gede berkepala hitam yang dikendarainya. Entahlah apa mereknya, tak bisa kuketahui jelas.

"Oh, ...!" gumamku. Aku sungguh terpana melihat adegan kejadian yang dipertontonkan semesta sore ini.

Dua puluh menit kemudian si ibu telah selesai menyuapi kedua putrinya. Sebelum berpamitan ia minta izin kepada pedagang untuk membungkus seporsi soto yang masih utuh. Dia bilang kepada pedagang yang baik hati itu untuk jatah makan anaknya nanti. Pedagang pun memasukkan nasi soto itu ke dalam plastik. Lalu mereka bertiga berpamitan dan sangat berterima kasih atas kebaikan hati pedagang soto itu.

"Hari ini aku beroleh pelajaran dari sebuah drama kehidupan di depan mata yang sangat menyentuh dan membuka mata hati. Kebaikan orang-orang yang sengaja ditunjukkan-Nya agar aku pun belajar peduli kepada mereka!" senandikaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun