Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Senang menulis, pembelajar.

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi. Penulis kumpulan cerpen "Asa Di Balik Duka Wanodya", ,Novel “Serpihan Atma”, Kumpulan puisi”Kulangitkan Asa dan Rasa, 30 buku antologi Bersama dengan berbagai genre di beberapa komunitas. Motto: Belajar dan Berkarya Sepanjang Masa tanpa Terbatas Usia. Fb Nina Sulistiati IG: nsulistiati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi HAN: Bagaimana ABK Nyaman Bersekolah di Sekolah Reguler?

26 Juli 2025   23:52 Diperbarui: 28 Juli 2025   21:35 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan inklusi. Sumber: siswaindonesia.id

 

Masih dalam peringatan hari anak nasional yang dicanangkan pemerintah, saya menuliskan satu artikel dengan menyoroti anak-anak Indonesia yang memiliki kebutuhan khusus. Setiap anak Indonesia berhak mendapat pendidikan yang layak sesuai amanat UUD pasal 31 : Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

Pada tanggal 23 Juli, pemerintah telah mencanangkan sebagai Hari Anak Nasional, sebuah momentum untuk menegaskan komitmen negara untuk memberikan perlindungan, penghargaan dan pemberian ruang tumbuh kembang bagi seluruh anak Indonesia tanpa kecuali termasuk anak kebutuhan khusus (ABK).

Hari Anak Nasional bukan hanya perayaan simbolik, tetapi juga pengingat bahwa anak adalah subjek pembangunan bangsa, bukan objek belas kasih. Salah satu wujud konkret komitmen tersebut adalah dengan mengupayakan pendidikan yang inklusif, yaitu sistem pendidikan yang membuka pintu selebar-lebarnya bagi semua anak, tanpa kecuali. Sekolah inklusif memberi ruang kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama teman sebaya di sekolah reguler, tanpa diskriminasi dan dengan dukungan yang sesuai kebutuhan.

Apa Itu Sekolah Inklusif?

Sekolah inklusif adalah sekolah reguler yang menerima peserta didik dengan latar belakang dan kemampuan yang beragam, termasuk ABK. Sistem ini mengedepankan prinsip kesetaraan, nondiskriminasi, dan keberagaman, serta menyediakan layanan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan individual siswa. Tidak hanya fokus pada akses fisik, sekolah inklusif juga memperhatikan aspek kurikulum, metode pengajaran, dan interaksi sosial.

Tujuan utama dari sekolah inklusif 

  • Memberikan akses pendidikan yang adil kepada seluruh anak.
  • Meningkatkan interaksi sosial antara ABK dan anak reguler.
  • Menumbuhkan nilai toleransi dan empati dalam lingkungan sekolah.
  • Memberikan pengalaman belajar yang beragam dan kaya makna.

Beberapa fakta dan permasalahan yang terjadi dalam pendidikan inklusif di lapangan:

  • Kurangnya guru pendamping khusus (GPK): Banyak sekolah reguler belum memiliki tenaga pendidik yang terlatih dalam menangani ABK.
  • Stigma sosial dan diskriminasi: Masih banyak siswa, orang tua, bahkan guru yang memandang ABK sebagai beban, bukan subjek belajar.
  • Aksesibilitas fisik yang rendah: Sekolah tidak memiliki fasilitas ramah disabilitas, seperti jalur kursi roda, toilet khusus, atau alat bantu belajar.
  • Kurikulum yang seragam: Belum semua sekolah mampu melakukan diferensiasi atau modifikasi kurikulum sesuai kebutuhan ABK.
  • Kurangnya pelatihan bagi guru: Guru reguler belum dibekali kemampuan pedagogis inklusif.

Dengan memperhatikan fakta tersebut, penting bagi seluruh pemangku kepentingan untuk merefleksikan kembali sejauh mana sekolah reguler benar-benar menjadi tempat yang nyaman dan ramah bagi ABK, terutama dalam momen Hari Anak Nasional.

Sekolah Ramah ABK: Mengapa Ini Penting?

Pendidikan adalah Hak Semua Anak.

 Pasal 31 UUD 1945 menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Hal ini diperkuat dengan Konvensi Hak Anak PBB yang telah diratifikasi Indonesia melalui Keppres No. 36 Tahun 1990. ABK adalah bagian dari anak-anak bangsa yang memiliki hak yang sama untuk tumbuh, belajar, dan berkembang dalam lingkungan pendidikan yang mendukung.

  • Mencegah Diskriminasi Sejak Dini 

Dengan menempatkan ABK di sekolah khusus, seringkali secara tidak langsung masyarakat menanamkan narasi bahwa ABK adalah "berbeda" dan "tidak cocok" berada di ruang yang sama dengan anak lainnya. Sekolah inklusif mematahkan stigma ini dan membangun kultur inklusi sejak dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun