Mohon tunggu...
Nindya Viani
Nindya Viani Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswi teknik yang senang menulis dan berbagi cerita sebagai refleksi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Komunikasi di Tengah Era Digitalisasi

13 Maret 2018   15:11 Diperbarui: 13 Maret 2018   18:00 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta sejati bukanlah cinta yang hanya diungkapkan melalui kata-kata, tapi bagaimana dirimu rela mengorbankan banyak hal yang menjadi prioritasmu, demi memperjuangkan kebersamaan dengan mereka yang engkau cintai.

Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi yang berkembang pesat di era digital ini akan mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat. Bagaimana tidak, dimanapun kita berada, seringkali kita melihat bahwa setiap orang lebih asyik dengan gadget-nya masing-masing tanpa memperhatikan sekitar. Isu ini mungkin sudah menjadi hal yang lumrah bagi sebagian orang, namun tidak bagi diriku. 

Aku menyadari banyak perubahan yang kualami setelah beberapa tahun terakhir mulai tenggelam dengan dunia maya, terutama sejak menjalani dunia perkuliahan. Aku sibuk dengan apapun yang ada di kampus, baik kuliah, organisasi, mengajar, dan sebagainya.Aku memang selalu pulang tepat waktu sesuai keinginan orangtua, namun ternyata lambat laun mereka merasakan bahwa aku tidak benar-benar ada di rumah. Ya, di rumah pun aku sibuk dengan perkuliahan untuk mengerjakan tugas dan berhubungan dengan rekan kerja di kampus melalui dunia maya. Ditambah lagi kehidupan yang bosan dengan rutinitas, maka untuk refreshing,aku juga sering meluangkan diri di sela-sela waktuku untuk bermain gadgetentah itu game,media sosial, maupun menyelami dunia internet seorang diri.

Hingga akhirnya terucap kata-kata dari sang bunda,
"Dek, Mama kok udah jarang ya ngobrol sama kamu.."

Satu kalimat yang entah mengapa, sangat menusuk hatiku karena barulah saat itu aku sadar, aku tidak hadir secara "nyata" dalam kehidupan mereka. Aku memang hadir secara fisik, tapi aku tidak memprioritaskan diriku untuk memperhatikan mereka. Padahal, tidak ada cinta yang lebih besar dari cinta kedua orangtua kepada anaknya, dan aku jelas merasa bersalah mendengar kata hati bunda yang akhirnya terungkap. Karenanya, aku mulai mencoba memahami, bahwa kehangatan keluarga adalah akar dari kebahagiaan yang hakiki.

Sejak saat itu, aku mencoba mengurangi segala keegoisanku. Di tengah-tengah pikiranku yang melayang memikirkan persoalan di kampus, aku tetap harus berusaha terlihat menyenangkan di rumah. Sulit, sangat sulit. Kadang-kadang aku menangis, mengapa sulit sekali untuk membagi prioritas dengan orang-orang yang kusayang, parahnya, aku suka melampiaskan emosi kepada orangtua karena berbagai hal yang sebenarnya tidak ada hubungannya. 

Menjejaki tahun akhir kuliah rupanya mendatangkan kesempatan bagiku untuk bisa memperbaiki komunikasi dengan keluarga lagi, khususnya sejak awal tahun 2018 ini sampai sekarang. Sangat berbeda rasanya ketika aku banyak menghabiskan waktu dengan keluarga sendiri, meskipun hanya di rumah saja dari pagi hingga malam. Sejujurnya aku merasa bersalah, seharusnya aku tidak menunggu waktu luang untuk bercengkrama dengan mereka, melainkan meluangkan waktu setiap saatuntuk benar-benar berada di sisi mereka.

Di saat teman-temanku yang lain lebih senang menghabiskan waktu di luar bersama teman lainnya di hari kasih sayang, aku lebih memilih menemani kedua orangtua di rumah saja. Lagipula, aku juga lebih senang pergi bersama kedua orangtuaku karena aku tahu, mereka jauh lebih membutuhkanku. Bagiku, hari kasih sayang berlaku setiap hari, tidak hanya hari tertentu saja, tapi benar-benar setiap hari. 

Aku bisa memahami, semakin bertambahnya umur orangtua, semakin tinggi rasa cemas mereka yang merasa akan ditinggal anaknya menuju kehidupan yang baru. Ya, memasuki dunia kerja dan menikah. Aku pun tahu akan ada saatnya aku memasuki kedua fase itu, namun aku sudah pernah melakukan kesalahan, dan aku berjanji untuk tidak mengulanginya. Entah bagaimana caranya nanti, aku harus berusaha agar bisa membagi waktuku sebaik mungkin demi membahagiakan kedua orangtua.

Aku sungguh bersyukur kepada Allah SWT atas segala rizki yang telah diberikan selama ini. Sungguh merasa beruntung, aku berada di tengah-tengah keluarga yang selalu mendidikku apa artinya cinta yang sesungguhnya. Komunikasi adalah kunci terpenting untuk menjaga ikatan batin satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun