Di sebuah rumah sederhana, suara notifikasi smartphone hampir tak pernah berhenti. Raka, anak remaja berusia 13 tahun, seakan tak bisa lepas dari layar kecil di tangannya. Ia tertawa sendiri saat menonton video lucu, bahkan wajahnya tak beralih dari layar ponsel meski ibunya mengajaknya berbicara. Hingga suatu sore yang tenang, sang ibu menemukan cara bijaksana untuk menyentuh hati anaknya. Bukan dengan marah, melainkan dengan kisah sederhana yang membuat Raka berpikir ulang tentang apa yang sebenarnya ia cari.
---
Sore itu, Raka duduk di ruang tamu dengan smartphone di tangannya. Jari-jarinya lincah menggulir layar, matanya berbinar menatap video pendek yang terus berganti.
"Ibu, lihat nih! Lucu banget," katanya sambil tertawa kecil.
Ibunya, Bu Sari, sedang duduk di sampingnya dengan sebuah buku tipis. Ia tersenyum, tapi tak segera menanggapi. Ia hanya membuka halaman demi halaman dengan tenang.
"Lucu, ya?" Raka menatap ibunya menunggu reaksi.
Bu Sari menutup bukunya perlahan. "Lucu, Nak. Tapi boleh Ibu bertanya? Kalau smartphone kamu kehabisan baterai, apa yang akan kamu lakukan?"
Raka mengangkat bahu. "Ya, tinggal di-charge, Bu."
"Kalau lampu mati semalaman dan kamu tak bisa menyalakan smartphone?" tanya Bu Sari lagi.
Raka mulai berpikir. "Hmm... ya, bosan sih. Mungkin tidur aja."